Wednesday, November 28, 2007

My Favourite Forbidden Quotes

Sometimes it feels like the world's on my shoulder

Sometimes,

I [would like to] say, "Why don't u go ur way, and I'll go mine?!"

I [am eager to] say, "Live ur life, and I'll live mine"

I [really like to] say, " U'll do well, and I'll be fine"

 

 

Help me then...

KALIS (1)

 

Kita berdua tahu

Ku tak mengerti dirimu

Kau pun tak mengerti diriku

Dan kita sama-sama tak mau mengerti

 

Kau dan aku sadar

(sesadar-sadarnya)

Kita tak mungkin bisa bersatu

(Incompatible)

 

Kita tak mau saling menyesuaikan

Kita tak berkenan dengan perubahan

 

Akankah ada damai di antara kita?

Mungkinkah....Ibu?

 

(mencoba mengurangi sesak di dada)

Monday, November 19, 2007

Sunday, November 18, 2007

[sepotong] JGTC




Walau hanya sesaat berada di sana, kita sempet foto2 ko... (hihihi...)

Wednesday, November 14, 2007

Kashi-no Ippachi (yang telah tutup..hiks..)

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Japanese / Sushi
Location:Wisma 46 2nd floor Kota BNI
Highly recommended bagi mereka yang ingin merasakan masakan Jepang bercitarasa Jepang (bukan masakan Jepang yang telah disesuaikan dengan lidah Indonesia). Nuansa Jepang sangat kental terasa. Tirai yang dipasang di pintu masuk, pramusaji berkimono dan bersandal bakiak adalah penanda awal suasanan Jepang nya. Desain interior ruangannya damai dan (sepertinya) Jepun banget. Hiasan dan ornamen dindingnya pas.

Tersedia 4 jenis tempat untuk makannya:
1. meja memanjang dan bangku berderet dengan jarak cukup dekat (lihat gambar). Meja itu berfungsi ganda sebagai pembatas antara pelanggan dan koki. Koki selalu siap berada di balik meja melayani pelanggan sekaligus menemani ngobrol. Tempat ini cocok bagi mereka yang datang sendiri [suasananya mirip kaya di warung2 di film Jepun deh..]

2. Meja pendek dan sandaran kursi. Pelanggan akan makan dengan posisi (nampak) bersimpuh. Cukup berasa di (film) Jepun

3. Ruangan tatami dengan pintu gesernya. Sangat berasa di (film) Jepun. tinggal ditambahin geisha dah... Hohoho...

4. Meja dan kursi seperti restoran pada umumnya

Menu makanan dijaga citarasa Jepun nya. Nama-namanya juga tidak familiar (bagiku). Buat yg belum terbiasa, pertamanya pasti agak kaget mata dan lidahnya. Tapi enak ko... Kalau bisa, ajak teman yang cukup mengerti ttg makanan Jepun. Tapi tidak juga tidak apa-apa, karena pramusajinya selalu siap sedia memandu kita. Owya, pramusaji disitu well-trained ke-jepun-annya. Misal kita panggil, dia pasti langsung "haik!", sambil membungkukkan badan.

Kecepatan pelayanannya standard, tidak sampai membuat kita jemu menunggu. Kebersihan jangan ditanya lagi. Pokoknya uenak, nyaman dan menyenangkan!

Owya, dessertnya ada 2 pilihan: buah atau es krim. Nah...ada es krim apaaa...gitu namanya.... pokoknya artinya es krim kacang merah.. Hmmm....yummy..slurp.. Uenak buanget!

Harganya? Yaaa...ada harga ada rupa lah ya... Yang jelas bukan untuk konsumsi sehari2.. Tapi kl berniat untuk menjerat lelaki Jepun, sering2lah datang..Karena mayoritas pelanggan resto ini adalah para Jepun-Jepun.. Hohoho...


Tuesday, November 13, 2007

Le Grand Voyage

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Sutradara: Ismael Farroukhi
Produksi: Jive
Bahasa: Inggris, Perancis, Arab, Bulgaria

Di suatu kota di Perancis tinggallah keluarga muslim keturunan Arab Maroko. Keluarga inti terdiri atas ayah, ibu dan dua orang anak lelaki. Tapi sang ayah telah bercerai dari sang ibu. Anak sulung tinggal bersama sang ayah dan anak bungsu tinggal bersama sang ibu dan keluarga besar lainnya. Sang ayah yang tlah berusia lanjut ingin melaksanakan ibadah haji, dengan mengendarai mobil. Tadinya si anak sulung yang dia minta untuk mengendarai mobilnya. Namun, dia tertangkap polisi dalam keadaan mabuk sedang menyetir, sehingga SIM nya dicabut. Oleh karena itu tugas menyetir jatuh ke tangan anak bungsu.
Hubungan antara anak bungsu, bernama Reda, dengan sang ayah kurang baik. Hal itu nampak dari ekspresi Reda ketika mendapati ayahnya ada di rumah ketika dia pulang. "Apa yang dia lakukan di sini?" Tanyanya pada sang ibu. Kemudian sang ayah dengan singkat dan jelas, dalam 2 kalimat, melimpahkan tugas menyetir ke Mekah kepada Reda. "Kakakmu pagi ini mabuk dan tertangkap polisi sedang menyetir dan SIM nya dicabut. Aku sudah terlalu tua untuk menyetir, maka kamulah yg menggantikannya."
Setelah ayahnya pergi, Reda bersumpah pada ibunya bahwa dia tak akan mau melakukannya. Karena dia mau ujian masuk universitas dan tidak mengerti apa urgensi dan makna dari haji. "Apa-apan ini? Kenapa tidak naik pesawat saja?" Namun, walau begitu atas dasar hormat dan (mungkin) takut pada sang ayah si Reda akhirnya mulai membaca peta juga.

Sepanjang perjalanan sekitar 5000 km lintas negara tersebut, walau minim percakapan antara mereka berdua, kejadian demi kejadian muncul silih berganti menguji kekuatan hubungan ayah dan anak itu. Reda, yang setengah hati melakukan perjalanan itu, memilih untuk diam untuk menunjukkan kekesalannya. Sang ayah pun tak berusaha untuk memecahkan kesunyian itu namun tetap menunjukkan sikap bahwa dialah yang berkuasa atas perjalanan tersebut. Maka penentu tunggal mengenai dimana harus berhenti untuk istirahat, apakah tidur di mobil atau di hotel adalah sang ayah.

Kombinasi antara keras kepala, mudah tersinggung, dan harga diri yang terlalu tinggi untuk minta maaf pada diri kedua ayah-anak itu menghadirkan konflik-konflik yang sarat dengan permainan emosi. Hubungan awal yang memang kurang begitu baik dan keengganan Reda untuk melakukan perjalanan itu, merupakan unsur penambah kerumitan konflik yang muncul dan proses berbaikannya.

Meminta maaf adalah hal yang sulit dilakukan benar-benar menonjol di film ini. Kata maaf hanya satu kali terucap oleh Reda ketika dia membuat ayahnya marah karena dia membawa perempuan dari nightclub di Turki ke kamar hotelnya. Kata maaf itu pun diucapkan disertai dengan membawa-bawa agama, karena sang ayah bersikukuh tidak mau memaafkan pada awalnya. Emangnya di agama Papa tidak ada istilah maaf?

Proses ’berbaikan’ pasca berseteru di film ini sangat realistik. Bukan berbaikan yang berupa adegan minta maaf dan diakhiri dengan pelukan dan tepuk bahu. Pada perseteruan pertama akibat salah jalan, proses damai ditandai dengan Reda yang mengucurkan air saat sang ayah mau cuci tangan. Dan sang ayah menerima tawaran berbaikan Reda dengan mengucurkan air juga ke tangan Reda. Pada saat Reda protes tindakan ayahnya yang memberi sedekah saat mereka hampir kehabisan uang, sang ayah memulai berbaikan dengan menyodorkan potongan roti tawar ke Reda. Proses berbaikan yang sangat wajar terjadi antara dua orang dengan sifat keras kepala dan ego tinggi seperti mereka.

Nilai ajaran Islam dimunculkan tidak dengan serta merta dan menggurui. Penyampaian nilai itu dilakukan melalui tanya jawab antara Reda dan sang ayah yang sesekali terjadi. Seperti ketika mereka berdua terjebak dalam salju di Kroasia, dengan kesal Reda menyampaikan bahwa dia tidak bisa memahami jalan pikiran ayahnya yang mau pergi haji. Apa yg Papa pikirkan si? Sampai bela-belain kaya gini hanya untuk ke Mekah trus kenapa ga naik pesawat aja?. Sang ayah menjawabnya dengan sederhana tanpa disertai kutipan ayat-ayat Al Qur’an. Jawaban yang pasti akan mudah dimengerti oleh Reda dan ’Reda-Reda” yang lainnya yang menonton film ini.
Adzan yang diperdengarkan 5 kali di film ini, bukan tanpa maksud tertentu, bukan hanya sebagai backsound religius. Melainkan sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa adzan harus dalam bahasa Arab?kenapa tidak dalam bahasa lokal saja? Toh tujuannya mengundang orang untuk sholat kan? Di negara manapun, bahkan di suatu tempat yang untuk berkomunikasi saja sulit karena perbedaan bahasa, ketika adzan yang berbahasa Arab itu berkumandang, semua orang akan mengerti bahwa itu adalah ajakan sholat.

Selain perbedaan bahasa yang digunakan orang-orang yang ditemui, pengecekan dokumen perjalanan di tiap perbatasan negara menjadi unsur penegas/pendukung bahwa Reda dan ayahnya melakukan lintas negara dalam perjalanan besar itu. Namun agak terasa janggal ketika mereka tertimbun salju di dalam mobil dan membuat sang ayah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit di Sofia. Sedangkan di setting negara yang lain tidak ada satu pun yang sedang musim dingin/salju. Adegan tersebut mungkin dimaksudkan untuk memberi kesan dramatis karena menunjukkan aral yang harus dilalui untuk menunaikan ibadah haji itu begitu beratnya. Dengan adegan itu juga nampak kepanikan Reda saat mendapati ayahnya demam tinggi. Pesan moral bahwa keinginan yang kuat atas dasar keyakinan untuk menjalankan perintah Allah dapat mengatasi rintangan juga tersampaikan. Rasa sayang Reda pada ayahnya pun terlihat ketika Reda menuruti permintaan ayahnya untuk mengambil buku doa yang ada di dalam laci mobil yang ditinggal di luar kota, mengingat di antara mereka tidak dan tidak akan pernah saling berucap kata i love u. Namun, sekali lagi sayang harus agak dipertanyakan mengenai keberadaan musim salju tersebut. Selain itu, proses bagaimana Reda memanggil taksi untuk membawa ayahnya ke Rumah Sakit juga patut dipertanyakan, mengingat dia tidak lagi memiliki telepon genggam setelah telepon itu dibuang oleh ayahnya di suatu kota di Italy.

Pesan moral bahwa bisikan dalam hati atau feeling atau insting tidaklah selalu benar juga dicoba untuk disampaikan oleh film ini. Muncul dua orang ’penyelamat misterius’ ketika mereka tersesat di hutan dan ketika mereka tertahan di suatu perbatasan. Dua ’penyelamat’ yang ditanggapi dengan kecurigaan. Bahkan salah satunya sempat dituduh mencuri uang sang ayah, yang pada akhirnya diketahui bahwa uang itu tersembunyi di bawah jok mobil.

Penyelipan sedikit unsur komedi terasa pas, tidak merusak jalannya emosi yang mengalir. Celoteh tiada henti dengan bahasa yang tidak dimengerti dari orang di pinggir jalan saat ditanya tentang arah jalan cukup dapat menyegarkan suasana. Saat Reda mengeluhkan makanan yang hanya telur dan roti dengan dalih dia butuh makan daging agar berenergi, dengan serta merta sang ayah menukar kamera Reda dengan seekor kambing. Saat Reda menanyakan apa maksud sang ayah membawa kambing beserta mereka, katanya kau ingin makan daging?! Adegan selanjutnya saat Reda secara tidak sengaja melepaskan kambing yang akan disembelih juga pas untuk mengundang tawa.

Toleransi juga merupakan unsur yang ingin disampaikan. Sang ayah adalah muslim yang taat. Di manapun dia berada dia selalu menjalankan sholat: di padang pasir, di rerumputan. Namun demikian dia tidak memaksa Reda untuk sholat juga. Begitu pula saat sang ayah membaca Al Qur’an di dalam mobil, Reda juga tidak menyatakan keberatannya. Saat mereka berdua bertemu dengan konvoi rombongan haji lainnya (dari Mesir, Syiria, Sudan, Libanon, Turki, Arab Saudi, Kairo) dan membuat semacam perkemahan bersama, hanya Reda lah yang tidak sholat. Tapi, tak seorang pun yang mempertanyakannya terlebih mengecapnya sebagai pendosa.

Unsur percintaan selalu menjadi bumbu dalam suatu kisah. Di Le Grand Voyage ini, dikisahkan salah satu penyebab keengganan Reda ikut ke Mekah adalah dia tidak ingin berpisah dengan kekasihnya yang bernama Lisa. Namun, dia tidak ingin ayahnya mengetahuinya. Maka dia tidak menjawab telfon saat Lisa menelpon dan ayahnya ada di dekatnya. Sang ayah tentu saja bagaimanapun juga tahu akan hal ini. Dia menginginkan konsentrasi Reda ada pada perjalanan itu. Maka, sang ayah membuang telepon Reda di tong sampah saat Reda tidur dan ’menyita’ foto Lisa. Dan ketika akhirnya mereka sampai di Mekah, sang ayah mengembalikan foto tersebut. Reda mengekspresikan cinta dan rindunya pada Lisa dengan menuliskan nama Lisa di pasir saat dia menunggui ayahnya sholat. Namun, hal tersebut dapat bermakna lain. Yaitu bahwa Reda mulai melepaskan Lisa dan dia mulai menemukan ’cinta sejati’. Menulis di atas pasir diibaratkan wujud dari perasaan yang ingin melupakan. Karena apa yang tertulis di pasir akan terhapus ketika angin bertiup. Dan pada saat tersebut Reda mulai mengalami pengalaman rohani berkaitan dengan penemuan ’cinta sejati’.

Penemuan ’cinta sejati’ digambarkan dengan teramat samar, sangat jauh dari blak-blakan namun justru itu menjadi realistis. Pada saat menginap di tengah padang pasir, Reda bermimpi dia melihat sang ayah menggembalakan kambing dan melewatinya. Saat Reda memanggil-manggilnya, sang ayah tak menggubrisnya dan semakin berjalan menjauhinya. Dan perlahan-lahan dia terhisap ke dalam pasir. Saat dia terbangun, dia segera memandang berkeliling mencari sosok ayahnya. Dan dia menemukan ayahnya sedang sholat. Ketika mereka berada di Mekah, sang ayah segera bergabung dengan jemaah haji lainnya dan Reda menunggu di mobil. Saat malam tiba, dan sang ayah belum kembali Reda berusaha mencari. Dan pada saat itu kembali dia melihat seorang lelaki yang menggembala kambing.
Sisi realistis dari penemuan ’cinta sejati’ Reda adalah bahwa tidak dengan serta merta Reda berubah menjadi orang yang religius. Tidak nampak adegan dia menjalankan sholat. Namun, dari tindakan dia yang memberi sedekah kepada pengemis di pinggir jalan sudah cukup menggambarkan bahwa dia telah menerima kedatangan cinta sejati itu. (mengingat dulunya dia pernah memprotes keras ayahnya yg memberi sedekah). Ekspresi wajah dia yang terlihat begitu damai saat merasakan udara Mekah menerpa wajahnya juga mendukung hal tersebut.

Emosi yang ditampilkan para tokoh sangat pas. Tidak ada yang berlebihan. Ekspresi dingin wanita yang ditemukan di tengah hutan belantara begitu sarat misteri, sesuai dengan fungsi dia yang memang misteri. Rasa sesal Reda ataupun sang ayah dapat jelas ditangkap di wajah mereka saat mereka menyesali perseteruan yang baru terjadi. Rasa kikuk saat akan berbaikan juga nampak dengan bagus. Kepanikan Reda saat mencari-cari ayahnya di antara kerumunan jemaah haji benar-benar menggambarkan kekalutan yang dia rasakan. Paling bagus di antara semuanya adalah tangis Reda saat dia mengenali wajah ayahnya di antara jenazah haji yang meninggal. Begitu memiriskan hati bagi yang mendengarnya.

Favourite quote:
1. Hukum minum minuman beralkohol itu tergantung kebesaran jiwamu. Ketika setetes bir dimasukkan ke dalam sebaskom air, maka air di baskom akan berubah. Tapi jika setetes bir itu dimasukkan ke lautan, ia tidak akan mengubah air laut. (hmmmm....)
2. Kau bilang kau bisa baca tulis, tapi kau buta mengenai kehidupan!
3. air laut hendaknya tetap sebagai air laut. Jika dia menguap dan menjadi hujan, dia akan menjadi air tawar, bukan air laut lagi. Maka naik haji jalan kaki lebih baik daripada naik kuda, naik kuda lebih baik daripada naik mobil, naik mobil lebih baik dari naik kapal laut, naik kapal laut lebih baik dari naik pesawat. Dasar bagi sang ayah dalam menunaikan ibadah haji dengan naik mobil.
4. jika kau berkuasa, kau kaya. Jika kau kaya, kau berkuasa. (hihihi...)
5. orang yang terburu-buru (akan) sudah mati

Nyamuk-Nyamuk

Pagi ini, di kereta ku berdiri di depan seorang ibu-ibu yang kuyakin dia lebih tua dari ibuku. Beliau duduk sambil memeluk tasnya. Begitu juga aku, berdiri sambil memeluk tasku. Karena ku ga punya buku dan tidak sempat bawa koran, maka ku hanya berdiri memeluk tas sambil melihat keluar.

 

Tiba2 saja ku kaget, karena ibu-ibu itu mengelus-elus punggung tanganku. Ku bilang mengelus-elus karena dia memegang tanganku dan ibu jarinya mengusap2 punggung tanganku. Nyamuk ya? Tanyanya sambil tetap mengelus2 punggung tanganku yang memang penuh dengan bentol2 bekas tusukan nyamuk. Aku mengiyakannya sambil tetep bingung dan kaget. Kayanya dia sediiii...hhh...banget liat keadaan tanganku. Ya ampyun ibu...saya aja biasa aja.. Kataku dalam hati. Itu beliau baru liat punggung tangan. Gimana kalo beliau liat bagian tubuhku yg laen ya? Karena dapat kukatakan bentol2 bekas tusukan nyamuk seperti itu merata di sekujur tubuhku. Pasti ibu itu nangis kalau melihatnya... Hohoho...

 

Sesampai di kantor ku langsung mengamati dengan seksama tanganku. Emang separah itu ya? Selama ini ku biasa aja dengan bentol2 itu, karena ku tidak terganggu. Dalam artian tidak menghalangi aktivitas sehari-hariku, termasuk di dalamnya adalah tidur. Tidurku senantiasa nyenyak dan lelap, tak pernah terbangun karena nyamuk. Juga, tak pernah ada bekas garukan di kulitku. Artinya ku benar-benar tidak merasakan ketika nyamuk2 menjilat kulitku kemudian menusukku dan menghisap darahku. Ku baru sadar kalo nyamuk2 telah menusukku ketika aku mandi dan melihat banyak bentol merah di tubuhku.

 

Seingat aku, nyamuk dulu itu sangat mengganggu. Suaranya bising dan tusukannya membuat gatal. Tapi nyamuk sekarang sepertinya telah paham akan prinsip simbiosis mutualisme. Dia butuh darah, kita butuh tidur tenang. Makanya para nyamuk itu melakukan aksinya dengan sangat tenang tanpa rasa sakit sedikitpun. Nyamuk sekarang pintar! Atau mungkin ga ya bahwa telah tumbuh solidaritas sesama kaum perempuan dalam diri para nyamuk itu? Sesama perempuan dilarang saling menyakiti.  Kalo aku, karena ku tau bahwa nyamuk yg menggigitku berjenis kelamin perempuan, maka ku tak pernah menyakitinya. Tak pernah aku menyemprot obat nyamuk, menyolokkan obat nyamuk elektrik apalagi membakar obat nyamuk yang melingkar2 bentuknya. Mengoleskan obat anti nyamuk ke kulitku juga tidak. Selain karena itu akan mengancam keberadaan nyamuk perempuan, itu malah akan membuatku tidak bisa tidur. Ku tak tahan dengan baunya! Euw... Bikin pusing! Owya, ku juga tak pernah menepok nyamuk, karena itu hanya akan memperpendek usia nyamuk yang sudah pendek.

 

Jadi... Karena toh mereka tidak menggangguku, maka kubiarkan saja mereka meminum darahku demi kelangsungan hidup mereka. Ya...anggap aja itu sebagai rasa terima kasihku karena tidak mengganggu tidurku. Karena menurutku aku kalo tidur tidak sekebo itu sampai2 tidak mendengar dengungan nyamuk dan tidak merasakan tusukannya. Pasti karena nyamuknya kooperatif!

Cuma ni ya... Ku jadi berpikir, kalo ibu2 tadi pagi aja begitu sedih dan iba melihat tanganku yg berbentol2 merah, gimana tar mak ku yak? Trus suamiku tar gimana? Mengingat bentol seperti itu merata di badanku. Hohoho....

Wednesday, November 7, 2007

Persahabatan Segitiga

Nila sahabatku….

Ku mau crita!

Semalem ku nonton bareng sahabat kita

[jadi inget pas kita midnight bertiga dan dia tidur dari awal sampai akhir. Inget ga kamu?]

Kamu pasti tahu siapa dia. Ya kan?

Kami nonton film Perancis berjudul Le Grand Voyage

[Bagus! Kau harus nonton juga!]

Tapi bukan film itu yg mau kucritakan ke kamu

[Kau tonton sendiri aja yak?!]

 

Kami menonton sampai tengah malam

Tempat parkir dan jalanan begitu sepi waktu kami pulang

Tentu saja ku tak pulang ke Depok

Ku menginap di rumahnya

Sebelum tidur dia menawariku untuk mandi dulu

Kujawab merugi ah..tar subuh-subuh dah musti mandi lagi

Mandilah dia sendiri

[sampai saat ini hanya kamu yang pernah mandi bareng sama aku lho Nil... hohoho...]

 

Lalu dia masuk kamar

Dia memilih berada di bawah

Kuikuti saja maunya

 

Kemudian mengobrol lah kita

Mencoba membahas kembali Le Grand Voyage

Dia menulis sesuatu di buku catatanku dalam bahasa Perancis

Vous pouvez dire et lire, mais vous aveuglez fur la vie

Dan sambi mematikan lampu dia berkata (atau bertanya ya?)

ko bisa ya sekarang kamu dekat sama Nila, padahal dulu kan Nila sama aku

 

Aku pun jadi bertanya2 dalam hati

Iya ya? Sejak kapan ya ku deket sama kamu, Nil? Apa ya yg menyatukan kita?

Tak ada sedikitpun memori di otakku yg dapat menjawab itu

Sejauh ku mengingat-ingat kau sudah ada

Bagaimana dengan ingatan kamu Nil?

 

Tadi pagi saat ku bangun, dia masih tidur

Kucoba bangunkan dia, karena ku butuh handuk untuk mandi

Kamu mandi aja dulu, tar dianterin

Sampai ku selesai mandi, tak ada handuk datang

Akhirnya dengan tubuh  dan rambut masih basah ku jalan ke kamar

Ternyata dia tertidur kembali!

Huhuh...!

[persis kaya kamu Nil... hihihi...]

 

Owya, dia menawariku untuk tinggal bersama di rumahnya

Nanti pulang dan pergi ke kantor ku bareng dia

Bagaimana menurutmu?

Aku si masih cinta sama kereta

Kereta yang sll mengingatkanku padamu

Kereta yang selama 5 tahun telah membawamu dari dan ke Depok

Tahukah kamu bahwa saat ku di kereta kadang ku berpikir mungkin ga ya kursi ini pernah diduduki oleh Nila?

 Pikiran yang hampir sama dengan semalam dan tadi pagi yang terlintas saat ku duduk di mobil bersamanya

 

Miss u so!

 

Eh, hampir ada yang kelupaan...

Dia juga bilang

kamu sama banget ma Nila... Buta arah!

Are we?

Sunday, November 4, 2007

Intip Vagina Anda (IVA)

Tiap 2 menit ada 1 orang wanita di dunia meninggal karena kanker serviks, sedang di Indonesia tiap 1 jam kanker serviks menelan satu korban jiwa. Kanker serviks merupakan kanker pembunuh nomor 1 di Indonesia (34% dari kasus kanker), baru kemudian diikuti oleh kanker payudara.

 

Semalem ku ikut Women Symposium ttg kanker serviks. Katanya telah dilakukan survey terhadap 5.423 perempuan di Asia (atau Indonesia ku lupa) dan hasilnya hanya 2 % yang tahu tentang kanker serviks ini. Cukup tragis dan ironis. Makanya ku mau berbagi apa yang kudapat semalam...

 

Kanker serviks/ leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Dimanakah leher rahim? Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam liang senggama (vagina).

 

Gejala

Pada stadium dini kanker serviks ini tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda yang spesifik, bahkan terkadang tidak ada gejala sama sekali. Nyeri haid yang berlebihan, keputihan yang disertai bau tidak sedap kadang menjadi gejala awal, namun itu tidak selalu. Setelah pada stadium lanjut, barulah gejala yang jelas nampak, yaitu:

  • Pendarahan sesudah senggama
  • Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina
  • Pendarahan sesudah menopause
  • Keluar cairan kekuning-kuningan berbau atau bercampur darah, nyeri panggul, atau tidak dapat buang air kecil

 

Penyebab

99,7 % kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), khususnya HPV tipe 16 dan 18, yang ditularkan melalui kontak kulit kelamin. Kondom bisa mencegah, tapi tidak selalu. Kenapa? Mungkin karena kondom yg dipake tidak lolos uji gelembung di BPOM pas daftar... >_<

 

Faktor resiko

  • Mulai melakukan hubungan seks pada usia muda
  • Berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom (tp ingat kondom tidak selalu dapat mencegah)
  • Sering menderita infeksi di daerah kelamin
  • Melahirkan banyak anak
  • Kebiasaan merokok (resikonya 2x lebih besar)
  • Defisiensi vitamin A, C, E

 

Kanker serviks yang terdeteksi pada tahap dini dapat disembuhkan.

Deteksi dini dilakukan melalui skrinning. Metode skrining ada 2 cara, yaitu

  • Pap smear: cairan di leher rahim diambil dengan spatula, kemudian diperiksa di laboratorium apakah ada kelainan sel atau tidak. Hanya wanita yang sudah melakukan hubungan seksual yang boleh melakukan pap smear ini. Masa iya mau diperawanin sama dokter demi pap smear.. =)
  • IVA/ Inspeksi Visual Asam Asetat: leher rahim diolesi asam asetat 3-5 %. Jika terjadi perubahan warna (bercak putih), maka kemungkinan ada kelainan sel.

Untuk keperluan kampanye deteksi dini kanker sekviks, oleh YKI IVA diterjemahkan menjadi Intip Vagina Anda. Selain agar lebih mudah diingat dan dimengerti masyarakat luas dari berbagai kalangan, juga karena memang karena metode IVA dilakukan dengan mengamati langsung leher rahim. Mengamati lewat lubang sempit namanya intip kaaaa...nnn...=)

 

Jika hasil skrinning menunjukkan adanya kelainan sel, maka harus ditangani lebih lanjut oleh dokter kandungan. Dan jika masih pada tahap awal (pra-kanker), kanker serviks dapat disembuhkan secara total. Jadi jangan menunggu ada keluhan baru dilakukan pemeriksaan yaaaa....

 

Kata orang bijak, lebih baik mencegah daripada mengobati. Perlu diingat bahwa deteksi dini tidak dapat mencegah timbulnya kanker serviks. Sesering apapun kita melakukan pap smear (ga boleh sering2 si...) atau sesering apapun vagina kita diintip, kalau memang jatahnya sel leher rahim kita mengalami kelainan, ya tetap saja kelainan itu datang. Cuma...kelainan tersebut diketahui pada saat awal, sehingga kemungkinan sembuh total adalah besar.

Bagaimanapun juga, pencegahan lebih baik untuk dilakukan. Karena ketika vonis kanker serviks ditimpakan, bukan hanya kondisi fisik yang terpengaruh, psikis dan sosial juga terkena imbas.

Selain kondom, kini pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 6 bulan. Dengan itu, wanita akan terbebas dari ancaman kanker serviks. Untuk berapa lama? Secara klinis baru terbukti selama 6 tahun, tapi diharapkan akan bertahan seumur hidup. Maka disarankan bagi para perempuan usia 10-55 tahun untuk melakukan vaksinasi HPV 16 dan 18 ini, terutama yang memiliki faktor resiko terkena kanker serviks.

Segeralah hubungi doker kandungan anda.. !!

 

(kalo aku si tar aja kl pas mau nikah...dicharge ke uang hantaran...hehehe... karena kabarnya harga 1 suntikan vaksinasi HPV ini sebesar uang kuliah 1 semester di UI jurusan non-eksak...! makanya tunggu uang hantaran ajah! Hohoho.... )

Friday, November 2, 2007

Kartu Tanda Penduduk

Tempat lahir      : Kopeng

Rumah (ortu)      : Kopeng

Tempat sekolah : Salatiga

Tempat kuliah    : Depok

Tempat tinggal   : Kos di Depok

Tempat bekerja  : Jakarta

KTP manakah yang harus kumiliki?

Sampai saat ini, KTP yang kumiliki adalah KTP Kopeng, Kab. Semarang. Jika masa berlakunya habis, maka kutinggal minta tolong ibuku ke kantor kecamatan di Kopeng sana untuk mencetak KTP yang baru. Tanda tangan dan foto ku kirim lewat fax.

Tadi pagi, bapakku cemas karena dia melihat di TV banyak orang yang tertangkap oleh razia KTP di Jakarta. Dia takut anaknya juga ikut tertangkap karena tidak memiliki KTP Jakarta. Di halaman muka koran langgananku pun beritanya adalah tentang hal tersebut. Haruskah aku cemas dan deg2an juga?

Masalahnya adalah aku tidak tahu pasti:

1. seharusnya aku menjadi penduduk manakah?

2. bagaimanakah mengurus pembuatan KTP? (kl ini ga tau sama sekali!)

AKu tak mau menjadi salah satu org yg ketangkap razia KTP! (mana ku sering keluyuran malem2 pula..) Aku tak mau bapakku nangis darah liat anaknya masuk TV gara2 ketangkap razia!

Aaaa...rghh... Aku pusing!