Monday, January 28, 2008

Jennifer

Suatu hari di saat nonton Ghost Whisperer,

Icha: Mba Tata, Jennifer Love Hewitt itu nama mamanya Jennifer ya?

Tata: Heh??

Icha: trus nama papanya Hewitt ya?

Tata: ...... iya ya? So sweeeeeee...ttt!

Friday, January 25, 2008

Faith in Live

Non solo nel credere

Non basta col parlare

Non basta col vedere e pensare

Ma nel vivere

Sebait sajak Romo Mudji dari buku Rekah Lembah yang dimusikalisasikan. (mahap judulnya lupa...) Kudengar pertama kali pas di launching nya lebih dari sebulan yang lalu. Dan tiba2 seminggu ini kata-kata itu terlantun terus di kepalaku...

Memang sesuatu itu tidak cukup hanya dengan percaya, bicara, melihat dan berpikir. Harus ada dalam hidup..

Monday, January 21, 2008

Kamu-kamulah Surgaku_Video Klip_Ummmhh...nice but euwww..

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Other
Hari sabtu kemaren kulihat video klip The Rocks dan Ahmad Dhani yang lagunya berjudul Kamu-kamulah Surgaku. (maklum ya baru lihat...di kantor dan kereta ga da TV soalnya... ). Responku adalah: Ummmhhh...nice si..tapi euwww...

Nice untuk ide membuat ’kamu’-nya adalah anak-anak. Lagu itu jadi tidak hanya dedicated untuk pasangan kekasih saja. Dan lirik lagunya memang pas untuk menggambarkan afeksi antara orangtua dan anak. Anak adalah segalanya bagi orang tua. Kalau ga salah inget ada kata2 ” tahukah kamu saat kau terluka, aku lah yang merasakan sakit’, atau semacam itulah.. Dan itu bener banget. Pas adekku disunat, ibuku nangis ga berhenti2. Trus pas adekku kecelakaan, bapakku panik habis. Dan pas denger bahwa tangan adekku patah, bapakku mendadak limbung gitu dan menangis.. (hwuaaa...aku cemburu!hihihi...)

Adegan-adegan di video klip itu nice, memperlihatkan keceriaan anak-anak di bawah asuhan sang ayah. Kecuali bagian mereka berempat tidur bertelanjang dada. Trus ada adegan Ahmad Dhani nyiumin bahu, kepala dan punggung anak2nya! Ga sukaaaaa...!! Ga penting banget! Ga indah sama sekali!

Ku pengen denger pendapat Ka Seto loh... Serius!

(untung Ahmad Dhani bukanlah Michael Jackson ataupun R. Kelly. Bisa2 ditangkep polisi dia... hehehe...)

Sayekti dan Hanafi_Refleksi Kenyataan Sepanjang Masa (?)

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Ketika melihat berita tentang seorang bayi berkelamin ganda dan orang tuanya yang kesulitan biaya operasi, aku langsung teringat pada film Sayekti dan Hanafi, yang versi baru tentu saja (tahun 2005). Yang mengingatkanku bukan saja pokok persoalan KESULITAN BIAYA yang dialami sepasang manusia demi sang anaknya, tapi juga kegiatan merokok oleh sang Bapak. Di berita kusaksikan sang bapak dari anak berkelamin ganda berkata bahwa dia untuk makan sehari-hari saja mengalami kesusahan, tapi di kantong bajunya terlihat sebungkus rokok. Dan di film Sayekti dan Hanafi, di awal film pun adegan yang dimunculkan adalah Hanafi yang sedang duduk di becaknya sambil merokok. Dan adegan merokok ini secara konsisten terus ditampilkan di sepanjang film, bahkan saat dia mendapati di rumah tidak ada nasi dan air untuk mengisi perutnya. Sangat ironis dan memprihatinkan.

Kisah Sayekti dan Hanafi begitu REALISTIS dalam memberikan gambaran perjuangan hidup manusia yang mengambil setting tempat di Pasar Cilincing, Tanjung Priuk. Para wanita bekerja mengandalkan kekuatannya dengan menjadi buruh angkut. Mereka berlarian menyambut mobil barang yang datang dan mencoba mengangkut karung sayur sebelum mobil pengangkutnya benar-benar berhenti. Pendarahan yang dialami Sayekti kala dia terjatuh di jalan dan mengharuskan dia melahirkan di rumah sakit SWASTA, bukan di bidan atau rumah sakit pemerintah, adalah realistis. Sesuatu yang berada diluar kontrolnya yang pingsan, maupun suaminya yang saat itu sedang menarik becak.

Saat Hanafi termangu di depan loket administrasi setelah mendengar kalimat TIGA JUTA ENAM RATUS LIMA PULUH RIBU RUPIAH cukup menggambarkan kegundahan dan kebingungannya. Ekspresi terkejut dan shock tidak ada, karena Hanafi telah memprediksi bahwa biaya yang harus dibayarnya pasti mahal. Kenekatan Hanafi untuk menarik becak walau sudah dilarang oleh juragannya, karena hari itu akan ada razia, adalah sangat lumrah dan wajar. Sakitnya Hanafi adalah hal yang sangat wajar dan su-dah seharusnya mengingat dia terus-menerus merokok. Begitu pula dengan hampir tergelincirnya Sayekti ke pelukan bapak berseragam Pemda karena tergiur pinjaman uang untuk menebus anaknya di rumah sakit. KEWAJARAN DEMI KEWAJARAN disuguhkan dalam film ini hingga terjalin menjadi kisah yang begitu NYATA. Tak ada yang berlebihan atau nampak dibuat-buat. Bahkan marah-marahnya pegawai loket kepada Hanafi dan Sayekti pun dapat dimengerti dengan menilik posisinya sebagai karyawan rumah sakit swasta yang tidak mendapat bantuan pembiayan dari pemerintah.

Perhatian dari teman-teman sesama tukang becak dan buruh angkut, dari Menik-yang berprofesi sebagai PSK, Nirmala-bintang sinetron yang sedang ingin menaikkan kembali imagenya, adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Sedikit kesalahpahaman antara Hanafi dan Sayekti, saat Sayekti mendapati Menik berada di kamar bersama Hanafi untuk membantu Hanafi meminum obat sangatlah manusiawi. Keberatan Pak RT untuk mengeluarkan surat keterangan tidak mampu untuk Hanafi adalah tepat, karena Hanafi tidak memiliki KTP ataupun surat pindah dari kampungnya.

Namun, di antara banyak kewajaran gambar terdapat pula beberapa KEKURANGWAJARAN. Mengenai Hanafi yang merokok padahal makanan dan minuman tidak tersedia, tidak termasuk dalam kekurangwajaran, karena itulah fenomena yang ada. Hal yang terasa kurang wajar dimulai ketika si bayi lahir, perawat menggendongnya dan memperlihatkannya pada para pengantar yang berada di ruang tunggu (OUTDOOR), lalu Hanafi pun meng-adzani anaknya di lorong itu juga. RUANG BAYI yang TIDAK BERTIRAI pun terasa agak janggal, mengingat kebanyakan rumah sakit menetapkan jam tertentu untuk ”pengintipan” bayi. Lebih terasa janggal lagi bahwa di box bayi tidak tercantum PAPAN NAMA identitas bayi dan orang tuanya. Namun demikian Sayekti dapat senantiasa mengenali bayinya tiap menjenguk, karena box bayi (yang dia anggap) anaknya selalu berada di ujung, di deretan terdekat dengan jendela. Cukup wajar untuk dipertanyakan, mengingat rumah sakit itu adalah rumah sakit bersalin, yang pastinya sering hadir bayi baru di ruang bayi itu, maka sewajarnya ada pergantian posisi box bayi.

Keberanian Sayekti kabur dari rumah sakit ketika selama tiga hari berturut-turut Hanafi tidak membesuknya dan anaknya adalah wajar. Namun menjadi tidak wajar, ketika TIDAK ADA gambar mengenai dia yang KESAKITAN karena ASI di payudaranya tidak dikeluarkan. Jika tidak mau menampilkan adegan Sayekti memerah susu, baju yang basah karena rembesan ASI dan raut kesakitan cukup mewakili keadaan Sayekti yang tidak menyusukan ASInya. Ketidakwajaran berikutnya adalah TIDAK DINAMAInya anak Hanafi dan Sayekti hingga berhari-hari, bahkan sampai akhir film pun kita tidak tahu siapa nama bayi mereka.

Namun, secara keseluruhan Sayekti dan Hanafi apik dalam memberikan gambaran kondisi sosial masyarakat Indonesia, dari dulu hingga saat ini. Semoga kisah seperti ini bukan merupakan kisah yang akan selalu cocok dan up to date dengan segala keadaan zaman. Semoga tidak perlu ada Sayekti dan Hanafi sequel ketiga, keempat, kelima dst untuk di masa yang akan datang. Amin.

Ini adalah tambahan, hasil keISENGanku. >_< Saat Sayekti dirawat setelah melahirkan, di papan nama yang terpasang di tempat tidur, tertulis tanggal lahir sang bayi adalah 15 AGUSTUS 2005. Saat Hanafi menanyakan biaya perawatan, dikatakan totalnya adalah Rp 3.650.000, 00 termasuk biaya rawat inap selama 5 hari. Artinya dari melahirkan, Sayekti dirawat selama 5 hari. Kemudian, Hanafi tidak datang membesuk selama 3 hari berturut-turut (terlihat juga dari adegan Sayekti yang menunggu-nunggu dengan memakai 3 baju yang berbeda). Setelah itu Sayekti kabur dan kemudian minta ijin untuk pulang dan berjanji untuk menebus bayinya ketika uang telah terkumpul. Tidak diceritakan secara jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan Sayekti untuk bekerja mengumpulkan uang hingga dia menjemput sang bayi. Misalkan waktunya adalah 10 hari. Maka total jumlah hari dari saat Sayekti melahirkan adalah 5+3+10= 18 hari. Jadi saat Sayekti dan Hanafi membawa pulang anaknya adalah tanggal 2 September. Ya, pokoknya bulan September lah.. Nah, tapi sepanjang perjalanan mereka dari rumah sakit, di pinggir jalan masih banyak ornamen2 MERAH PUTIH untuk merayakan kemerdekaan. Yang membuat terasa agak janggal adalah bahwa ornamen itu masih nampak baru: merahnya masih muerah. Dan, klimaksnya adalah ketika ada bapak-bapak PENJUAL tiang dan BENDERA melintas. Mana ada orang jualan bendera di bulan September kan? Hohoho...

Eh, ada lagi keisenganku. Si Sayekti manggil Hanafi kadang-kadang terdengar ”Ka Nafi”, kadang ”Ka” aja, kadang ”Han”. Pas di akhir-akhir terdengar (cukup jelas) dia manggilnya ”Kang”. Kan si Hanafi lahirnya 21 April 1975 di Yogyakarta, asumsinya mereka berdua berasal dari suku Jawa dunk.. Maka, panggilan yang cocok menurutku adalah ”mas”. Hari gini mana ada istri manggil suaminya ”kang”, sejawa-jawanya dia, kayanya ga mungkin deh... Hehehe...

Eh, ada satu lagi hasil keisenganku yang agak GA PENTING. Di prolog ditulis kalo film ini dibuat karena 20 tahun sejak Sayekti dan Hanafi dibuat oleh Irwinsyah, ternyata masih ada kisah serupa. 1987 + 20= 2007 kan? Nah, tapi pas di awal film diputer, pas Hanafi duduk di becak sambil ngerokok, ditulisnya ”menjelang 60 tahun kemerdekaan”. 1945+ 60 = 2005 dunk ya? Hmmm....

Wednesday, January 16, 2008

Pecinta Ulung + Pecinta yg Ekspresif (?)

Link

Please follow the above link to find out urs... Owya, ini buat iseng dan ketawa2 aja yaa..

This is mine and Miya's: (Mi'...kau harus baca! Hohoho...)

S C O R P I O (23 Oktober - 22 November)
Peringkat 11 : Tak akan membiarkan setiap godaan lewat begitu saja. Godaan bisa berarti perhatian baginya dan jarang diabaikannya. Scorpio senang menjadi populer sebagai si pecinta ulung. Bagi beberapa zodiac tertentu, Scorpio adalah tipe pecinta yang ekspresif (sabar yah yang punya pacar berzodiak ini..hehehe)

Hwuaaaaa....Am I? Are we Mi'? Peringkat 11 dari 12?! Sulit buatku untuk tertawa kl begini.. >_<

Tak Selayaknya Kuabaikan

Jangan serahkan hatimu padanya, cukup aku saja yg kehilangan hati. Begitu kata kawanku. Kutatap matanya dan kutilik rongga dadanya. Tak ada lubang di sana. Ah, dia hanya iri karena hatikulah yg terpilih. Pikirku. Dan diambillah hatiku yang satu. Ditimang-timang di tangan dan dihempas ketika jemu bertamu. Dadaku tak berlubang ataupun berongga [sama seperti milik kawanku]. Darah telah memenuhinya dan membeku [menyerupai hati].

Tuesday, January 15, 2008

[me]redup




Venue: GoetheHaus
Time: January 15, 2008. 8 pm
Starring: Mira Veronica Soesilo & Krisna Setiawan

Monday, January 14, 2008

Adab Berasap

Kejadian 1

Suatu sore aku sedang membahas suatu hal penting dan seru bersama Miya sambil makan donat dan minum kopi di J-Co. Tiba-tiba saja aku terbatuk-batuk. Dan terciumlah bau asap itu. Asap yang sangat menggangguku. Ku langsung memandang ke sekelilingku, dan benar saja, di meja sebelah kita terdapat beberapa lelaki penghasil asap itu. (boleh ya di dalam mall menghisap sesuatu dan menghembuskan asap pekat?) Aku dan Miya adalah jenis orang yang sensitif dan sangat terganggu oleh asap, maka dengan segera kami meninggalkan tempat itu.

 

Kejadian 2

Kita makan di Solaria, Margo City, yang artinya di dalam mall. Ketika menunggu makanan datang, aroma asap itu menyerang hidung kita. Karena kita ga mau pindah tempat, maka kita minta mbak pramusajinya untuk mengingatkan oknum penghasil asap untuk mematikan batang penghasil asapnya itu. Dan mbak pramusaji menjawab, ”ummhh...ga bisa mba..soalnya merokok tidak dilarang di sini. Kalau mau, mba duduk di luar saja...”. Wow... ada juga para penghasil asap itu yg di luar!

 

Kejadian 3

Kita makan di AH seberang TIM, ruangannya ber-AC. Setelah memesan, barulah kita sadar bahwa customer yg ada di meja sebelah kita adalah para penghasil asap. Maka kita berniat untuk pindah. Setelah memandang berkeliling, kita agak kesulitan karena ada beberapa meja yg ditempati oleh penghasil asap juga. Dan posisi mereka adalah saling berjauhan. Jadi kebayang dunk bahwa setiap sudut dihiasi asap beracun? Akhirnya kita milih di meja dekat jendela, karena meja di dekatnya hanya ditempati oleh seorang mas2. Akhirnya makanan datang. Dan pada saat itulah ku melihat mas2 yg seorang diri tadi mengeluarkan batang itu dan membakarnya. Damn... Kupanggil mas2 pramusajinya, kusampaikan keberatanku. Dan mas2 itu berkata, ”susah mba pada dibilanginnya..ya udahlah sekarang dibebasin aja.... Lalu kusarankan untuk membuat area khusus bagi para penghasil asap itu, kalau perlu diluar, di pinggir jalan sana. Kan ga enak banget ada penghasil asap di antara org2 yg terganggu olehnya.

 

 

 

Tiga kejadian itu membuatku bertanya(tanya), ”ada ga ya satu hal yang kita lakukan, yang bisa membuat para penghasil asap tersebut terganggu seperti yang mereka lakukan ke kita?" Mereka ’hanya’ dengan asap mereka, sudah sangat bisa mengganggu, dan sepertinya mereka tidak menyadarinya. Adakah yang bisa kita lakukan untuk membalas gangguan yg mereka perbuat ke kita?

Ku menanyakan pendapat kepada beberapa temanku (secara terpisah) ttg apa yang bisa kita lakukan untuk balas mengganggu para oknum yang memiliki mulut (serta hidung) penghasil asap tersebut.

Dan inilah hasilnya.

 

 

Miya: bukan penghasil asap

kibas2in tangan di depan hidung, memberi isyarat bahwa ”asap lo ganggu tau!”

 

 

 

 

Meranti: bukan penghasil asap

gua pikir ga ada. Karena mereka tuh orang yg ga pedulian, mau kita batuk2 mau kipas2 tangan, ga bakalan ngaruh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ika: bukan penghasil asap

ummmhhh.... minggir ajalah.. susah tau..

 

 

 

 

 

Maraden Media: menjadi penghasil asap sejak duduk di bangku SMP, bertahan selama 8 tahun. Pada bulan Mei 1995 menghentikan aktifitas menghasilkan asap atas tuntutan pacar. Namun, kembali aktif pada Mei 2000. Setelah memiliki anak yang memprotes kegiatan penghasilan asapnya,  akhirnya dia resign kembali pada tanggal 11 Desember 2007 sebagai hadiah ulang tahun buat anaknya.

 

Ga bakalan bisa. Mereka itu tidak peduli. Semakin kita nutupin hidung, atau kipas2 tangan semakin mereka ga peduli. Malah, mereka akan semakin semangat ngasilin asapnya.

 

 

 

 

 

 

Icha: bukan penghasil asap

Liat2 dulu orangnya. Kalo nampak baik dan bisa diajak ngomong, minta dia matiin. Kl tampangnya cuek, pindah aja...

 

 

Shanty:bukan penghasil asap

Aku tutup hidung rapat2 pake tangan. Kl di angkot, jendelanya ku buka lebar2. Habis kayanya orang2 itu ga bisa diajak ngomong deh...

 

 

 

 

Jadi memang sepertinya susah ya untuk terbebas dari gangguan asap yg dihasilkan lewat mulut itu... =(

Tapi aku sangat berharap para penghasil asap itu memiliki adab seperti bapak2 di bawah ini.

 

Kejadian 4 (semalem ni...)

Aku duduk di peron menunggu datangnya kereta. Bapak2 yg duduk di sampingku mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya.

Bapak2: Rokok ya mba..?

Tata      : (geleng2 kepala)

Bapak2: Maksud saya, saya mau ngerokok..bukan nawarin...

Tata      : Maksud saya, jangan ngerokok...saya ga suka asapnya...

Bapak2: Yaaaa...mba... (tampak menyesal)

Tata     : Nanti kalau saya sudah naik kereta, baru deh Bapak silakan ngerokok..

Bapak2: Yaaaa...mba... (tampak lebih menyesal lagi). Ya udah deh...

 

Sebenernya aku agak2 ga enak ngomong begitu, karena kita sedang menunggu kereta yg sama. Artinya kl nanti ku naik kereta dia juga akan naik. Artinya lagi, dia tetep blm bisa ngerokok. Hehehe...

 

 

Sunday, January 13, 2008

U can kill me, but don’t ignore me*

 

Bukan ku kan sita waktumu

Tidak ku kan pasung kebebasanmu

Tak kan dirimu kukuasai

(Janganlah kau khawatirkan)

 

Sekedip tatapan

Sesungging senyuman

Sekilas sentuhan

Kukira itu cukup

Tuk ronakan pipiku

 

Sepatah kata

Lebih dari cukup tuk terbangkanku

 

Setutur kalimat

Kan tunjukkan bahwa aku ada

 

Sejumput waktu tuk dengarkan ocehanku

Akan benar-benar membuatku (merasa) hidup

 

Sesulit itukah?

 

Apakah karena ku bukan dia?

Apakah karena ku bukan dia?

 

Kau telah terisi oleh dia dan dia

Jalan hidupmu begitu indah oleh dia dan dia

Membuatku bertanya:

Perlukan aku ada?

 

Kuingin mendengar kalimat itu (lagi)

Rangkaian kata dari mulutmu yang telah membuatku hidup

Mungkin akan dapat membangkitkanku dari mati suri ini

 

Jikalau mustahil

Perdengarkan sajalah

Kidung kematianku

 

*kutipan dari Drs. Ferry W. Atmadi, Ak, MIM saat memberi training >_<