Tuesday, January 26, 2010

Aku (merasa) Kehilangan Satu Cinta

 

 

Tentang perkembangan.

 

 

Aku dikelilingi oleh banyak cinta, salah satu sumbernya adalah dari anak temen-temenku. Banyak dari mereka yang cintaaaaa ama aku.

 

 

Selain Jasmine, ada anak lain yang juga cinta ama aku. Dua tahun lalu, pas kita ke Dufan rame-rame, ni anak lengkeeeettt ama aku. Pas nonton Police Academy, “aku mau duduk ama tante Tata”. Dan mak nya ditinggalin ajah… Cinta banget kan dia ama aku? ^o^

 

 

Nah, kupikir sekali cinta dia akan tetap cinta. Ternyata dengan berlalunya waktu, maka berlalu juga cinta si anak itu. Selama ini si kita selalu berwacana untuk nonton bareng, jalan bareng. Dan si anak ini juga bilang, ”Aku mau nonton kalo sama Tante Tata”. Tapi adaaaaa aja halangannya. Dia kalo hari sabtu les drum, trus hari minggu ke gereja lanjut sekolah minggu. Jadi, sampai sekarang acara nonton bareng ini belum terwujud.

 

 

Hari minggu kemaren, sore-sore aku menelfon mama dia untuk suatu keperluan. Ternyata si Mama sedang mandi, si anak ini membaca namaku kan di ayar henpon. Dia lapor mamanya bahwa tante tata nelpon, oleh mamanya dia disuruh angkat aja.

 

Dia: Hallo...

Tata: hey... Ini Kia yah?

Dia: Iya..

Tata: Mama mana Kia?

Dia: Lagi mandi..

Tata: ooo...dah lama mandinya?

Dia: Ummmhh.. Tar mungkin jam lima empat lima selesai..

 

Ku ga mungkin cuma nanya gitu trus nutup telfon kan? Maka kulanjutinlah ‘ngobrol’nya..

 

Tata: Ooo... Kia lagi apa?

Dia: Ga ngapa2in..

Tata: Hari ini kemana aja?

Dia: ga kemana-mana..

Tata: ga jalan-jalan?

Dia: Kemaren udah..

Tata: Kemana?

Dia: Ke Senayan..

Tata: Hwaa... Blanja-blanja yah?

Dia: Enggak..makan doank..

Tata: Ga beli-beli?

Dia: Beli...

Tata: Beli apa?

Dia: makanan..

Tata: yaelah..itu mah judulnya makan-makan..bukan beli-beli..

Dia: lha iya...

 

Dia tuh ngomongnya kalo kutanya doank..itu pun sepotong-sepotong.. Maka kusudahilah obrolan itu..

 

Tata: Ya udah deh..tar tante telfon lagi yah..

Dia: ya..

Tata: Dada Kia..

 

 

Nah, setelah telfon ditutup dan temenku selesai mandi, terjadilah percakapan yang mengungkap pudarnya cinta Kia padaku. Dan itu kuketahui hari Senin pagi...

 

Mama Kia: Tadi tante Tata ngomong apa, Kia?

Hizkia: Ga tau Ma... ga jelas..

Mama: Ada pesen ga buat Mama?

Hizkia: Ga ada.. Orang omongannya ga ada intinya...

 

Coba... Anak sekecil itu berkata begitu tentang aku?! Pertanda kalau dia dah ga punya cinta untukku lagi kaaannn? Dan ga cukup itu, kalimat selanjutnya adalah ”Eh, Ma... Bener-bener centil yah si tante Tata itu...?

 

 

Oh my..oh my.. Dia bilang aku centil! Kalau dia masih cinta aku, ga mungkin kan dia bilang gitu?? Ku ga percaya anak semanis ini berkata begitu...

 

 

Kubilang ke mamanya, ”Dia tau kan aku adalah tante tata yang dulu begitu dicintainya? Dia inget kan?”. Dan mamanya menjawab, ”Inget... Tapi dia itu udah mulai gedhe, Ta.. Udah klas 4 SD..

 

 

Idiiihhh... mau dia SD mau SMA, kalau cinta mah harusnya tetep cinta dunk.. Masa karena dia membesar dan berkembang, cintanya menghilang? Hiks...

 

 

Emang gitu yah? Anak-anak akan melupakan orang yang dicintainya ketika mereka membesar? Semoga Jasmine akan selalu cinta aku apapun yang terjadi.. Walaupun sudah mulai muncul ancaman yang berpotensi merebut cinta Jasmine dariku (melototin Shandy), semoga cinta Jasmine hanya untukku.. Amin..

 

Semoga dia akan selalu makan semangkok berdua denganku,

 

Dan semoga dia ga pernah takut ama aku,

Amin...

 

Wednesday, January 20, 2010

Gathering of Review Musketeers

 

 

Awalnya adalah ku minta tiket nonton gratis kepada Mumu sebagai pengganti foto bareng kalo ku nyapa dia suatu saat ku liat dia lagi. Dan Mumu menyetujuinya, plus “kita agendakan yuk nonton bareng sesama pendekar2 review multiply: vian, candra, adam, shandy...dan ardhee. kayaknya seru tuh"

 

Hwuaaaa… Pasti seruuuu…

 

 

Dan aku sok menawarkan diri untuk menjadi pihak yang meng-arrange nya…biar bisa ikut bertemunya para pendekar review. Kalian pendekar-pendekarnya dan aku mbok mban nya.. Hohoho…

 

 

Hal pertama yang harus ditentukan adalah waktunya. Karena ada yang bertempat di luar ‘negeri’, maka pastilah wiken. Trus karena masih ada yang skulah, brarti sabtu dicoret. (Dam, kamu klu cabtu macuk cekola nya ampe jam brapa?). Jadi paling aman hari minggu. Betul?

 

 

Minggu kapankah? Mari kita mapping availabilitasnya. Bulan ini tinggal menyisakan 2 hari minggu: 24 dan 31.

 

 

Yak dipilih...dipilih...

 

 

Kalo aku prefer tanggal 31... Karena biar udah gajian... hihihi... Tapi 24 juga gapapa... Semuanya on Mumu’s kan? Hohoho...

 

 

Kalian?

 

 

Pokoknya harus nemu tanggal yang semuanya bisa dateng yaaa...!

 

 

Setelah waktu ditentukan, maka selanjutnya venue dan acaranya..eh itu mah udah pasti nonton bareng yak? Hehehe...

 

 

 

Tuesday, January 19, 2010

Rumah Dara_Kewajaran yang Memuaskan

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure


“Please feel free to scream”. Itulah kalimat yang diucapkan oleh entah Timo entah Kimo (ku gat au mana yang siapa.. mahap…) sebelum pemutaran film ini pas openingnya Iinafff November tahun kemaren. Dari kalimat itu nampak bahwa film ini bertujuan untuk membuat penontonnya teriak sampai tenggorokannya luka. Dan tujuan itu berhasil. Tenggorokanku luka.


Jaman aku kuliah dulu, ketika hidup terasa begitu berat karena ujian terasa gagal, begitu keluar ruangan pengeeeen banget lompat sambil teriak sekenceng2nya. Temanku menyarankan bungee jumping. “Dijamin dah stress ilang. Atau kalau ga, ke Dufan aja naek tornado. Lo bisa teriak semau lo, ngumpat sesuka lo. Habisannya pasti lega ”. Begitulah, salah satu pelepas stress, peringan sesak di dada adalah teriak sekenceng2nya, lepas adrenalin sebanyak-banyaknya.


Dan itulah yang kurasakan ketika menonton Rumah Dara.


Inti ceritanya adalah pembantaian di sebuah rumah yang dimiliki oleh seseorang bernama Dara.


Dara memiliki 3 orang anak yang sedari kecil sudah diajarkan bagaimana mematikan, menusuk tubuh manusia. Sehingga menyakiti orang adalah hal yang sangat wajar bagi mereka. Itulah sebabnya mereka sekeluarga dapat dengan santainya, biasa aja, tanpa rasa bersalah apalagi berdosa untuk membunuh orang, termasuk bayi, kemudian memotong-motongnya atau mengawetkannya. Kita yang melihatnya akan menilai apa yang mereka lakukan adalah kejam, sadis, tak berperikemanusiaan. Itu karena kita tidak terbiasa dengan hal seperti itu. Lain halnya dengan mereka yang sudah melakukannya sedari kecil, itu biasa ajah. Sama seperti seorang anak yang dari kecil ‘diajari’ membuang dahak sambil jalan, maka sampe tua dia akan melakukannya dengan santai tanpa rasa bersalah. Padahal bagi orang lain itu adalah suatu hal yang jorok abis.


Nah, karena keluarga Dara tidak dibekali dengan rasa bersalah untuk melakukan pembunuhan, maka segala macam kekejaman untuk membunuh dapat mereka lakukan. Senjata yang digunakan mulai dari gergaji mesin, kemudian ada pedang, panah, pisau. Pokoknya apa pun bisa dipakai untuk melumpuhkan lawannya. Dan yang tidak ketinggalan adalah sesuatu yang dapat membuat orang tidak sadarkan diri. Kubilang ‘sesuatu’ karena memang tidak diperlihatkan, apakah itu berupa serbuk kimiawi, larutan anestetik, atau jampi-jampi lainnya. Tapi, justru dengan tidak diperlihatkan begini membuat nilai film ini bertahan. Karena, kalau diperlihatkan aku akan dengan sangat skeptis meragukannya, terkait dengan onset dan mekanisme kerjanya ^^ Jadi rangkaian menghilangkan kesadaran orang dan segala macam cara untuk menghilangkan nyawanya ada di sini. Dan jangan lupakan tentang tanpa keraguannya. Yang penting adalah tujuan mereka tercapai: mendapatkan tubuh manusia, organnya, untuk kemudian dijual.


Akan nampak membosankan dan monoton jika film ini hanya menampilkan adegan bius- ikat-bunuh, bukan? Nah, untuk itulah ada 2 orang yang terhindar dari pembiusan. Dan dua orang inilah yang semakin menganekaragamkan pemandangan untuk teriak. Bagaimana Sigi dan ArioBayu yang sedang beristirahat di kamar, kemudian harus menghadapi teror Dara dan anaknya, benar-benar membuat kita menahan nafas. Dan ketika Sigi harus melahirkan sendirian, dihilangkannya teriakan Sigi justru membuat kita ikut merasakan nyeri.


Akan sangatlah menyiksa jika film ini hanya menyediakan jasa pemicu teriak. Selain itu, efeknya akan berbeda dengan efek yang diberikan oleh tornado atau bungee jumping. Karena ketika kita naik wahana di Dufan, selain teriak kita juga tertawa-tawa, entah menertawakan apa. Begitu bukan? Nah, film ini sama seperti wahana-wahana di Dufan itu: membuat kita teriak sekencang mungkin kemudian tertawa-tawa. Ada tawa menertawakan diri sendiri, ada juga tawa karena mendengar orang tepuk tangan. ”Apaan si ni? Ko tepuk tangan..”, walau mengeluh dan mempertanyakan, tapi ketawa karena kocak.. Saat kita mengantri tornado maka kita suka mendengar umpatan-umpatan membahana bersumberkan mulut-mulut orang yang sedang dibolak-balik di atas sana. Suasana menonton film ini juga begitu, orang-orang begitu terhanyut dan terbawa arus kebencian pada sosok Dara sekeluarga sehingga penonton ikut memaki dan menyemangati pahlawannya. ”Bunuh! Bunuh! Gergaji aja! Gergaji ajah!”, kurang lebih itulah yang kudengar dari tetangga-tetanggaku (dan kayaknya termasuk aku... haha..)



Kewajaran adalah salah satu hal yang mendapat nilai paling tinggi di film ini dariku. Wajar karena masuk akal. Mengapa Dara sekeluarga begitu terobsesi membunuh orang terasa wajar, karena mereka punya pelanggan fanatik yang sampai-sampai plat nomor mobilnya adalah D 461 NG. Mengapa mereka ga risih dan ragu membunuh, sudah kubahas di atas, karena mereka terlatih sejak kecil. Mengapa sekelompok orang itu bisa ’terundang’ ke rumah itu, masuk akal karena salah satu karakter di situ adalah penyuka wanita, ingin nampak hebat di depan wanita. Dan yang menempati urutan teratas dalam hal kemasukakalan adalah: darah yang keluar dari leher yang ditusuk. Konde menusuk tepat di aorta carotis, dan darah yang keluar adalah benar-benar darah yang hitam dan kental, menggelegak. WOW! Urutan kewajaran berikutnya adalah adegan jambak-jambakan. Walaupun tetanggaku menggerutu (atau mengumpat yah?) ”Yah...males deh ujung2nya jambak2an juga.. Kayak gini nih kalo cewek berantem. Bikin ilfil ajah.. Abis perang gergaji lha kok kembali ke gaya kelahi klasik!”. Tapi bagiku itulah kewajaran yang sejatinya. Ketika senjata sudah tidak di tangan tapi perkelahian harus tetap dilanjutkan, apalagi kalau bukan saling jambak to? Itu sangat sangatlah natural ketika 2 perempuan berkelahi bukan?


Sama seperti dukun yang memberikan jasa aborsi, mereka tersembunyi tapi diketahui dengan baik oleh pelanggan-pelanggannya. Sama seperti makelar-makelar gadis di kampung-kampung, mereka mengetahui apa yang dimau oleh pelanggannya, mereka tahu bagaimana menyajikan dagangannya agar lebih meyakinkan dan lebih memiliki daya jual. Satu kewajaran lagi disajikan atas foto-foto korban yang disatukan menjadi katalog.


Kembali ke tornado, ketika tornado berhenti berputar-putar dan kita dipersilakan turun, tampang apakah yang nampak? Tawa dan senyum bukan? Nah, begitu juga ketika selesai menonton film ini. ”Gila ni orang yang buat..”. Bahkan komentar yang keluar pun sama antara habis naik tornado dengan nonton film ini.


Untuk semua kewajaran yang disajikan, untuk kelengkapan efek yang dihasilkan, dan untuk senyum yang tersungging ketika lampu dinyalakan, aku berikan 4,5 bintang. Akan menjadi 5 seandainya tidak ada Aming. Tapi in the spirit of appreciation, ku kasih bonus setengah deh... Genap 5 kan? (terasa obral bintang ga? Hihihi...)




Psssttt… Aku punya satu rahasia! Ketika lampu menyala, aku berkata ke sebelahku “Boleh ga si aku sujud syukur karena diberi kesempatan menonton film ini sekarang sehingga ga perlu nunggu tar Januari?”. Cukup jelas bukan bahwa menonton film ini benar-benar memuaskanku? Seandainya aku tidak mendapat tiket nonton pas opening inaff itu, maka kemungkinan aku baru akan menonton sabtu kemaren. Maka mungkin komentar yang keluar dariku adalah sama seperti kalimat para pengantin baru yang sok bilang menyesal atas perkawinannya, ”Nyesel! karena kenapa ga sedari dulu gua ngrasain ini!”.


^o^


Wednesday, January 13, 2010

Pencapaian Tertinggi dalam Sejarah Ciumku

-dilarang meniru-

 

 

 

 

Hehehe…

 

 

Kayaknya hampir semua dah tau kan yah kalo aku suka nyium? Ku sempat berpikir untuk mencatat siapa aja yang udah kucium, trus jika memungkinkan ku buat award siapa yang paling enak untuk dicium, siapa yang paling kooperatif, siapa yang paling susah, dan nominasi-nominasi lainnya. Tapi buat apa lah ya.. Tar malah pada iri-irian to? ^o^ Lagian cium doank gitu...

 

 

Tapi untuk ciuman yang satu ini harus dinobatkan sebagai pencapaian tertinggi. Selain karena dilakukan di ketinggian (sumpah naiknya ampe kakiku puegel!), juga karena habis melakukannya ku jadi deg-degan. Karena pas nyium, ku asal manjat trus nyium ajah, ga pake mikir, pokoknya ngliat stupa yang ga ditutupin spontan langsung pengen nyium. Eh pas udah selesai, baru deh kuliat ada tulisan ”Dilarang memanjat. No climbing”. Waduh... Mahapppp... Tadi ga bacaaa...

 

 

Tapi...tapi...tapi... Yang dilarang kan ’memanjat’, bukan ’mencium’ kan? Jadi kriminalku cuma satu... Hohoho... Dan mengingat ku tidak mengakibatkan kerusakan atau retak, dimaafkan lah ya... ^o^

 

 

Jangan ada yang niru yaaaa.... Kecuali kalian bisa mencapainya tanpa memanjat! ^^

 

Photo by: Nicky (thanks yah! Tengkyu banget mau nurutin akyu... ^^)

Venue: Puncak Borobudur, di sebelah stupa Kuntadewa. Jadi yang lain sibuk megang jari dan kakinya Kuntadewa, aku cium2... Astaghfirullah...)

Model: Tata & stupa

Tuesday, January 5, 2010

Aku Bangga Pada Diriku karena Aku Berubah

 

 

Tentang tahun yang berganti

Tentang pengembangan diri

 

 

Aku menilai diriku sebagai orang yang nrimo, pasrah dan ga tegaan serta tidak pernah menuntut. Sebenernya sudah bisa dilihat dari critaku bahwa aku suka keinjek si. Karena berawal dari nrimo itulah, maka aku suka. Nah, dalam hal kerja ternyata aku juga gitu. Aku ga ngoyo, aku ga mati-matian mengejar karier. Kerja, ya kerja. Mari kita kesampingkan mengenai passion yang ga gitu kurasakan di sini.

 

 

Hasil dari sikapku yang di atas adalah aku diperlakukan agak seenaknya. Ku bukan tipe orang yang suka pamer hasil kerjaan, ku pikir suatu saat mereka pasti tahu kalau itu hasil kerjaanku. Ini kemakan sama prinsip seorang teman yang kayak gitu juga. Jadi, aku ga pernah atau jarang laporan. Hehehe… Dan pedomanku adalah sudah seharusnya mereka tahu aku ngapain, hasilnya apa. Jadi misalnya ada yang ngaku2 itu kerjaan dia padahal hasil keringatku, ya aku diem aja… Waktu kan menjawab… Hahaha…

 

 

Trus ujungnya lainnya lagi, karena mereka tau aku ’pemaaf’, maka hak-hak ku suka terabaikan. Dan ketika mereka nyadar hak ku belum terpenuhi, mereka cukup bilang maaf ke aku. Dan aku pun cuma bisa iya-iya ajah.. Lagian apa yang bisa kukatakan dan perbuat kalau kalimatnya adalah ”atas nama manajemen, kami minta maaf karena telah ....

 

 

Trus, aku paling  nggak bisa nagih alias follow up. Paliiiiing ga enak. Ku ngebayangin misalnya ku musti ngasi sesuatu, trus ditagih tuh rasanya gerah. Jadi, kalau aku habis minta sesuatu ke orang, pengennya ku tunggu aja ampe orangnya ngasih. Sedangkan aku dituntut sesuai deadline, jadi mau ga mau ku musti nagih. Dan menemukan kalimat untuk nagih itu yang naudzubillah susahnya. Nyusun draft email tagihan tuh bisa lamaaaa banget… ^o^ Trus misal dah kutagih dan dia minta waktu lagi, ku ga bisa bilang “Pokoknya musti besok!”, pasti aku bilang “Okay…Thanks yah..”. Apalagi kalau lewat telpon...udah bahasa inggrisku di batas aman, orang bule ngomong dan beralasan ku bisa nimpalin apa selain, "Okay..I'll communicate this to the Health Authority. Hope they'll understand". Habis itu pusing abisss...

 

 

 Lama-lama aku ga nyaman dengan keadaanku itu. Ku ngrasa ku ga keren banget. Ku nampak lemah banget...gampangan gitu...

 

 

Ku musti belajar menjadi tegas.

 

 

Hingga akhirnya tibalah kesempatan itu. masing-masing sudra disuruh milih seseorang untuk dijadiin mentor. Maka, kupilihlah seseorang yang dianggap paling kejam dan tegas sekantor. Pokoknya dia tu jutek banget dah. Ku berpikir, dengan bersinggungan dengan dia, maka ku bisa kecripratan sedikit sifatnya.

 

 

Maka dimulailah mentoring itu. Sebulan sekali kami makan siang bersama dan membahas apa saja yang seharusnya kulakukan. Dipilih sesi makan siang, karena itu juga sebagai salah satu terapi buatku untuk bisa ngobrol sambil makan. Karena sebelumnya, dan mungkin masih sampai sekarang, aku tuh kalau makan pasti sangat fokus dan konsentrasi, jadi ga bisa diajak ngobrol misalkan ngobrol pun ku sebatas mendengarkan dan sesekali tersenyum untuk merespon.

 

 

Di mentoring pertama, ku bilang tujuanku adalah pengen seperti dia: tegas dan dihormati. Trus ku paparkan baseline ku sekarang. Dan dia agak-agak shocked ada orang kayak aku. Trus kita menetapkan target bahwa di akhir tahun, harus ada perubahan yang nampak signifikan di aku.

 

 

Masa mentoringku 'cuma' 5 bulan. November dan Desember, kita ga ada makan siang bareng karena kerjaan seuabrek. Tapi mentoring tetap berjalan via email. Banyak hal yang bener-bener paradigma baru buatku. Dia bilang kalau untuk urusan kerjaan, jangan bawa perasaan, cuek aja. Asal kamu bener, maka lakukan. Trus dia juga bilang bahwa aku musti menyampaikan apa saja kerjaanku, let them know beda dengan show off atau cari muka aka menjilat. ”Just let them know... coz they have to know. That’s the way they’ll recognize you”.

 

 

Begitulah..

 

 

Kita belum sempat evaluasi hasil mentoring ini. Tapi aku sudah merasakan bahwa aku berubah, walau ga banyak. Aku menjadi orang yang lebih responsif dan reaktif. Udah mulai bisa cuek, berani nagih, yaa...sedikit tegas lah.. Aku berani berkata ke bosku, ”I don’t know whether you know what I’m doing or not”. Lain waktu ku berani bilang, “I feel, I’m lack or your appreciation and recognition”. And I feel good, really really good by saying it. Keluar ruang bos, aku lega dan tersenyum karena bangga aku bisa melakukannya.

 

 

Puncaknya adalah bulan Desember. Aku memperjuangkan hak ku, yang ku tau kalau ga kuperjuangkan maka akan terabaikan seperti dulu-dulu. Aku tidak menunda-nunda ketika ada aksi dari mereka, aku langsung bereaksi. Aku menyuarakan suaraku tanpa sungkan-sungkan. Pas crita ke mentorku, kubilang bahwa aku sekarang tau bahwa kita sendirilah yang harus memperjuangkan diri kita, untuk apapun itu. Dan mentorku menjawab ” I’m so proud of you Tata.. you are such a quick learner, in deed, no body can pursue it for us, thus we have to pursue and fight it by oursefl! That what makes ourlife colorful! *hugs* ”.

 

 

Ouw… Aku senang dia bangga padaku! Tapi yang pasti aku bangga pada diriku sendiri. Aku kagum bahwa aku bisa berubah ke arah yang aku tuju. Dan sekarang ku akan menentukan lagi tujuanku kemana dan seperti apa, dan aku akan berjuang ke sana. Semangat!

 

 

Untuk teman ngobrolku di tengah malam, kamu benar.. Kita senantiasa tumbuh dan berubah. Aku sudah membuktikannya. Tapi...untuk yang satu itu, tentang kekonsistenan yang kukatakan semalam, aku belum bisa.. Maybe someday... ^o^

 

 

Inilah kami... Beautiful mentor & cute mentee... hehehe...