Atas pertanyaan Dani dan Muse dan dengan telah disetujuinya hal ini untuk di-share oleh yang bersangkutan, maka inilah alasan penolakan yang diberikan oleh temanku yang menyanyikan lagu “Mau Dibawa Kemana Hubungan Kita” untukku.
Aku sama dia udah kenal lumayan lama. Sudah melewati lumayan lengkap hal. Ketawa-ketawa sering, nangis-nangis juga pernah. Kalau di blog nya m’onit ada tentang 5 orang dan penghargaan, dengan salah satu kategorinya adalah ‘orang yang ada di sana saat kita butuh’, maka temenku ini sudah pasti salah satunya.
We share the same value, itulah yang membuat kita bisa berteman dan sering flip-flop. Dan dia tidak mempermasalahkan aku yang masih suka flip-flop. Berbeda dengan seseorang yang berkata “Kamu hidup di jaman apa si Tata ko masih ber-flip-flop??”. (dan seseorang ini akan muncul lagi di bawah). Menyenangkanlah berteman dengan dia. Walau pernah juga kita berantem hingga dia berkata “gue capek temenan ama orang yang semaunya sendiri”. Auch..
Nah, suatu waktu dalam suatu diskusi kita membahas tentang sekufu dalam pernikahan. Aku curhat ke dia tentang betapa tak sekufunya aku dengan gebetanku. Ibarat menaiki tangga, maka aku di anak tangga pertama dan dia adaklah 7 anak tangga di atasku. Dan aku bukannya ga mau berusaha untuk menyamakan kedudukan, tapi aku butuh waktu. Untuk bisa berenang kita harus belajar mengapung dulu kan? Dan waktu itu aku sakit banget karena gebetanku itu sangat menunjukkan superioritasnya, bahwa dia jauh di atasku. Ibarat di kolam renang, dia renang bolak-balik nglewatin aku dan mencibir aku yang baru belajar meluncur. Kubilang ke temenku ini, “Adalah mimpi kalau ku berharap dia mau turun tangga dan gandeng aku untuk naik bersama”. Itulah sebab gebetanku itu menjadi mantan gebetan.
Kelanjutan dari diskusi tadi adalah aku mengajaknya menikah. Siapa tau kita adalah seperti ikan di laut yang pengen liat laut kan? Bahwa kita adalah pepatah gajah di depan mata tak keliatan kan? Dan setelah apa yang kita lewati bersama, suka dan duka, tangis dan tawa, senyum dan cemberut, kupikir cukup sebagai modal, tinggal melanjutkan ke seumur hidup (jiaaaa…keren banget kalimat lamaranku.. hohoho..)
Dan dia awalnya diam. Hanya bilang tidak mungkin dan tidak bisa. Kutantang ke dia apa alasannya. Dan berikut alasannya:
1. “Kita beda agama”
Dan aku refleks menjawab “Trus? Ada apa dengan beda agama?. Kita bisa ke Thailand seperti yang kamu pernah bilang. Atau, berhubung aku sudah khatam buku Kado untuk Pasangan Nikah Beda Agama, aku tahu cara untuk kita. Dan aha! Satu-satunya kantor catatan sipil yang menerima NBA adalah di Salatiga. Kotaku. Tidakkah kamu berpikir Tuhan memudahkan jalan kita?” (hohoho..).
2. “Aku ga cinta kamu”
“aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta padaku (saat ini). Witing tresno jalaran seko kulino lho..”. Dan sejak itu ku suka (godain) SMS dia “I love u”, dan dia menjawa “I don’t”. Begitu juga di akhir telpon, kalo kubilang “I love you..”, dia konsisten dengan “I don’t”-nya. Ku jadi berasa kayak anak cewek di film-film Bo Bo Ho yang ngejar2 Bo Bo Ho dan dicuekin habis-habisan gitu..
3. “Aku lebih seneng kamu menjadi temanku”
“lho..lho.. Emangnya menikah memusnahkan pertemanan? Menikah itu berteman lho. Itulah kenapa pasangan kita dinamakan ‘teman hidup’”
4. “Kita tidak sekufu”
Tata: maksud kamu, aku tidak se-anak tangga dengan kamu?
Dia: Iya..kamu jauuuuhhh dibawah..
Tata:Ya nggak masalah dunk..aku bisa nyusul kamu
Dia: ga mungkin bisa.. Kamu naik satu tangga, aku naik juga.. Ga bakal bisa nyusul ..
Tata: Lho? Kamu kan bisa turun tangga bentar, trus ajarin aku cara melangkah..
Dia: Ah..ga mau..
Begitulah model pertemanan dan becandaan kami. We do share the same value and sense of humor. Walau sekarang karena pengaruh seseorang dia jadi suka berkata “Berkembang dunk, Tata” atau “makanya belajar dunk, Tata”, tiap ku ga nangkep omongan atau becandaan dia. Dan seseorang itulah yang menjadi amandemen dari keempat alasan di atas.
5. “I love him”
Begitulah.. ‘him’ di sini adalah temenku juga. Dan inilah ‘seseorang’ yang kusebut di atas. Boleh dibilang aku yang mengenalkan mereka dan mengeratkan hubungan mereka. Tapi si temenku ini lebih passionate dan intimate kalo komunikasi sama si ‘him’ ini. Contoh sederhana: seumur-umur, dia tuh kalau SMS ke aku biasa saja. Nah kalo ke si’him’ pake acara ‘ndusel-ndusel’ gitu (sumpah ku ngakak pas baca kata ini.. hahaha…). Trus, oleh-oleh. Aku kan pe.rem.pu.an, ‘him’ adalah la.ki.la.ki. tapi si ‘him’ ini dapet oleh-oleh yang jauuuuhhh lebih perempuan dari aku. (aku sampe nganga dan ngakak pas nrimanya). Jadi, apa yang bisa kukata lagi kan?
^o^
Yak! Itulah critanya.. Kata seorang teman, “tak selalu kita menikah dengan soulmate kita”. Temanku ini adalah soulmateku, tapi ga harus menikahiku kan? We’re soulmate forever.. (ya..ya..ya.. aku tau kamu akan berkata “that’s a pathetic statement”. See? Aku tau cara berpikir kamu, teman.. mwah and love u!)
*ga bisa berhenti senyum selama ngetik*