Thursday, January 20, 2011

My Possessive and Over-protective Love

 

Apakah aku sedang mematikan lampu [mu]?

Aku merasakan angin kencang bertiup ke arahmu, maka kudekap dan bekaplah kamu agar angin tak dapat menyentuhmu. Aku lupa, kamu butuh udara untuk tetap menyala.

 

Apakah aku sedang melayukan bunga [mu]?

Aku begitu mencinta dan mendambamu, maka kugenggam kamu begitu erat agar dapat kurasakan selalu harummu. Aku lupa, cantikmu bukanlah untuk diperam.

 

Apakah aku sedang mengeringkan aliran sungai [mu]?

Aku menginginimu hanya untukku, maka ku bendung dan kualihkan arahmu hanya menuju kolamku. Aku lupa, tujuan alirmu adalah muara.

 

Apakah aku sedang memutuskan senar harpa [mu]?

Aku ingin kamu memainkan melodi indahku, maka kupaksa kamu untuk mencapai nada itu. Aku lupa, batas kekuatanmu adalah ada dan pasti.

 

 

Kekasih, maafkan aku atas luapan cintaku.

 

 

 

 

 

 

*hasil ‘merusak’ salah satu sajak di sini*

Monday, January 17, 2011

Terasing di Rumah Sendiri

 

…menjadi asing di tempat yang tidak asing, adalah indah…

-Mumu Aloha-

 

Kupikir ada benarnya juga kalimat itu. Kadang berada di antara orang-orang yang kita kenal justru tidak menimbulkan rasa nyaman. Kadang kita pergi ke suatu tempat, sendiri, untuk menikmati kesendirian. Dan ketika seperti itu dan kita bertemu dengan orang yang kita kenal, efeknya bisa menaikkan mood tapi bisa juga sebaliknya.

 

Contohnya, di bis. Saat-saat di bis adalah saat sendiri. Sambil melihat keluar tak tahu jelas apa yang dilihat, pikiran kita adalah bebas. Kita bisa melamun, berkhayal, berimajinasi bahkan membuat draft tulisan atau kerjaan. Tentu saja itu sebelum Twitter menginvasi (ku). Nah, ketika sendiri dengan segala imajinasi itulah nikmat datang. Apalagi jika ada backsound dari pengamen, duh rasanya seperti sedang buat video klip ajah gitu. Maka, ketika tiba-tiba muncul orang yang kita kenal yang mana pastinya mengharuskan kita untuk saling menyapa dan bertukar cerita, entah basi entah berisi, musnahlan nikmat dan nyamannya dunia.

 

Contoh lain, di tempat pertunjukan, sebutlah TIM. Aku sering datang ke tempat itu seorang diri. Aku merasakan kenyamanan datang seorang diri karena aku tidak perlu terlibat obrolan seputar acara atau nostalgia acara. Kadang aku menonton pertunjukan itu untuk memberi hiburan pada diri sendiri, duduk dan menikmati. Aku terlalu capek untuk mengingat-ingat pementasan 2 tahun lalu yang bertempat di tempat yg sama salah satu pemainnya ikut bermain juga di pentas kali ini, aku tak sanggup membandingkan pentas A dan pentas B. Jadi, dengan datang sendiri, otakku tak terbebani. Aku hanya perlu sedikit beramah tamah dengan sekeliling, mengobrol seperlunya sebelum layar terangkat.

 

Begitulah…  Ada kalanya aku betul-betul mendamba untuk menjadi orang asing di tempat yang tak asing.

 

Tapi kali ini terjadi sebaliknya. Aku menjadi asing di tempatku sendiri, dan itu sangatlah tidak nyaman. Aku ingin berkata “aku merasa asing dengan inbox multiply ku sendiri”. Tiap buka MP, inbox ku berisi postingan-postingan yang, sorry to say, tidak dalam peminatanku. Men-delete adalah salah satu usahaku untuk menjadikan inboxku tidak asing bagiku. Tapi ketika jumlah postingan kategori itu jauuuhh lebih banyak dari postingan yang kutunggu-tunggu, klik tanda silang adalah melelahkan dan kadang memfrustrasikan. Aku mencoba bertanya-tanya, kenapa bisa jadi begini? Salah satu sebabnya mungkin kontak yang dulu selalu kutunggu-tunggu sudah lumayan banyak yang tidak aktif lagi, dan sebaliknya postingan asing begitu produktif sekali sehingga ‘menutupi’ kemunculan postingan yang kutunggu. Dan yang tak kalah berkontribusi adalah fitur QN makin merajalela penggunaannya.

 

Ada seorang teman yang menyatakan kehilangannya akan aku di MP. Aku tidak menyangkalnya, karena memang porsi waktuku untuk MP berkurang banyak. Karena rasa keterasingan itu tadi. Tapi, aku tetep rutin tiap hari buka MP kok, tapi tiap kali itu pula aku merasa asing, scroll, tutup lagi. Sorry… :(

 

 

 

IDOLA BARU!

…satu oleh-oleh nonton Musikal Laskar Pelangi…

 

Hampir sebulan lalu aku menonton pertunjukan Musikal Laskar Pelangi (MLP) untuk pertama kalinya. Sebenarnya aku tidak ada motivasi khusus ketika menonton pertunjukan ini. Aku tidak (sanggup) membaca bukunya dan aku tidak menonton filmnya. Aku bukan fans dari Mira Lesmana dan Riri Riza, aku baru mendengar nama Hartati sang koreografernya. Erwin Gutawa? Jujur aku tidak begitu terpukau dengan karyanya, bahkan pernah kesal padanya ketika dia ‘merusak’ lagu-lagu Siti Nurhaliza di konsernya di Inggris sana. Jay Subiakto? Aku tidak begitu mengenal dia, karena selain jarang muncul di acara gossip, karya dia (kupikir) juga bukan merupakan konsumsiku. Hanya aku mendengar bahwa dia baru saja membuat pertunjukan Matah Ati di Singapura dan dia ‘dibenci’ pemain karena memiringkan panggung demi penonton bisa melihat aksi panggung secara komplit. Ketika membaca berita itu di Kompas, aku mencatat namanya (di hati) ^o^

 

Jadi, motivasiku nonton MLP selain untuk memperkaya tontonan juga untuk Jasmine. Kapan lagi aku bisa mengajak Jasmine kencan dengan tontonan jenis baru kan? “Jadi kita mau nonton Laskar Pelangi yang orangnya asli?”, Jasmine menyimpulkan arti kata ‘live’.

 

Dan ketika menonton, bukan hanya Jasmine, aku pun klepek-klepek dibuatnya. Dari layar diangkat Jasmine sudah terpekik “Wah..lucu sekaliii ada mobil di panggung!”. Sedangkan aku “Amiit..niat ajah yah..”. Dari segi cerita, menurutku sederhana namun runut. Musik dan liriknya menghipnotis. Begitu lagu pertama dimainkan, aku langsung berkata “Aku harus beli CD nya!”. Liriknya lugas, bukan puitis, tapi tidak kaku, dan sedikit mengingatkan pada lagu-lagu jaman Petualangan Sherina dulu. Koreografinya, luar biasa pas. Kompak dan bersatu dengan musik dan adegannya. Juaranya tentu saja tata panggungnya, lebih tepatnya production design-nya. Bukan sesuatu yang wow atau wah, tapi memanjakan mata. Bukan sesuatu yang dahsyat secara visual tapi cukup mengejutkan.

Kejutan-kejutan kecil muncul dengan teratur dan terus-menerus, tak ada kesempatan kita untuk bosan. Ibarat pacaran, aku tidak jgerr dikasih istana, tapi dikasih kopi pagi, kemudian agak siangan dikirim bunga, sorean dapat SMS luchu, ya gitu-gitu deh. Jadi, sebentar-sebentar aku akan menahan nafas takjub, diikuti dengan “anjiirr..”,astaga..”,oh.my.god”, “woow”, "kurang ajar ya" dan celetukan-celetukan kagum lainnya. Dan aku akhiri dengan “aku harus bertemu Jay!”.

 

Jadi, selesai pertunjukan aku segera menuju toko yang ada di situ dan membeli CDnya dan menemui Jay Subiakto! Dan bertemulah aku dengannya! Ummhh..dia kan orangnya kayak batu es gitu yah? Dingin dingin gimana gitu. Jadi aku pun tak berani untuk peluk dia ^^ Hanya kujabat tangannya dan bilang “makasih sudah memberikan panggung yang kerrennn!”. Dan dia sambil membungkuk sopan berkata “Terimakasih terimakasih sudah datang”. Yaaa mungkin template sih..tapi bahasa tubuhnya menunjukkan dia tulus. Kemudian aku sedikit menyampaikan bagian-bagian tata panggung favoritku. Dan cintaku terjatuh padanya ketika dia merangkulkan tangannya ke Jasmine. Ouw ouw ouw..aku cinta, aku CINTA orang yang suka dan cinta anak-anak!

 

Dan segera setelah itu aku mengirim pesan ke teman-temanku “Aku cinta Jay Subiakto! Aku cinta Jay Subiakto! Aku cinta Jay Subiakto! Aku cinta Jay Subiakto!”.

 

Waktu pentas MLP yang cukup panjang dan sistem tiket yang jelas membuatku bertekad untuk menontonnya sekali lagi. Maka, pergilah aku untuk menonton lagi untuk kedua kalinya di awal Januari. Kali ini bersama teman-teman, tidak lagi momong. Apakah ada beda? Tentu saja. Menonton pertama itu adalah memapar diri dan mata serta hati dengan kejutan, dan menonton kedua kalinya adalah menikmatinya dengan sepenuh hati. Lagu-lagunya sudah kuhapal semua jadi aku tinggal mengikuti sesekali. Dan tekadku kali ini adalah: ketemu jay lagiiii! Apalagi ketika habis istirahat si Willy mamamerkan padaku bahwa dia baru saja bertemu Jay dan berfoto bersama.

 

Agak susah menemukan Jay Subiakto. Karena dia bukan orang yang dicari-cari seperti halnya Mira atau Riri atau Andrea Hirata yang langsung dikerubuti orang. Para pemain juga dikerubuti orang untuk berfoto bersama. Dengan menyibak orang-orang aku berjalan dari ujung ke ujung, bolak-balik untuk menemukan Jay. Teman-temanku ikut berburu Jay. Dan ketika Shanty melihat sosoknya di luar, dia langsung “itu dia!” dan aku segera berlari keluar gedung.

 

Sesampai di depannya, sedang ada 1 orang berfoto bersamanya. Setelah selesai kujabat lagi tangannya “Dua kali menonton dan dua kali terpesona pada panggungnya”. Jay, dengan tampang datarnya “Oh dua kali nonton? Terimakasih sekali terimakasih sekali…”. Dan aku minta ijin untuk foto.

 

 

Eh, anak-anak mau ikutan.. “Aku juga mau dunk..”. Maka berfotolah kita

 

(ki-ka: eugene, willy, jay, tata)

Dan hari ini tokoh yang ada di Kompas kita adalah dia. ouw ouw ouw..rupanya jalanku untuk lebih mengenalnya direstui alam.. ^^ Dan aku agak shocked ketika membaca tahun lahirnya: dia seumuran bapakkuuuu!. Batal ngegebet deh… ^o^

 

Tapi teuteup.. Luv u, Jay..  Cinta pada “Saya bangkit ketika orang meremehkan diri saya, ketika mereka tidak memberikan kepercayaan dan menganggap saya tidak akan bisa mewujudkan suatu pekerjaan dengan baik” dan pada konsep “tabungan ide”-nya.

 

 

Tuesday, January 11, 2011

Do I Need to Remind You, Dear?

 

Do I need to remind you what you mean to me, dear?

 

It’s you the one who sail the world, when I’m stuck in the middle of the sea, to find me

It’s you the one who’ll be the light, when I’m lost in the dark, to guide me

It’s you who sing a song, when I toss and I turn and I just can’t fall asleep, beside me

And.. it’s always your shoulder that I have, when I cry

 

So, do I need to remind you what you mean to me, dearest friend?

 

 

 

*hasil ‘merusak’ Count on Me-nya Bruno Mars*

^o^

Karaokean yuukkss… ^^

 

 

 

 

 

Wednesday, January 5, 2011

Hari yang Kocak dan Penuh Tawa

Rabu, 5 Januari 2010

Ini harus kutulis agar bisa kukenang dan tidak membuatku senyum-senyum sendiri.

 

 

Sehari kemarin itu cukup ‘padat’ kegiatanku. Dimulai dari datang ke kantor sangat siang karena baru bangun jam 7 pagi (salahkan 711 Senayan dimana malam sebelumnya aku dan beberapa teman ngobrol sampai jam 11), kemudian beli tiket musikal LP untuk kesekian kali (terkait nonton keduakalinya dan profesi calo) dan jogging di Gelora Bung Karno. Walau ada beberapa kejadian low, tapi highlight hari kemarin adalah tawa. Ini beberapa di antaranya.

 

Kocak 1

Kemarin itu kan alam dengan isengnya menurunkan hujan sedari pagi dan tidak berhenti hingga jam makan siang, walau hanya tinggal gerimis. Tapi, aku yang sudah menjadwalkan untuk pergi beli tiket musikal pas jam makan siang, tidak terganggu oleh gerimis itu. Maka, pergilah aku ke tukang ojek untuk mengantarku. Dan tukang ojeknya ternyata merangkap sebagai tukang tambal ban, jadi aku harus menunggunya memompa ban sebuah sepeda motor. Yaa..daripada jalan lagi di bawah gerimis untuk mencari pangkalan lain, maka kutungguilah.

 

 

Singkat cerita, tiket terbeli dan diamplopi sehingga tanganku memegang dompet, hape dan amplop itu. Karena riweuh ketika memakai helm, maka benda-benda itu kuletakkan terlebih dahulu di jok motor. Dan kelar pakai helm, aku kaget karena di jok hanya ada dompet dan hape. Amplopnya ga adaaaa..! Dan sumpah yg pertama terlintas di pikiranku adalah: ada yg mencurinya! Mengingat tiket kelas itu banyak dicari orang. Dan aku panik, “Amplop saya mana, Pak??”. Bapaknya bingung karena emang posisi dia kan memunggungi aku dan walaupun dia punya spion, jangkauannya kan bukan belakang punggungnya. Trus dia nengok ke bawah, ke genangan air dan…jderrr..amlopku terendam di sana! Yang namanya terendam pastinya tidak hanya basah ya..tapi kuyup tak menyisakan kering setitikpun. Dan pas kuangkat, bukan hanya lepek tapi juga peyot dan sangat mudah terobek. Kucoba melihat keadaan tiket di dalamnya: saling melengket dan cap tulisan tanggal dan jam tayangnya mulai memudar. Hiyaaa… Dan aku spontan ketawa, “Kocak banget si besok nontonnya pake tiket tak teridentifikasi gini.. Hahaha..”. Tadinya pengen ke ticket box lagi untuk tuker tiket, tapi resiko diketawain dan membuat orang-orang terheran2 tinggi, maka ku pulang saja.

 

Sesampai di kantor, tiket itu kugelar di meja agar kering. Dan pas kering, tentu saja keriting dan crispy.. ^o^

Kocak 2

Ada seorang temanku yang biasanya kita sering bertemu tapi karena kesibukan dan liburan akhir tahun untuk beberapa waktu kita tidak bertemu. Maka kami memilih-milih hari ketemuan, dimulai hari selasa dimana dia berpikir untuk ketemuannya di hari rabu saja. Tapi kubilang “Tak bisa..aku jogging..”. Maka dikusi berlanjut kemarin.

 

Dia: Kamis aja yuk ketemu sambil The Tourist atau apa gitu..

Tata: Tak bisa.. Kamis aku Khalifah-an..

Dia: oo.. Ya udah jumat yuk..

Tata: sip..sip..  [sesaat kemudian] Eeee… ga bisaaa.. jumat aku mau musikal LP!

Dia: gila ya, Ta..lo sibuk banget.. Ya udah sabtu..

Tata: hehehe… Sabtu aku di GalNas…nonton band ma film..

Dia: ya udah deh…kita ga usah ketemuan di dunia.. susah bener.. tar aja kita janjian di padang mahsyar!

Tata: ………………

Kocak 3

Dari seorang teman yang konon sedang tidak enak badan. Waktunya pas tengah malam pas aku sudah sangat siap untuk tidur. Beberapa waktu sebelumnya aku kan jogging berputar-putar GBK, lanjut makan salad buah dan yoghurt (lagi-lagi) di 711 Senayan, trus ngobrol dengan teman hingga (lagi-lagi) jam 11. Sesampai kosan mau ga mau mandi total dunk.. Selesai mandi, badan enaaakkk..segeeerrrr…walau agak2 capek. Dan aku siap tidur. Eh mendadak hujan turun. Badan capek + bersih + tengah malam + hujan = sempurna untuk tidur bukan? Kubayangkan tidurku akan nyenyaaakkk…

 

Tapi tiba-tiba masuk pesan ke hape dari temanku yg sedang tidak enak badan itu:

Tik tik tik hujan rintik di atas genting

Airnya turun merintik nitik

Lihatlah itik, tidur di batik

 

 

Dan aku langsung terperanjat, karena:

1.       Ko dia blum tiduuuurrr..kan katanya ga enak badan

2.       Ko dia bisa luchuuuu…

 

Temenku ini kadang emang luchu dan menggemashkan, tapi ga nyangka bisa seiseng dan sekocak itu. Jadi pas baca pesan dia itu aku langsung nganga dan ngakak, kayak pas denger SBY mengakhiri pidatonya dengan pantun dulu itu. Hahaha..

 

 

Dan ngantukku resmi hilang ketika dia mengirimkan lirik lagu itu, baris terakhirnya:

Ga perlu cantik yang penting ba..ik

Gyaaa…. Gimana aku ga cinta cobaaaa…

Dan sampai sekarang aku masih senyum-senyum tiap nyanyiin lagu itu.. I heart you, boy..! ^^