Friday, December 30, 2011

Apakah pakai 'kacamata' juga bisa menipu orang?

 

hmmmmm....

 

Yang kumaksud dengan ‘kacamata’ ketika kubilang “Ketika kita melihat sesuatu yang janggal yang aneh yang tidak masuk akal, baiknya coba pikir dan renungkan, jangan-jangan cara pandang kita yang perlu dikoreksi. Atau jangan-jangan kita salah pakai 'kacamata'”, adalah cara memandang. Kita sering tidak mengerti sama sekali dengan jalan pikir orang lain bukan? Contoh ekstrim: pelaku bom bunuh diri. “Apppaaa siii yg mereka pikirkan??”, sering terdengar komentar seperti itu bukan? Contoh lebih sederhana: ada seseorang yang merasa dia melek fashion dan melihat ada orang lain memakai baju yang menurut dia kejahatan, dia foto diam-diam kemudian dia sebarkan di social media dengan captiono my god, what were this lady thinking. fake tan & blondish hair. harem jeans? Yuck”.  Akarnya adalah dia tidak mengerti dengan apa yang dia lihat dan merasakan keanehan tingkat dewa.

 

Adakah ‘kacamata’ untuk kedua contoh di atas?

 

‘kacamata’ aka cara pandang itu menurutku bergerak atau berkembang seperti halnya mata kita. Contoh yang menurutku cukup pas adalah di film Sang Penari, film tentang ronggeng di daerah Dukuh Paruk, Banyumas. Di film tersebut, di latar waktu itu, ronggeng ada dengan segala macam ritualnya yang kental (sesaji, doa sebelum manggung). Kemudian tibalah waktu di mana mereka seperti ‘dipaksa’ untuk berkompromi dengan kondisi jaman: sesaji dan doa ditiadakan. Para tetua merasa sangat keberatan, apalagi sang dukun ronggeng. Namun, akhirnya dicapailah jalan tengah bahwa sesaji dilakukan di rumah sebelum berangkat. Kata salah satu sesepuh “Inilah lakuning jaman..”. Yep! Di ‘mata’ para sesepuh itu, awalnya peniadaan ritual sesaji di panggung itu adalah kejahatan tradisi. Namun, mereka menyadari bahwa jaman bergerak dan berubah, maka mereka pun akhirnya menerima hal itu sebagai ‘lakuning jaman’. Mereka melakukan ‘koreksi pada mata mereka’, mereka memakai ‘kacamata’ baru..

 

Nah, sekarang dengan mengetahui pentingnya ‘kacamata’ ini, haramkah "apaan sih ini?? Ga ngerti deehh..”? Apakah kita akan menjadi orang yang selalu mengerti semua hal?

 

Pertanyaan selanjutnya? Apakah ‘kacamata’ membuat kita menjadi penipu? Karena kan pada awalnya kita tidak mengerti, kemudian kita memakai ‘kacamata’ dan menjadi mengerti. Pada kondisi A kita memakai ‘kacamata’ A, pada kondisi B yang sebenarnya kita anti kita menjadi mengerti karena kita memakai ‘kacamata’ B. Apakah itu bukan sedang menipu diri sendiri dan orang lain?

 

Kembali kepada kacamata. Apakah kita memiliki banyak kacamata dengan segala macam ukuran/ kebutuhan di satu waktu? Tidak bukan? Kita melakukan koreksi pada kacamata ketika kita merasa kacamata yang sekarang sudah tidak nyaman di mata. Ada yang bertahun-tahun masih memakai kacamata yang sama bukan? Begitu pula dengan ‘kacamata’, dia perlu berubah sesuai lakuning jaman.

 

Dengan adanya ‘kacamata’ tidak serta merta menjadikan kita manusia yang mampu memahami segala hal di dunia. Dan juga tidak menjadikan kita penipu. Karena hanya ‘kacamata’ yang pas dan nyaman lah yang kita pakai. Selanjutnya, kita juga akan mengerti bahwa tiap orang memiliki ‘kacamata’ masing-masing. Dan ini akan berkontribusi pada dua contoh di awal paragraf.

 

 

 

 

*kalau dipikir kok jadi geser yah fokusnya..? bukan tentang ‘kacamata’ tapi mencoba mengerti perbedaan.. hehehe.. mahap..*

 

 

Wednesday, December 28, 2011

LUPA DIRI SENDIRI

 

..banyak orang berpikir untuk mengubah dunia, tapi justru suka lupa untuk mengubah dirinya sendiri….

 

Tentang kacamata dan 'kacamata'

 

Ketika aku SMA, entah bagaimana aku merasa ingin memakai kacamata, kayaknya keren dan pintar ajah. Maka, aku mendesak orang tuaku untuk membelikan aku kacamata dengan keluhan betapa suka pusingnya aku ketika membaca. Maka dibawalah aku ke dokter mata di sebuah rumah sakit. Selama menunggu giliran diperiksa, aku cemas dan gelisah luar biasa, ada ketakutan bahwa ternyata mataku baik-baik saja dan bahwa pusingku hanyalah pusing biasa. Dan ketika aku menghadapi papan huruf, aku semakin terpuruk karena aku hampir bisa membaca yang ditunjuk pak dokter dengan nyaris sempurna. Ada terselip niatan untuk salah membaca dengan sengaja, tapi aku tak berani…karena itu kan bohong ^^

 

Selesai adegan baca-baca huruf itu, aku kembali ke ruang dokter dan beliau menjatuhkan vonis aku bermata silindris dan rabun jauh sebesar 0.5.  Dan aku disarankan memakai kacamata. Yeaaayyyy!

 

Dengan sangat bersemangat aku memakai kacamata dan menjadi lebih percaya diri karena berasa nampak pintar. Akan tetapi, ternyata memakai kacamata tak seenak itu. Aku hanya betah beberapa waktu, habis itu dengan alasan “ga pake ga ganggu pemandangan”, kugantung kacamata itu.

 

Mulai masuk kuliah, aku terpikir untuk pakai kacamata lagi. Pergilah aku ke optik di mall Depok ditemani Okta dan memilih frame yang menurutku bagus. Namun, nasib kacamata ini tak jauh berbeda, hanya beberapa saat dipakai untuk akhirnya disimpan.

 

Mulai bekerja, demi penampilan baru aku keluarkan lagi simpanan kacamata itu. Dan ini lebih memiriskan, paling hanya seminggu kugunakan. Setelah itu aku tampil sebagai manusia bermata sehat. Entah dapat pencerahan darimana bahwa tidak berkacamata itu membanggakan karena artinya matanya sehat ^^

 

Hingga tibalah saatnya tes kesehatan, baik untuk keperluan wawancara kerja ataupun tes rutin. Setiap kali mengisi formulir tes itu, aku selalu mencantumkan ‘-‘ (strip) pada kolom mata sebagai tanda aku bermata sehat. Tapi, tiap kali diperiksa, sang pemeriksa slalu berkata “sudah saatnya memakai kacamata”. Tapi aku tak pernah menanggapinya dengan serius, berdasarkan motto “dunia masih tampak indah kok di mataku”.

 

Kemudian, aku mendapatkan frame kacamata sebagai salah satu kado ulang tahun bulan kemarin (dan kunobatkan sebagai hadiah paling mengesankan karena si pemberi mengerti apa yang kubutuhkan). Dengan semangat tidak membuatnya mubadzir, maka aku ke optik untuk membeli lensa. Sebagai prosedur, aku diperiksa dulu matanya setelah didahului dengan “dulu sih pake kacamata, tapi sekarang sudah kembali normal kok”. Selesai pemeriksaan pertama, si pemeriksa berkata “silinder yah?”, dan aku tersipu “kok tauuuu?”, dan dia “kan barusan diperiksa”. Pemeriksaan selanjutnya yaitu membaca huruf-huruf itu dan aku sangat sadar aku banyak gagal. Dan begitulah, minus satu saja mataku -___-

 

Empat hari sejak pemeriksaan, aku mulai mengenakan kacamata baru ituuuu. Reaksi pertama selalu templateya ampuuunnn..ternyata dunia setegas ini warnanyaaaa?!!”. Yep! Jadi ternyata yang selama ini aku lihat itu adalah dunia dalam versi agak kabur dan samar-samar. Warna hitam kelam, di mataku jadi hitam biasa, hitam biasa menjadi abu-abu kelam. Dan dengan kacamata baru ini, warna-warna menjadi lebih tegas ^^

 

Semalam, aku mengantri tiket di stasium Gambir. Di atas loket  terdapat layar TV lumayan besar yang menayangkan update kondisi tiket. Tayangan berupa tabel berisi nama kereta, jurusan, dan tanggal pemberangkatan. Setiap 5 detik, layar akan di-refresh untuk memberikan update terbaru. Nah, sudahlah posisinya di atas, warna hurufnya biru muda, kolomnya banyak ajah. Jadi, aku setengah mati meraba-raba angka yang dicantumkan. Aku sudah hampir mendekati titik emosi jiwa dan menulis saran yang intinya “perbaiki tabel update kondisi tiket dunk”. Dalam emosiku, apa gunanya pake TV gitu tp tulisannya ga bisa dibacaaaa..ga gunaaa tauuuu… Hingga tiba-tiba aku melihat mas-mas ganteng memakai kacamata dan aku jadi pengen pamer kacamata juga. Kubuka tasku dan kuambil kacamataku, kupakai. Hwuaaa…mas-mas itu makin ganteeeeng! Trus aku ingat untuk mengecek update kondisi tiket, dan kyaaaaaaaa….kok kebacaaaaaaa!

 

Untuuuuung aku blum marah-marah dan mengirim surat pembaca ke koran nasional. Ternyata kesalahan ada di mata saia *malu*. Dan aku jadi berusaha mengingat-ingat lagi apakah ada kejadian serupa selama ini. Mengingat aku memiliki hobi menulis saran ke setiap kejanggalan yang kurasakan dengan semangat agar ada perbaikan. Dan ternyata yang perlu diperbaiki dan diubah adalah mataku. Dududududu…

 

Hmm... Ga nyangka aku dapat pelajaran berharga secara harfiah gini… Lebih dalam lagi, ketika kita melihat sesuatu yang janggal yang aneh yang tidak masuk akal, baiknya coba pikir dan renungkan, jangan-jangan cara pandang kita yang perlu dikoreksi. Atau jangan-jangan kita salah pakai 'kacamata' ^^

 

 

 

 

 

Terimakasih banget buat Fadil dan Aki untuk frame-nya, dan kamu yang menemani membeli lensanya. Aku kini melihat dunia dengan lebih jelas. Dan aku juga diingatkan untuk 'melihat dunia dengan lebih jelas'.

 

 

ini aku dan frame baru-ku sesaat setelah kuterima..masih bolong tak berlensa ^^

Sunday, December 18, 2011

Untuk Ibu

Setiap manusia berjalan dalam setapaknya masing-masing. Mereka berjalan sendirian. Mereka bersama-sama berjalan kepada satu tujuan, yaitu … Tuhan” – Tanda Tanya (2011)

 

 

 

Ibu memutuskan untuk kembali ke jalan yang dulu Ibu pernah tinggalkan

………………………………………

Tata keberatan?

……………………………………..

Kalau Tata keberatan, Ibu akan menunggu sampai Tata rela

……………………………………..

Ibu telah memilih dan memutuskan, itu yang terpenting saat ini

…………………………………….

Tuhan tahu, maka Ibu pun ingin Tata tahu

 

 

 

Ibu, masalah jalan adalah hal keyakinan dan kedamaian.

Jika jalan itu yang Ibu yakini akan membawa kedamaian, itu lebih dari cukup buat Tata.

Tuhan tahu, Tata tahu, maka biarkan dunia juga tahu.

Selamat hari Natal, Ibu…

 

 

 

 

 

Aku dan Ibu [boleh saja] mengarungi sungai masing-masing, namun sebenarnya kami [senantiasa] bersama-sama, menuju muara, yaitu….Tuhan

 

 

 

Gambar oleh Ferry Andoni Agustan

 

 

*sedang buat draft kartu natal untuk mak-ku*