Rating: | ★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Drama |
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari film ini. Judulnya tak bersusah-susah dicari, cukup dari judul lagu yang juga merupakan soundtrack film nya. Ceritanya,klise luar biasa, yaitu tentang dua muda-mudi saling suka tapi karena si pemuda tak ingin mengecewakan atas keadaan dirinya, maka dia pura-pura jahat dan membuat si pemudi membencinya. Hingga di akhir cerita terkuaklah modus operandi si pemuda dan mereka saling mencinta hingga ajal memisahkan.
Si pemudi punya sahabat, si pemuda juga punya sahabat. Sebagai bumbu cemburu tentu saja ada gadis lain dan pemuda lain, dan tentu saja mereka jahat pengkhianat sehingga tak perlu ada dilema apalagi buah simalakama untuk pemain utama dalam memilih cinta. Adegan-adegan percintaannya standard jaya. Pergi ke pasar malam, naik bianglala dan pas sampai di atas mesinnya macet, yang merupakan adegan wajib di komik Jepang bacaan anak SD, itu ada. Dan demi tidak mencederai formula komik, maka macetnya bianglala berakhir dengan ciuman juga.
Namun, meskipun standard bin klise film ini tak terasa basi atau meresahkan. Film berjalan dengan lancar seperti aliran air di dalam istana boneka: pelan, tenang, menghanyutkan. Dan sepanjang perjalanan itu kita disuguhi keluchuan akting Donita yang menggemashkan. Donita menjadi pemudi bernama Cindy, gadis asal Lampung yang merantau ke ibukota. Karakter Cindy ini imut-imut lugu pengen dichubitin. Dia ekspresif, ketika kesal dia cemberut, ketika girang dia sumringah. Dan pergantian tampang itu dapat terjadi dalam sekejab, dan itu disebabkan oleh pasangannya. Pasangan dia adalah Panji yang diperankan oleh Marcel Chandrawinata. Panji adalah pemuda yang cuek tapi perhatian, suka iseng. Panji-Cindy adalah pasangan yang saling melengkapi, yang satu suka ngegodain, yang satunya gampang digodain. Dan goda-godaannya tuh kocak ajah.
Menurutku, dialog dalam film itu adalah utama dalam menentukan tingkat kebetahan menonton. Ada film yang hampir setiap kalimat terucap dari pemainnya adalah indah dan pengen dicatet. Tapi ada juga yang setiap kalimat seperti jarum yang menusuk telinga juga dada. Nah, Pupus pintar dalam menyiasati kebiasaan dialognya: putar lagu-lagu populer mengiringi beberapa eh banyak adegan. Hasilnya? Kita seperti menonton video klip. Rumus yang hampir sama yang digunakan Rizal Mantovani pada film Cewek Gokil. Ingat lagunya harus populer, sehingga secara tidak sadar penonton ikut menyanyi dalam hati sembari menikmati keindahan gambar di layar. Dengan begitu, cerita tetap berjalan pada relnya dengan dialog sesuai imajinasi masing-masing penonton. Aman kan?
Film ini cocok ditonton buat mereka yang sudah melewati tahap penuntutan status kepada gebetan atau pasangan HTS-nya. Karena beberapa dialog cukup menggelitik para penganut HTS, "Jadi kita ini apa? Temen, sahabat atau pacaran? Kita ciuman, artinya kita pacaran kan? Kamu tinggal tanya aku mau nggak jadi pacar kamu, aku pasti akan jawab mau". Yah…dialog-dialog ringan semacam itu ternyata ampuh lho menggelitik. Dan tak disangka tak dinyana ketika akhirnya kalimat "kamu mau jadi pacar aku?" terucap, lumayan mengharu-pyas-kan ^^
Oiyah, tonton dan nikmati saja..jangan tanya kenapa judulnya Pupus ^^