Tuesday, June 21, 2011

Pupus_Parade Video Klip (lagi) dari Rizal Mantovani

Rating:★★
Category:Movies
Genre: Drama
Cinta-cintaan klasik yang luchu dan menggemashkan.


Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari film ini. Judulnya tak bersusah-susah dicari, cukup dari judul lagu yang juga merupakan soundtrack film nya. Ceritanya,klise luar biasa, yaitu tentang dua muda-mudi saling suka tapi karena si pemuda tak ingin mengecewakan atas keadaan dirinya, maka dia pura-pura jahat dan membuat si pemudi membencinya. Hingga di akhir cerita terkuaklah modus operandi si pemuda dan mereka saling mencinta hingga ajal memisahkan.


Si pemudi punya sahabat, si pemuda juga punya sahabat. Sebagai bumbu cemburu tentu saja ada gadis lain dan pemuda lain, dan tentu saja mereka jahat pengkhianat sehingga tak perlu ada dilema apalagi buah simalakama untuk pemain utama dalam memilih cinta. Adegan-adegan percintaannya standard jaya. Pergi ke pasar malam, naik bianglala dan pas sampai di atas mesinnya macet, yang merupakan adegan wajib di komik Jepang bacaan anak SD, itu ada. Dan demi tidak mencederai formula komik, maka macetnya bianglala berakhir dengan ciuman juga.


Namun, meskipun standard bin klise film ini tak terasa basi atau meresahkan. Film berjalan dengan lancar seperti aliran air di dalam istana boneka: pelan, tenang, menghanyutkan. Dan sepanjang perjalanan itu kita disuguhi keluchuan akting Donita yang menggemashkan. Donita menjadi pemudi bernama Cindy, gadis asal Lampung yang merantau ke ibukota. Karakter Cindy ini imut-imut lugu pengen dichubitin. Dia ekspresif, ketika kesal dia cemberut, ketika girang dia sumringah. Dan pergantian tampang itu dapat terjadi dalam sekejab, dan itu disebabkan oleh pasangannya. Pasangan dia adalah Panji yang diperankan oleh Marcel Chandrawinata. Panji adalah pemuda yang cuek tapi perhatian, suka iseng. Panji-Cindy adalah pasangan yang saling melengkapi, yang satu suka ngegodain, yang satunya gampang digodain. Dan goda-godaannya tuh kocak ajah.


Menurutku, dialog dalam film itu adalah utama dalam menentukan tingkat kebetahan menonton. Ada film yang hampir setiap kalimat terucap dari pemainnya adalah indah dan pengen dicatet. Tapi ada juga yang setiap kalimat seperti jarum yang menusuk telinga juga dada. Nah, Pupus pintar dalam menyiasati kebiasaan dialognya: putar lagu-lagu populer mengiringi beberapa eh banyak adegan. Hasilnya? Kita seperti menonton video klip. Rumus yang hampir sama yang digunakan Rizal Mantovani pada film Cewek Gokil. Ingat lagunya harus populer, sehingga secara tidak sadar penonton ikut menyanyi dalam hati sembari menikmati keindahan gambar di layar. Dengan begitu, cerita tetap berjalan pada relnya dengan dialog sesuai imajinasi masing-masing penonton. Aman kan?


Film ini cocok ditonton buat mereka yang sudah melewati tahap penuntutan status kepada gebetan atau pasangan HTS-nya. Karena beberapa dialog cukup menggelitik para penganut HTS, "Jadi kita ini apa? Temen, sahabat atau pacaran? Kita ciuman, artinya kita pacaran kan? Kamu tinggal tanya aku mau nggak jadi pacar kamu, aku pasti akan jawab mau". Yah…dialog-dialog ringan semacam itu ternyata ampuh lho menggelitik. Dan tak disangka tak dinyana ketika akhirnya kalimat "kamu mau jadi pacar aku?" terucap, lumayan mengharu-pyas-kan ^^




Oiyah, tonton dan nikmati saja..jangan tanya kenapa judulnya Pupus ^^

Tuesday, June 14, 2011

Hanya ke Kamu…

..tentang seseorang yang spesial…

 

Hari minggu kemarin, 12 Juni 2011, aku datang ke acara makan malam memperingati 40 bulan pacarannya seorang teman (eh dua-duanya sudah menjadi teman dink..). Bukan tentang "astaga..apa yang istimewa dengan 40 bulan hingga diadakan makan malam bersama" yang ingin kuceritakan, tapi tentang arti seseorang.

 

Makan malam peringatan 40 bulan pacaran itu tidak mengundang banyak teman, hanya bersepuluh saja. Susunan acaranya dimulai dengan ramah-tamah saling kenalan di antara sesama undangan dan kemudian makan hidangan utama. Setelah selesai, piring-piring diangkat dari meja, kita diberi waktu sebentar untuk merokok di luar restoran. Nah, setelah itu buah dihidangkan, sebelum makan buah, si tuan rumah berkata "tolong cek bagian bawah meja kalian, we've prepared something for you". Kita semua segera meraba-raba bagian bawah meja dan menemukan amplop yang ditempelkan menggunakan selotip. Kita ambil dan kita yang sebagian besar perempuan langsung "ya ampuunn.. luchu banget..".

 

Jadi, pada bagian depan tiap amplop terdapat tulisan yang ditulis tangan seadanya (tulisan tangan si tuan rumah memang begitulah). Tulisan tersebut adalah kalimat-kalimat berkesan yang pernah diucapkan oleh pasangan tersebut ke satu sama lain. Jadi, setelah kutipan kalimat, diakhiri dengan nama pasangan yang mengucapkan. Dan masing-masing kita diminta untuk membacanya sebelum membuka amplop (dan menemukan gelang cantik sebagai souvenir). Tiap selesai satu kalimat dibacakan, kita yang sebagian besar perempuan berkata kompak "ouw..romantis bangeett..".  Sedangkan pihak yang dikutip kalimatnya malah kadang berkata "ya ampun gue pernah se-alay itu?" ^^

 

Boleh jadi kutipan kalimat-kalimat yang ditulis itu adalah gombal pada jamannya. Mengumbar kata-kata manis adalah hal yang lumrah bukan untuk para kaum kasmaran? Namun tetap saja ketika ternyata gombal-gombal itu berkesan bagi seseorang dan dia mengumumkannya ke khalayak (baca = kita-kita ), jadi terasa romantisnya.

 

Di antara semua kalimat 'gombal' itu, ada satu kalimat yang menghangatkan dadaku.

"Hanya ke kamu aku berani mengakui kekalahan dan iriku".

 

Begitu mendengarnya, terasa pyas dan melihat pasangan itu mataku jadi panas. Karena buat aku, kalimat itu daleeeemmm ajah. Tiap orang memiliki pride masing-masing, memiliki value, standard, prinsip sendiri-sendiri. Bisa dikatakan bahwa hampir menjadi standard umum bahwa rasa iri itu perbuatan tidak terpuji (meminjam istilah PMP jaman SD). Sebisa mungkin kita tidak menunjukkan bahwa kita iri pada sesuatu, baik materiil ataupun pencapaian orang lain. Pun diungkapkan, rumuskan kalimat-kalimat indah yang menyamarkan muatan irinya (atau sekalian diekstrimkan hingga nampak berlebihan). Seiri apapun kita pada kesuksesan orang (apalagi ketika itu hasil dari kita berkompetisi), itu cukup dalam hati dengan tetap tersenyum menyelamati. Orang bilang itu berjiwa besar dan itu sifat terpuji (meminjam lagi istilah PMP jaman SD). Jadi, ketika kita kalah, kekecewaan dan iri sebaiknya disembunyikan demi nampak berjiwa besar. Hal itu berlaku di ranah publik, juga di depan gebetan atau pasangan. Tulus dalam iri itu sulit.

 

Meski ada frase "menerima apa adanya", namun pencitraan itu perlu ^^ Berusaha agar tidak muncul kalimat "lho kok (ternyata) gitu…?". Kan jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga.. :)

 

Maka ketika kita menemukan orang yang kita bisa jujur sejujur-jujurnya, mengakui semua-mua, tanpa ada kekhawatiran akan mengecewakan, tanpa ada ketakutan nampak buruk, itu anugrah bukan? Ketika kita bisa bersikap dan bersifat semanusiawi mungkin, itu nikmat bukan? Ketika kita bisa bersikap apa adanya dengan keyakinan akan tetap diterima seutuhnya, apalagi yang kita butuhkan?

 

Aku terharu dan tentu saja iri pada temanku itu :) Aku juga ingin menemukan orang yang ketika ada soal "apa artiku buat kamu?", aku bisa menjawab dengan kalimat gombal itu ^^ Dan, oiyah...sambil nyanyi lagunya Audy :)) 

 

 

 

 

 

Eh..kayaknya aku sudah mulai menemukan dink…cuma blum bilang ke yang bersangkutan saja bahwa hanya ke dia aku begitu. Tar dia ke-GR-an trus besar kepala trus terbang deh… ^^

 

 

Tapi ingat: ini bukan hanya tentang pacar atau pasangan. Soulmate itu bisa berstatus apa saja yah...

 

Thursday, June 9, 2011

Beneran atau Asal?

Tentang yang terucap ataupun tidak…

 

Tentang Doa

Ini adalah hasil diskusiku jaman SMA dengan teman sebangkuku. Pemicunya adalah 'kebingungan'-ku pada teman2 yang suka berucap "doakan yah…", entah itu mau maju lomba, mau ulangan atau mau pergi kemana. Bingungku bukan kenapa dia minta doa, tapi lebih kepada tindak lanjut dari kalimat itu. Jawaban pasti dari kalimat itu kalau enggak "iya" ya "pasti" atau sejenis, ya minimal mengangguk dan tersenyum. Pasti tidak akan ada orang yang menjawab dengan "nggak mau" atau 'nggak janji yah".

 

Kebingunganku begini:

- si peminta doa apakah benar-benar membutuhkan doa dari teman-temannya dan berharap teman2 itu akan berdoa untuknya, atau sekedar kalimat sepantasnya (template) sebagai respon dari "gudlak yah.."

- si pihak yang dimintai doa dan mengiyakan akan mendoakan: apakah benar-benar akan berdoa (dalam artian khusus berdoa "Tuhan, semoga Andi bisa mengerjakan ulangan dengan baik. Amin") atau cukup mengiyakan saja dan itu sudah termasuk berdoa

- malaikat pencatat doa (jika ada) atau alam, apakah akan menghitung doa yang manakah? Yang betul-betul berdoa setelah sholat atau di gereja atau sebelum tidur? Atau dengan menjawab "iya" ketika diminta mendoakan itu sudah dianggap doa dan diperhitungkan?

 

Waktu itu aku bertanya ke temanku itu "kamu beneran berdoakah ketika mengiyakan permintaan doa seperti tadi?". Dan temanku bilang, "Tentu. Aku melakukan apa yang aku ucapkan. Walaupun tidak  segera ke gereja untuk berdoa semoga si X menang lomba, si Y operasinya lancar, tapi aku selalu menyempatkan berkomunikasi dengan Tuhan dan menyebut nama mereka". Beuh! Repot donk.. Dan dia "kalau kamu perhatikan, aku tidak mengiyakan setiap orang yg bilang 'doakan yah'. Kadang aku tersenyum saja. Aku tidak mau membebani diriku.". Trus aku mencerna dan mengangguk-angguk. Dan kami berdiskusi yang endingnya adalah walk the talk.

Ada yang tertarik mendiskusikan lagi? ^^ 

 

Tentang Maaf

Bisa dibilang aku jarang meminta maaf literally verbally "aku minta maaf" atau "maafin aku". Jika aku bersalah, maka caraku meminta maaf adalah dengan memperbaikinya dan memulai komunikasi kembali. Mengutip istilah 'test the water', aku meraba-raba melihat kondisi apakah masih berupa es atau sudah mulai mencair. Baru setelah benar-benar cair, aku akan meminta maaf dengan pelukan ^^

Pun sebaliknya. Jika ada yang meminta maaf, aku tidak pernah bilang "iyah…" atau 'sama-sama'. Kalau aku sudah tersenyum atau sudah membalas SMS itu artinya aku sudah memaafkan. Jangan menuntutku berkata 'aku memaafkan kamu', karena justru aku jadi gerah dan kesal.

Kalau aku begitu.. Bagaimana dengan teman-teman?

 

Tentang Janji

1.  "besok nonton yuks.."

"yah aku sudah ada janji ma temen mau makan bareng…"

 

2. "besok datang yah…"

"sip..sip.."

 Dan ternyata tidak muncul dan ketika dikonfirmasi, "kan aku ga janji bukan?".

Haruskah janji disebut janji ketika diucapkan dengan kata 'janji'? Apakah kesepakatan bisa disebut janji dalam artian janji yg dianggap hutang yg harus dilunasi?

Ini yang belum pernah kudiskusikan… Yuks… ^^

 

 

Monday, June 6, 2011

YA, KITA MEMERLUKAN SEORANG KEKASIH

Leon Agusta

 

Bila sungaii bermuara ke lautan

Laut manakah muara bagi sungai dalam hatiku

Bila burung-burung terbang bebas di cakrawala

Manakah cakrawala tempat mengembangkan sayap

Bagi rindu yang menggelepar dalam dadaku

Bila taman-taman pun juga punya pengasuh

Siapakah pengasuh jiwaku yang buncah ini ?

Ya, kita memerlukan seorang kekasih

Hatinya bagai lautan dadanya cakrawala

Budinya lembut buat mengasuh dan menjinakkan

Ya, kita memerlukan seorang kekasih untuk

menemani kita membaca kisah-kisah

menampung kecewa dan meredakan gelisah

membukakan pintu di malam larut

Bila angin berlari pepohonan melambaikan jari-jarinya

Siapakah yang melambai bila aku sedang berkelana

Akar pohon-pohon berpegang erat pada tanah dan batu

Tapi jiwaku yang gamang ke manakah hendak berpegang

Akan terkatungkah aku, mencari atau menunggu

Kamarku yang suram merindukan seorang tamu

Ya, kita memerlukan seorang kekasih

Lengan-lengan yang membelai, memagut jadi satu

Menyalakan lampu, mendoa dan menyulam impian

Malaikat-malaikat syorga pun melayang rendah

Ketika Tuhan merestui satu percintaan

Hingga bumi pun simpati, turut serta orang-orang lalu

Sebab demikianlah alam, Tuhan telah ciptakan

1967

 

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan aku jatuh cinta pada puisi lagi berkat puisi di atas. Puisi yang seharusnya sudah kubaca sebulan lalu ketika seorang teman (yg merupakan anak sang penulis) memberikan link blog tempat puisi itu disimpan. Tapi, namanya belum berjodoh, ya tak kubaca-baca ^^ Hingga akhirnya hari Minggu malam aku bertemu dengan sang penulis, dan beliau bertanya "Tata punya blog? Sudah baca blog Papa?". Aku cuma bisa meringis dan berjanji "Habis ini, Pa! Langsung Tata baca". Dan si papa "jangan lupa komentar yah..".

 

Itupun tak langsung kubaca, nunggu 24 jam berikutnya (tak sempat dan sempat lupa alamat blog nya). Dan langsung klepek-klepek... ^^

Puisi itu abadi yah? Ditulis jaman kapan tapi masiiiiihhh saja mempyaskan dada.. Dan aku segera menularkan klepek2 ke beberapa teman sesama pecinta puisi cinta bahan galau :)) Dan mereka semua juga klepek-klepek..

Penasaranku berikutnya: siapakah Leon Agusta (selain dia adalah papanya temenku)? Aku sama sekali tidak mengenal beliau *malu*. Untuk puisi cinta-cinta kan nama yang lazim beredar adalah Sapardi Djoko Damono (SDD). Itu pun aku tak punya bukunya ^o^ Dan untuk penyair indonesia lain, ummmhhh ternyata aku buta. Seorang teman berkata bahwa Papa Leon ini adalah penyair terkenal di era 70-80an (setelah sebelumnya dia ber-masyaaa allaaahh kamu ga tau siapa Leon Agusta??). Tapi kenapa bisa sama sekali tak terdengar (olehku)? Padahal puisi-puisinya baguuuusss... Dan kata seorang teman "Ya kalo Leon cukup dikenallah bagi yang benar-benar paham puisi Indonesia". Jleb!

 

Maka, sekarang aku sedang ingin mengkhatamkan puisi-puisi Papa Leon sekaligus ingin lebih mengenal beliau. (tapi bagaimana caranya...paman gugel kurang bisa membantu... huhuhu...)

 

Silakan ditengok puisi-puisi lainnya di www.leonagusta.wordpress.com