Tuesday, September 11, 2012

Suara Kecil dari Bali

Nama: TaTa; Sifat: Manja

Sepertinya itulah sifat yang sedang akan kutonjolkan kali ini: manja ^^

Beberapa bulan lalu, aku bersama dua orang kawan berwisata ke Pangandaran dengan tujuan utama adalah Green Canyon. Walau aku tak begitu suka air, tapi karena ada kawan maka kemana saja ayuk sajalah. Kami naik bis dari terminal Kampung Rambutan menuju terminal Pangandaran. Dan karena kami adalah generasi manja (lebih tepatnya aku), maka untuk menuju Green Canyon kami mencarter angkot (orang lain akan naik angkot kemudian lanjut ojek). Jalanan dari terminal Pangandaran menuju Green Canyon itu kondisinya cukup parah: tidak rata permukaannya tapi lubang merata dan nyaris menjadi kubangan air. Tentu saja jalannya angkot menjadi ajrut2an, sesekali kepala kami kepentok atap angkot. Kemudian si Bapak supir berkata “ya beginilah Mbak kondisi jalannya. Padahal daerah wisata.. duitnya dikemanain coba?”. Dhuar!

Nah, minggu kemarin aku melewatkan akhir pekan di Bali. Sebagai Miss Duduk-duduk yang gampang masuk angin, maka agenda utama di Bali adalah duduk-duduk bukan di pantai. Dan sebagai generasi manja, maka kemana-mana naik taksi. Ketika di Uluwatu, orang di sebelahku ternyata adalah rombongan dari Brazil. Ketika kutanya berapa lama tinggal di Bali, dia menjawab: 30 hari. “Karena ke sininya aja 3 hari, jadi di sini harus lama”. Masuk akal..masuk akal…
Dalam perjalanan pulang menuju hotel (yang lokasinya dekat bandara), aku mencoba mereka-reka budget liburan orang2 Brazil tadi. Dan aku mulai pening mikirin biaya hotelnya. Kemudian aku bertanya ke bapak taksi, ngobrol lebih tepatnya, karena jarak tempuh yang lumayan panjang.

TaTa: Pak, di sini ada kos2an kan yah? paling nggak di deket2 kampus Udayana tadi..
Taksi: oh banyak, mbak.. Ada yang 800rb, ada sejuta per bulan
TaTa: Nah…kl saya jd bule2 yg luama di Bali, saya mau ngekos ajah ah
Taksi: lho memang banyak bule yang begitu, mbak.. mereka ngekos atau kontrak rumah. Ada yang ngontrak rumah selama setahun, nanti kalau ada teman mereka yang berlibur ke sini mereka sewakan rumah itu. Jadi bisnis juga untuk mereka
TaTa: hah?? Kok mereka gituuuu.. Astaga..ngirit jaya yah.. Di sini ngekos, trus kemana-mana naik motor sewaan.. ck ck ck ck..
Taksi: bahkan ada bule2 yang kerja juga. Mereka liburan di sini lama, kemudian promosi ke negaranya sana bahwa kalau ke Bali akan ditemani. Ya tentu saja mereka lebih laku daripada kita
TaTa: hah?? Oh my God.. itu kreatif atau apa yah namanya
Taksi: ya pemerintah kita juga lemah..tidak melindungi..membiarkan saja. Jadi, kita ini saingan juga sama turis, bukan hanya melayani turis
TaTa: lagian orang Bali itu baik-baik sih ya, Pak.. paling nggak itu yang saya rasakan. Ga kayak di Jogja yang udah creepy suasananya..dimana-mana ada tulisan “awas copet”. Nah, di sini rasanya damai. Karena orang2nya relijius kali yah, Pak.. Hari ini aja semua tutup.. (hari itu bertepatan dengan hari raya Kuningan)
Taksi: soal aman sih lumayan bagus. Perampokan juga agak jarang. Soalnya kalau sampai Bali ga aman, bisa bangkrut Bali karena turis tidak mau datang. Pabrik nggak ada, pertanian juga sedikit saja
TaTa: waaa… tapi kl bule-nya terlalu kreatif dari pengiritan jaya sampai bisnis gitu.. jahat juga yah sebenarnya..
Taksi: ya mau gimana lagi, mbak.. pemerintah membiarkan..
TaTa: tapi sebenarnya pemerintah ga segitu jahatnya yah.. jalanan di sini buagus..sampai ke pelosok tebing pas mau ke Karma Kandara tadi, mulus.. Cuma kurang di bagian perlindungan itu tadi yah.. pemerintahnya setengah-setengah

Nah.. sekarang aku jadi mengerti kenapa suka ada harga tiket yang berbeda antara turis domestik dan asing. Dulu aku bertanya-tanya untuk apa pembedaan itu, “kan kasian bulenya..kayak dipalakin”. Sekarang aku berkata: memang sudah seharusnya bule itu diperas, mereka kan sumber devisa negara. Hohoho…
Selain ‘pemerasan’ terhadap bule, rasanya aspirasi Pak Ketut Selamet, supir taksiku tadi, perlu diperhatikan dan diberikan jalan keluar. Ya masa penyedia jasa wisata lokal musti bersaing sama bule-bule 'kreatif' itu. Kalau aku nyalon gubernur Bali maka aku akan mengeluarkan kebijakan pelarangan2 untuk bule: bule ga boleh ngekos, bule ga boleh berkeliaran naik motor sendiri, bule ga boleh nyari duit di bali.


Sesampai aku di bandara Soekarno Hatta, aku menuju ke pool Damri untuk menuju blok m (dulu aku slalu naik taksi, tp sekarang sudah tak begitu manja lagi, #pengetatanbudget). Dan, di bangku tunggu..ada 2 pasang bule aja dunk..sedang nunggu bis damri juga. Tambah lagi deh peraturan kalau aku nyalon presiden: BULE GA BOLEH NGIRIT! Dan tentu saja: PEMBANGUNAN HARUS MERATA, SARANA-PRASARANA harus bagus dimana-mana, KORUPSI DIBERANTAS HABIS2AN (biar jalan kayak di Pangandaran sebagus pemasukan dari bidang wisatanya) *melebar kemana-mana*


Karena MP

Karena MP menutup layanan blog nya dan menyediakan fasilitas perpindahan isi MP ke Blogger dan Tumblr, maka jadilah blog ini..

thank you, MP.. *kiss