Wednesday, February 27, 2008

[Haruskah] Terhenti di Angka Tujuh

Tujuh tahun. Satu lagi akan menjadikannya windu, walau masih butuh banyak tuk jadikannya abad.

 

Sebagian orang percaya, angka tujuh adalah lambang keberuntungan. Ku memilih untuk tak percaya begitu saja ataupun serta merta menentangnya. Tapi kuimpikan hal-hal menggairahkan di tahun ketujuh ini. Bukan berarti tujuh tahun ini tak memberiku gairah. Hanya saja kuberharap adanya pematangan hati, keikhlasan nurani dan kesiapan jasmani.

 

Di mula, memang ku tak sertakan kata ‘selamanya’, tapi juga tak pernah siapkan mental tuk perpisahan seperti ini. Mungkin itulah salahku, lupa dan terlena oleh kebersamaan. Namun setelah apa yang kita lewati tujuh tahun ini, kupikir wajar jika ku pertimbangkan ’selamanya’.

 

Kamulah saksi atas ku dalam menjalani tujuh tahun ini. Kamu tahu semua adabku. Semua ekspresi dan luapan emosiku telah kamu saksikan. Tanpa kulisankan kamu hafal apa yang kusuka dan apa yang kubenci. Bahkan aku tak akan heran jika kamu tahu hanya berapa kali aku mandi sepulang kerja dalam seminggu ini.

 

Semua telah kita alami. Semua. Dari saat ku berusaha menghafal selamat-datang-pahlawan-muda-lama-nian-kami-rindukan-dikau hingga saat kalimat itu ditujukan padaku. Dari saat ku terpaksa menulis ”Mengapa aku memilih jurusan farmasi” hingga namaku memanjang. Kebersamaan kita ternyata tak berhenti di saat itu, saat selamat-datang-pahlawan-muda-lama-nian-kami-rindukan-dikau dinyanyikan untukku di upacara pemanjangan namaku. Ikatan kita boleh juga ternyata. Kamu punya pikiran seperti itu juga tidak?

 

Semua telah kita alami. Semua. Coba kamu sebutkan apa yang belum pernah kita jalani. Tertawa, menangis, pertengkaran, panik, bosan. Kukira semua rasa telah kita alami. Kamu ada ketika aku bermetamorfosis dari pembenci air putih menjadi pecandunya, dari pemilih makanan menjadi pemakan segala, dari penyingkir sayur menjadi pemburunya, dari insomnia menjadi tukang tidur. Kamu sabar mendengarkan setiap histerisku, entah itu karena girang, marah atau kecoa. Kamu sediakan dirimu untuk kulempari saat ku kesal. Kamu bahkan tak keberatan kujadikan penyerap keringat sehabis ku berolahraga. Kamu temaniku di semua sakitku, semua senangku, semua rasaku.

 

Semua telah kita alami. Semua.

Benarkah?

Kalau benar, ya sudah... Tidak masalah kita berpisah.

Kita tinggal mencari pengganti masing-masing.

Begitu bukan?

Cukup sederhana. [Sederhana bagimu, rumit bagiku.]

 

Hhhhh...

Tujuh tahun. Tujuh tahun yang terasa sangat ringan bagi otak dan hatiku. Tapi kini, kenapa hanya untuk melewati hari terasa begitu berat ya?

14 comments:

  1. waww.... whts up nih ma ni org,..??

    tulisan2 kamu bgs lho ta.... serius,.... aq suka bacanya...

    ReplyDelete
  2. pertama, ga mau akh jadi sasaran lemparan Tata
    kedua, ga mau akh jadi handuk buat ngelap keringat Tata
    ketiga, kamu mandi paling juga dua kali...itu juga karena keujanan pulang dari kantor, iya kan?
    keempat, ga mau kasih saran buat Tata, karena aku juga selalu bingung soal perpisahan
    kelima, tenang Ta masih ada kami untuk kau bagi kisah mu yang lain

    hehehehe...

    ReplyDelete
  3. wah ada tunas baru yang tumbuh.. kata dan rasa pun semakin bermekaran..

    diterusin ya ta nulisnya:)

    ReplyDelete
  4. yahh..makin senewen donkk adek lo yang pengen buru2 nikah itu Ta

    ReplyDelete
  5. Adjhie, Fatri dan Arif....
    Gara-gara kalian ni aku jadi begini... Huhuh... Coba ku tak kenal dan bergesekan dengan kalian, ga bakal aku nulis beginian.. Dijamin itu!
    (jadi kalian ini memberi pengaruh buruk atau baik yak? hehehe...)
    Senang bisa kenal dengan kalian....

    Fatri,
    makasi tuk kesediaan menampung kisah2ku nantinya... Janji ni ya! Hohoho...

    Arif,
    Aku terusin nulis, tp Virgin Suicides nya retur yak! Hihihihi....

    Lauda,
    Kemaren kau kasih komen, kenapa kau hapus? Kelamaan ya aku balesnya? Mahap...
    Tenang...Adekku blm tau ttg hal ini ko...Kupikir tanpa ini pun dia udah cukup desperado mengharapkan aku ko... Hehehe....

    Makasi semuaaaa....

    ReplyDelete
  6. klo begitu, menurutku kamu terkena pengaruh yang baik Ta. Tapi kalo gejalanya semakin memburuk, harap hubungi secepatnya dokter atau rumah sakit terdekat yah, hehehehe...

    Aku juga sangat senang berkenalan dengan dirimu Ta (asal jangan dijadiin sasaran lemparan mu yah Ta klo lagi ngamuk2, hehehe).

    Selamat berkarya Ta dan teruslah berbagi kisahmu, aku siap menampung kok :.

    ReplyDelete
  7. Ouw...tenang... Aku dah dibeliin dart ko... Kalo ku kesel tinggal lempar2 itu dart, walau kebanyakan melesetnya...tembokku jd korban deh... =)

    ReplyDelete
  8. maaf ya Ta..dihapus. khawatir terlalu 'dalam' ikut campur di dunia TaTaTaTaTaTa..
    tapi, itu emang resiko hidup di dunia maya bukan?

    eniwei, di depok masih banyak akhi-akhi yang cakep kok Ta...terus aktifkan radar mu Ta !!

    ReplyDelete
  9. Hahaha...
    Akhi-akhi itu pasangannya nini-nini bukan si???

    Thanks yaaa...

    ReplyDelete
  10. huahahahaha...

    aku juga akhi lho. Akhi = laki-laki bukan? tapi dijamin bukan pasangannya nini-nini :D

    ReplyDelete
  11. Yah Fatri mah ga bisa diitung akhi.... Ga mau dilempar2 soalnya... Hihihi....

    ReplyDelete
  12. gimana kabar itu kosan? masih ngekos dsitu atau ngga?

    ReplyDelete
  13. Hehehe... Entahlah... Masih dalam ketidakjelasan semuanya...

    ReplyDelete