Friday, December 30, 2011

Apakah pakai 'kacamata' juga bisa menipu orang?

 

hmmmmm....

 

Yang kumaksud dengan ‘kacamata’ ketika kubilang “Ketika kita melihat sesuatu yang janggal yang aneh yang tidak masuk akal, baiknya coba pikir dan renungkan, jangan-jangan cara pandang kita yang perlu dikoreksi. Atau jangan-jangan kita salah pakai 'kacamata'”, adalah cara memandang. Kita sering tidak mengerti sama sekali dengan jalan pikir orang lain bukan? Contoh ekstrim: pelaku bom bunuh diri. “Apppaaa siii yg mereka pikirkan??”, sering terdengar komentar seperti itu bukan? Contoh lebih sederhana: ada seseorang yang merasa dia melek fashion dan melihat ada orang lain memakai baju yang menurut dia kejahatan, dia foto diam-diam kemudian dia sebarkan di social media dengan captiono my god, what were this lady thinking. fake tan & blondish hair. harem jeans? Yuck”.  Akarnya adalah dia tidak mengerti dengan apa yang dia lihat dan merasakan keanehan tingkat dewa.

 

Adakah ‘kacamata’ untuk kedua contoh di atas?

 

‘kacamata’ aka cara pandang itu menurutku bergerak atau berkembang seperti halnya mata kita. Contoh yang menurutku cukup pas adalah di film Sang Penari, film tentang ronggeng di daerah Dukuh Paruk, Banyumas. Di film tersebut, di latar waktu itu, ronggeng ada dengan segala macam ritualnya yang kental (sesaji, doa sebelum manggung). Kemudian tibalah waktu di mana mereka seperti ‘dipaksa’ untuk berkompromi dengan kondisi jaman: sesaji dan doa ditiadakan. Para tetua merasa sangat keberatan, apalagi sang dukun ronggeng. Namun, akhirnya dicapailah jalan tengah bahwa sesaji dilakukan di rumah sebelum berangkat. Kata salah satu sesepuh “Inilah lakuning jaman..”. Yep! Di ‘mata’ para sesepuh itu, awalnya peniadaan ritual sesaji di panggung itu adalah kejahatan tradisi. Namun, mereka menyadari bahwa jaman bergerak dan berubah, maka mereka pun akhirnya menerima hal itu sebagai ‘lakuning jaman’. Mereka melakukan ‘koreksi pada mata mereka’, mereka memakai ‘kacamata’ baru..

 

Nah, sekarang dengan mengetahui pentingnya ‘kacamata’ ini, haramkah "apaan sih ini?? Ga ngerti deehh..”? Apakah kita akan menjadi orang yang selalu mengerti semua hal?

 

Pertanyaan selanjutnya? Apakah ‘kacamata’ membuat kita menjadi penipu? Karena kan pada awalnya kita tidak mengerti, kemudian kita memakai ‘kacamata’ dan menjadi mengerti. Pada kondisi A kita memakai ‘kacamata’ A, pada kondisi B yang sebenarnya kita anti kita menjadi mengerti karena kita memakai ‘kacamata’ B. Apakah itu bukan sedang menipu diri sendiri dan orang lain?

 

Kembali kepada kacamata. Apakah kita memiliki banyak kacamata dengan segala macam ukuran/ kebutuhan di satu waktu? Tidak bukan? Kita melakukan koreksi pada kacamata ketika kita merasa kacamata yang sekarang sudah tidak nyaman di mata. Ada yang bertahun-tahun masih memakai kacamata yang sama bukan? Begitu pula dengan ‘kacamata’, dia perlu berubah sesuai lakuning jaman.

 

Dengan adanya ‘kacamata’ tidak serta merta menjadikan kita manusia yang mampu memahami segala hal di dunia. Dan juga tidak menjadikan kita penipu. Karena hanya ‘kacamata’ yang pas dan nyaman lah yang kita pakai. Selanjutnya, kita juga akan mengerti bahwa tiap orang memiliki ‘kacamata’ masing-masing. Dan ini akan berkontribusi pada dua contoh di awal paragraf.

 

 

 

 

*kalau dipikir kok jadi geser yah fokusnya..? bukan tentang ‘kacamata’ tapi mencoba mengerti perbedaan.. hehehe.. mahap..*

 

 

Wednesday, December 28, 2011

LUPA DIRI SENDIRI

 

..banyak orang berpikir untuk mengubah dunia, tapi justru suka lupa untuk mengubah dirinya sendiri….

 

Tentang kacamata dan 'kacamata'

 

Ketika aku SMA, entah bagaimana aku merasa ingin memakai kacamata, kayaknya keren dan pintar ajah. Maka, aku mendesak orang tuaku untuk membelikan aku kacamata dengan keluhan betapa suka pusingnya aku ketika membaca. Maka dibawalah aku ke dokter mata di sebuah rumah sakit. Selama menunggu giliran diperiksa, aku cemas dan gelisah luar biasa, ada ketakutan bahwa ternyata mataku baik-baik saja dan bahwa pusingku hanyalah pusing biasa. Dan ketika aku menghadapi papan huruf, aku semakin terpuruk karena aku hampir bisa membaca yang ditunjuk pak dokter dengan nyaris sempurna. Ada terselip niatan untuk salah membaca dengan sengaja, tapi aku tak berani…karena itu kan bohong ^^

 

Selesai adegan baca-baca huruf itu, aku kembali ke ruang dokter dan beliau menjatuhkan vonis aku bermata silindris dan rabun jauh sebesar 0.5.  Dan aku disarankan memakai kacamata. Yeaaayyyy!

 

Dengan sangat bersemangat aku memakai kacamata dan menjadi lebih percaya diri karena berasa nampak pintar. Akan tetapi, ternyata memakai kacamata tak seenak itu. Aku hanya betah beberapa waktu, habis itu dengan alasan “ga pake ga ganggu pemandangan”, kugantung kacamata itu.

 

Mulai masuk kuliah, aku terpikir untuk pakai kacamata lagi. Pergilah aku ke optik di mall Depok ditemani Okta dan memilih frame yang menurutku bagus. Namun, nasib kacamata ini tak jauh berbeda, hanya beberapa saat dipakai untuk akhirnya disimpan.

 

Mulai bekerja, demi penampilan baru aku keluarkan lagi simpanan kacamata itu. Dan ini lebih memiriskan, paling hanya seminggu kugunakan. Setelah itu aku tampil sebagai manusia bermata sehat. Entah dapat pencerahan darimana bahwa tidak berkacamata itu membanggakan karena artinya matanya sehat ^^

 

Hingga tibalah saatnya tes kesehatan, baik untuk keperluan wawancara kerja ataupun tes rutin. Setiap kali mengisi formulir tes itu, aku selalu mencantumkan ‘-‘ (strip) pada kolom mata sebagai tanda aku bermata sehat. Tapi, tiap kali diperiksa, sang pemeriksa slalu berkata “sudah saatnya memakai kacamata”. Tapi aku tak pernah menanggapinya dengan serius, berdasarkan motto “dunia masih tampak indah kok di mataku”.

 

Kemudian, aku mendapatkan frame kacamata sebagai salah satu kado ulang tahun bulan kemarin (dan kunobatkan sebagai hadiah paling mengesankan karena si pemberi mengerti apa yang kubutuhkan). Dengan semangat tidak membuatnya mubadzir, maka aku ke optik untuk membeli lensa. Sebagai prosedur, aku diperiksa dulu matanya setelah didahului dengan “dulu sih pake kacamata, tapi sekarang sudah kembali normal kok”. Selesai pemeriksaan pertama, si pemeriksa berkata “silinder yah?”, dan aku tersipu “kok tauuuu?”, dan dia “kan barusan diperiksa”. Pemeriksaan selanjutnya yaitu membaca huruf-huruf itu dan aku sangat sadar aku banyak gagal. Dan begitulah, minus satu saja mataku -___-

 

Empat hari sejak pemeriksaan, aku mulai mengenakan kacamata baru ituuuu. Reaksi pertama selalu templateya ampuuunnn..ternyata dunia setegas ini warnanyaaaa?!!”. Yep! Jadi ternyata yang selama ini aku lihat itu adalah dunia dalam versi agak kabur dan samar-samar. Warna hitam kelam, di mataku jadi hitam biasa, hitam biasa menjadi abu-abu kelam. Dan dengan kacamata baru ini, warna-warna menjadi lebih tegas ^^

 

Semalam, aku mengantri tiket di stasium Gambir. Di atas loket  terdapat layar TV lumayan besar yang menayangkan update kondisi tiket. Tayangan berupa tabel berisi nama kereta, jurusan, dan tanggal pemberangkatan. Setiap 5 detik, layar akan di-refresh untuk memberikan update terbaru. Nah, sudahlah posisinya di atas, warna hurufnya biru muda, kolomnya banyak ajah. Jadi, aku setengah mati meraba-raba angka yang dicantumkan. Aku sudah hampir mendekati titik emosi jiwa dan menulis saran yang intinya “perbaiki tabel update kondisi tiket dunk”. Dalam emosiku, apa gunanya pake TV gitu tp tulisannya ga bisa dibacaaaa..ga gunaaa tauuuu… Hingga tiba-tiba aku melihat mas-mas ganteng memakai kacamata dan aku jadi pengen pamer kacamata juga. Kubuka tasku dan kuambil kacamataku, kupakai. Hwuaaa…mas-mas itu makin ganteeeeng! Trus aku ingat untuk mengecek update kondisi tiket, dan kyaaaaaaaa….kok kebacaaaaaaa!

 

Untuuuuung aku blum marah-marah dan mengirim surat pembaca ke koran nasional. Ternyata kesalahan ada di mata saia *malu*. Dan aku jadi berusaha mengingat-ingat lagi apakah ada kejadian serupa selama ini. Mengingat aku memiliki hobi menulis saran ke setiap kejanggalan yang kurasakan dengan semangat agar ada perbaikan. Dan ternyata yang perlu diperbaiki dan diubah adalah mataku. Dududududu…

 

Hmm... Ga nyangka aku dapat pelajaran berharga secara harfiah gini… Lebih dalam lagi, ketika kita melihat sesuatu yang janggal yang aneh yang tidak masuk akal, baiknya coba pikir dan renungkan, jangan-jangan cara pandang kita yang perlu dikoreksi. Atau jangan-jangan kita salah pakai 'kacamata' ^^

 

 

 

 

 

Terimakasih banget buat Fadil dan Aki untuk frame-nya, dan kamu yang menemani membeli lensanya. Aku kini melihat dunia dengan lebih jelas. Dan aku juga diingatkan untuk 'melihat dunia dengan lebih jelas'.

 

 

ini aku dan frame baru-ku sesaat setelah kuterima..masih bolong tak berlensa ^^

Sunday, December 18, 2011

Untuk Ibu

Setiap manusia berjalan dalam setapaknya masing-masing. Mereka berjalan sendirian. Mereka bersama-sama berjalan kepada satu tujuan, yaitu … Tuhan” – Tanda Tanya (2011)

 

 

 

Ibu memutuskan untuk kembali ke jalan yang dulu Ibu pernah tinggalkan

………………………………………

Tata keberatan?

……………………………………..

Kalau Tata keberatan, Ibu akan menunggu sampai Tata rela

……………………………………..

Ibu telah memilih dan memutuskan, itu yang terpenting saat ini

…………………………………….

Tuhan tahu, maka Ibu pun ingin Tata tahu

 

 

 

Ibu, masalah jalan adalah hal keyakinan dan kedamaian.

Jika jalan itu yang Ibu yakini akan membawa kedamaian, itu lebih dari cukup buat Tata.

Tuhan tahu, Tata tahu, maka biarkan dunia juga tahu.

Selamat hari Natal, Ibu…

 

 

 

 

 

Aku dan Ibu [boleh saja] mengarungi sungai masing-masing, namun sebenarnya kami [senantiasa] bersama-sama, menuju muara, yaitu….Tuhan

 

 

 

Gambar oleh Ferry Andoni Agustan

 

 

*sedang buat draft kartu natal untuk mak-ku*

Monday, November 28, 2011

Tokcer

...tentang rasa bahasa...

 

Definisi tokcer menurut sumber ini, adalah:

1 baik; bagus (tt mesin, mobil, dsb): mobilnya selalu dipelihara, mesinnya --; 2 manjur; mujarab: kini sudah ditemukan obat yg -- untuk penyakit malaria; 3 ki subur (mudah hamil)

 

Yang paling lazim digunakan sih kayaknya yang kedua yah.. Kemudian disusul yang ketiga dan akhirnya definisi pertama yang jujur jarang kudengar digunakan.

 

Nah, sehubungan dengan definisi ketiga. Ternyata sebenarnya pun jarang digunakan, karena telah terjadi sedikit penyimpangan penggunaan. Arti katanya kan ‘mudah hamil’, tapi coba kita lihat penggunaannya, lebih ke ‘mudah menghamili’. Betul? Misalkan ada seseorang yang baru menikah kemudian diketahui beberapa minggu kemudian sudah hamil beberapa minggu juga, maka pasti akan adaaaa saja komentar ‘wah..tokcer nih..”. Ya kan?

 

Aku tidak akan membahas penyelewengan atau penyimpangan penggunaan kata tokcer itu, apakah seharusnya ditujukan ke si penghamil atau si yang dihamili. Tapi lebih ke: perlukah komentar itu?

 

Aku kan suka membolak-balik logika yah.. Misalnya, contoh paling sederhana adalah ketika adekku yang kecil bilang “aku sayaaaaaang banget sama Mamas”, maka aku akan nyamber “maksudnya dedek ga sayang Tata?”. Ya itu hanya buat menggoda adekku sih sebenernya.. :))

 

Nah, sekarang kita tarik ke ketika kita mengomentari seseorang yang bisa hamil dan/atau menghamili dalam waktu singkat dengan “wah..tokcer..”, menurut aku itu secara tidak langsung kita bilang bahwa yang tidak secepat mereka itu tidak tokcer. Dalem ga tuh..?

 

Kalau kita bisa berkata “semua sudah diatur Tuhan.. Tuhan tau kapan waktu terbaik buat kamu untuk punya anak” kepada mereka yang menanti-nantikan kehamilan tapi tak kunjung datang, kenapa kita tak berkata yang sama kepada yang cepat diberi kehamilan? Kenapa malah memujinya? Prestasi? Artinya yang tidak seperti itu adalah kalah?

 

Aku suka deh apa yang pernah kubaca di suatu novel *lupa judulnya*: walau menggoyang ranjang hingga dunia bergoncang, kalau blum dikehendaki oleh yang Maha Hidup, ya ga kejadian. begitupun sebaliknya.

 

 

Memang soal memiliki anak atau tidak, segera atau ditunda itu adalah keputusan personal juga. Sudah makin banyak kutemui orang yang memilih untuk tidak memiliki anak kandung, dan biasanya mereka discreet, demi kemaslahatan bersama^^. Tapi, secara umum seumum-umumnya memiliki anak itu (dianggap) ujung lain kebahagiaan bahkan kesempurnaan hidup. Jadi, kalau bisa janganlah mengusik-usik soal itu atau lebih berhati-hatilah, meski secara tidak langsung (karena 'resiko pembalikan logika'-nya melibatkan kata 'bahagia' dan 'sempurna'.. ^^)

 

 

 

 ….sebenarnya ini draft lamaaaaa yang kutulis atas suatu keresahan di kala itu, tapi sudah diwakili dengan baik oleh tulisan seorang teman di sini. Yang mana kupikir tulisan dia lebih sahih karena ditulis oleh pelaku…

 

 

Wednesday, November 16, 2011

A Happy Birthday

 

Sedari aku lahir, sudah menjadi kebiasaan di keluargaku bahwa hari lahir itu adalah hari yang istimewa dan harus diistimewakan. Tiap hari lahir, tiap bulannya, ibuku akan membuat bancakan berupa tumpeng kecil beserta sayur dan lauknya trus jajanan pasar, trus dibawa ke pak modhin untuk didoain trus dimakan rame2 oleh anak-anak kecil sekitar rumah. Itu setiap hari Selasa Kliwon untukku, Sabtu Pahing untuk D’Dika dan Senin Legi untuk Ragil. Filosofinya bahwa bancakan itu kan selametan yang ditujukan untuk batir kita. Kan konon ketika kita lahir ke dunia ini, di dunia yang lain sana ada kembaran kita juga, yang akan selalu menemani kita, makanya namanya batir. Dan selametan itu sebagai wujud terimakasih kita untuk dia. Katanya begitu.. Dan keluargaku agak ketat dalam hal ini, karena entah gimana pas terlupa atau terlewatkan eh pas aja kita sakit entah panas entah rewel. Dan sebagai manusia yang pandai menghubung-hubungkan sesuatu, sakit itu karena batir kita protes ^^

 

Tapi sampai usia tertentu, selametan itu berubah dari tumpeng menjadi bubur merahputih dan kemudian berhenti. Biasanya sih sampai si anak bilang sendiri ‘sudah tak usah buat bubur lagi”. Yang mana diyakini itu pesan dari si batir.

 

Jadi mulai usia sekolah, kebiasaan itu sudah tak ada, digantikan dengan mengundang teman-teman ke rumah untuk makan nasi kuning setiap tanggal lahir. Ketika semakin besar, berganti menjadi memberikan uang saku lebih ketika ulang tahun untuk makan bersama teman-teman.

 

Selain kebiasaan eksternal seperti itu, kebiasaan internal juga diajarkan sejak dini. Kita akan berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama mengucapkan selamat kepada siapapun di rumah yang sedang berulang tahun. Dan sepertinya pemenangnya selalu ibuku yang memang rajin bangun tengah malam untuk berdoa. Tiap jam 12 malam, pasti ibuku akan menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun, kemudian Bapak ketika bangun untuk sholat subuh. Nah, kalau antara aku dan D’dika...hehehe suka seinget dan sesempetnya. Bahkan pernah di suatu tahun aku dan dia tak saling mengucapkan, pertama karena aku lupa dan kemudian dia balas dendam ^^ Kalo Ragil, nah..dia kecil-kecil tapi tinggi harganya..kita harus menyiapkan kado untuknya demi ucapan selamat ulang tahun darinya. Walaupun sudah diluruskan konsepnya bahwa harusnya dia yang ngasi kado, tp tetap saja “ya pokoknya kalau mau aku bilang slamat ulang tahun, mana dulu kadonya!”.

 

Semakin besar angka usia, semakin ulang tahun itu menjadi hal yang-kasarnya- ga penting. Beda dengan jaman sekolah dulu, di mana ulang tahun itu menjadi yang dinanti-nanti karena itu adalah momen. Baik itu momen untuk meminta hadiah ke orang tua, momen untuk mengundang gebetan makan siang bareng. Pada suatu titik beberapa tahun lalu, aku dan Nurul sepakat untuk bilang bahwa “hari ulang tahun ya hari yang sama dengan hari yang lain. Sekarang kita bukan lagi di tahap ulang tahun itu istimewa”. Entah itu memang kita tulus menyimpulkan atau hanya respon penghiburan kita terhadap fakta bahwa ucapan selamat ulang tahun yang datang di tengah malam semakin berkurang saja :)))

 

Tapi… Ulang tahunku kali ini…istimewa! Sesuai dengan doa ibuku di pagi hari “Semoga hari ini beneran istimewa, seistimewa harinya”. Aku dibangunkan oleh bunyi telfon dari Fadil Timorindo di jam 1 dini hari dan kemudian dia bernyanyi satu lagu full “happy birthday tata..happy birthday tata…”. Padahal aku tau dia sedang berada di sebuah percetakan di Benhill sana *peluk fadil*. Dan selama sehari semalam  aku menerima banyak cium & peluk baik fisik ataupun virtual. Hadiah-hadiah juga melimpah. ‘Ibuku’ di kantor datang membawa tentengan tas berisi hadiah2 dari krucil-krucilnya di rumah. Siangnya kami makan siang istimewa bermenukan masakan italia, sorenya kami makan klappertart nikmat buatan Timmy Malachi. Yummyyy..!

 

Aku menemukan kembali Jonaz yang lumayan lama menghilang, Di hari ini. Jonaz yang dulu pelit nelfon karena “mahal kl nelfon dr hallo”, kemarin mendadak telfon dan ngobrol panjang diakhiri dengan “ya kalau km mau menerima aku apa adanya..” ^o^

 

Banyak berkah di hari ini..banyak hadiah yang berwujud hadiah ataupun pelajaran hidup.. Dan seperti doa Endah “mudah-mudahan makin disayang sama orang di sekitar”, itulah yang kurasakan: aku bersyukur aku diberkati dengan banyak cinta dan sayang, hingga kadang (malah) nyaris membuatku manja. Tapi, sesuai doa 'ibuku' di kantor “may u have many moves!”, aku jadi memiliki tekad. Yep! Semoga aku bisa melakukan banyak pergerakan. Dimulai dari yang didambakan dan didoakan mayoritas: move on dari kisah kasih yang sudah lusuh menuju yang cerah ceria. Semangaatt! Dan tak lupa, seperti doa Claudia "semoga hidup kita menjadi berkah untuk sesama". Amin amin amin!

 

 

 

 

Oiyah! Aku mendapat ucapan ulang tahun dari filmmaker paling hits se-asia tenggara lho.. Hohoho.. Katanya “Slamat ulang tahun ya kamuuuu.. Jangan galak-galak lagi yaaa.. Haha..”. Baiklah..ada yang pernah bilang mulutku itu sangat berpotensi 'nyilet' eh sekarang ada yang bilang kalau aku galak.. Sip sip! Aku akan berusahaaa!

 

 

 

Thursday, November 10, 2011

Roda itu Berputar, Baby…

 

...tentang siklus....

 

 

Dulu yah..

Awal kita kenal

Tak ada hari tak ada malam tanpa saling bicara

Tak ada saat kita tak bertukar kata dan cerita

Selalu, kita terlalu sayang untuk menghentikan semua itu

Satu lagi! Satu lagi!”

Itu yang pasti kita ucapkan di tiap batas waktu

Dan tentu saja banyak ‘satu lagi!’ setelah ‘satu lagi!’

 

 

Waktu terasa begitu kurang untuk kita

 

 

Sekarang apa kabar?

Oh kita masih saling bertukar kata dan cerita

Meski tak selalu, tak setiap saat

Dan..

Porsi saling diam saling mendengarkan nafas makin ada

Apa lagi?” mulai menggantikan “Satu lagi! Satu lagi!

[bahkan] Terkadang kita kehabisan cerita di kala begitu banyak waktu tersedia

 

Hhhhhh....

Roda itu berputar yah, sayang…(?)

 

Monday, October 31, 2011

Bukan Tentang Aman Ga Aman,

mau crita tentang hari Sabtu, 29 Oktober 2011. Ini harus ditulis agar bisa dikenang :)

 

Agendaku di hari sabtu itu adalah:

Ø  Ke tanah abang untuk finalisasi dan membayar pesanan buku

Ø  Ke plaza semanggi untuk nyusul 2 teman berkaraoke

Ø  Ke blok m untuk menemani teman syuting

Ø  Ke FX untuk midnite In Time

Hariku dimulai dengan diskusi dengan adekku mengenai design buku yang kami pesan. Kemudian jam 1 siang, aku berangkat. Sambil jalan kaki menuju jalan raya aku mempertimbangkan beberapa pilihan rute:

Ø  Ambil duit di karfur seberang jalan – makan di situ- ke tanah abang naik taksi-plaza semanggi naik bemo

Ø  Makan mie aceh di benhill-ambil duit di sebelahnya-ke tanah abang naik bemo-ke pelangi naik bemo lagi

Ø  Ke tanah abang naik taksi-ambil duit di jalan-ke pelangi –makan

Pokoknya concernku adalah:

Ø  Ambil duit: jumlahnya lumayan besar

Ø  Makan: dari pagi belum sarapan

 

Hingga akhirnya, karena aku melapar, kuputuskan untuk ambil duit di karfur seberang jalan trus makan sekalian.

 

Saat aku sampai di ATM Center,  ATM yang kumau sedang diantri oleh 2 orang, aku menjadi orang ke-3, dengan 1 orang menyender di dinding dekat kami. Ketika antrian maju, eh orang itu masuk ke antrian. Jadilah aku mundur lagi. Dan karena hari makin siang dan makin lapar, aku pindah ke ATM di sebelahnya (aku punya 3 kartu ATM dunk.. hohoho..). Nah, karena aku mengambil uang dalam jumlah banyak, maka kumasukkan ke dalam kantong uang recehku yang saat itu sudah kumuati dengan charger hape, modem, earphone, colokan kaki tiga, kertas wajah, dan lainnya aku tak ingat. Kemudian kumasukkan ke dalam tas. Setelah itu, aku menuju foodcourt mini yang mana ternyata tak bisa menjual makanan tanpa nasi. Maka aku urung makan di situ (Yak! Aku ga makan nasi lagiii.. hehehe..). Kuputuskan untuk makan mie aceh di benhill saja.

 

Maka menuju pinggir jalanlah aku. Aku berkata “apapun yang muncul duluan, apakah itu taksi atau bis, itu yang kunaiki”. Dan setelah beberapa saat. Datanglah si bis. Dan kuhentikanlah dia bersama 2 orang ibu-ibu dan mas-mas yang tadi antri ATM. Kami naik buru-buru dari pintu belakang, dorong-dorongan dengan tekanan kalimat dari kernet “ayo cepat..ke tengah ke tengah jangan di pintu semua”. Nah, aku penurut kan..maka aku ke tengah sambil tangan meraba2 dalam tas mencari letak dompet. Kan kantong yang berfungsi sebaga dompet itu gendut yah, tapi aku tak dapat merabanya. Maka, kuambillah uang dari dompet beneranku. Trus ternyata, ada bangku kosong di bagian belakang dekat dengan pintu. Aku menuju ke sana dan duduk di samping ibu-ibu beranak.

 

Hal yang selanjutnya kulakukan adalah mengobrak-abrik isi tas. Dan kantong yang befungsi sebagai dompetku tak nampak. Aku lalu berpikir, mereka ulang kira-kira ada dimanakah dompet itu. Satu-satunya skenario yang mungkin adalah aku meninggalkannya di atas mesin ATM. Karena dompet uang dan dompet kartu berbeda, mungkin saja aku hanya ingat memasukkan dompet kartu ke dalam tas dan meninggalkan dompet uang di atas mesin ATM. Aku berencana untuk segera turun dari bis dan kembali ke karfur sambil berdoa semoga satu di antara mas-mas yang antri ATM menemukannya dan menitipkannya ke security. Hingga kemudian ibu2 di sampingku bertanya “mbak dompetnya ilang nggak?”

Tata: iyah..

Ibu2: bentuknya kayak apa?

Tata: kotak gitu..segini.. (kugambarkan ukurannya)

Ibu2: warnanya hitam bukan?

Tata: iyah...

Ibu2: isinya dompet?

Tata: bukan dompet sih..tapi uang..

 

Saat itu muncul harapan, bahwa kantongku terjatuh dan ditemukan ibu-ibu itu dan dia sedang memverifikasi fakta kantong dengan keteranganku.

 

Ibu2: tadi diambil mas-mas yang naik bareng mbak

Tata: …pelan-pelan meredup… oh ya?

Ibu2: iyah.. tadi saya ragu dia ngambil dari tas mbak beneran atau enggak

Tata: orangnya mana yah sekarang?

Ibu2: itu barusan turun..

Tata: …tersenyum…

Ibu2: banyak mbak uangnya?

Tata: ummhh.. saya habis ngambil di ATM..jadi ya banyak

Ibu2: berapa?

Tata: dua juta (dan barang2 lainnya…)

Ibu2: ikhlas ya mbak..

Tata: iyah..

 

Serius, aku ga yang sedih banget atau marah atau kesel. Karena fokusku adalah membayar buku pesanan di tanah abang. Dan, walaupun uang yang sudah kusiapkan raib, kartu2ku kan masih utuh, jadi aku tetap bisa membayar buku itu.

 

Maka, aku turun di Ratu Plaza, lalu ambil uang lagi.

 

Selesai ambil uang, keluar dari ATM, aku jumpa Yuki (ingat-ingat nama ini yah). Trus aku cerita kejadian yang baru saja kualami, demi kepentingan leganya dada. Trus kami berpisah, dia ke arah PS dan aku ke arah tukang ojek. Info: kondisi jalanan itu kayak parkiran. Maka aku mau naik ojek dari Ratu Plaza-Tanah Abang-minta ditungguin-ke plaza semanggi.

 

Ternyata pas jalan kembali dari tanah abang, batere hape-ku sekarat dan dua temanku yang ada di semanggi bukan pengguna hape yang sama denganku, jadi tak akan bisa kutumpangi nge-charge. “Balik ke Ratu Plaza aja dink, Pak..”, kubilang ke bapak ojek.

 

Kembalilah aku ke Ratu Plaza dengan 2 agenda:

Ø  Beli charger (ada sih teman yang tau tempat jual charger murah meriah seharga dua puluh lima ribu rupiah. Pas aku mau nitip, dia sanggup, tapi ternyata di Bandung sana ajah)

Ø  Benerin laptop. Selama ini aku bergantung pada modem, karena entah bagaimana fasilitas wireless si Putih tak bisa berfungi. Nah, dengan raibnya modem aku, tergeraklah aku untuk memeriksakannya. Karena mbak pencetak buku akan mengirimkan draft akhir-nya pada malam harinya.)

 

Hal pertama dilakukan adalah memeriksakan si Putih. Nah, pas nungguin aku melihat Yuki bergerak dari arah toilet, maka kupanggillah dia dan ternyata dia sedang duduk-duduk bersama temannya di kedai kopi. Maka, ketika si Putih beres, aku menyusul dia. Kemudian aku menuju toko charger hape di seberang kedai, dan harganya mahaaalll..250ribu ajah, earphone juga. Dududu.. Dan Yuki berkata “beli yang murahan aja pasti ada. Tar gue temenin”. Maka benarlah, kami berhasil membeli charger seharga 70ribu rupiah berkat Yuki yang menawar. (itu aku dah berasa murah yah, eh pas crita ke bos ku dia bilang “kok mahall..mbak aku di rumah beli 20ribu tuh”. Zzzzz…)

 

Singkat cerita, setelah itu kami berpisah karena Yuki mau menonton konser musik, aku duduk sendiri di kedai kopi sambil menunggu seorang teman eh 3 orang teman yang sedang melihat pameran batik di JCC. Ternyata, teman2ku itu tak jadi menyusul aku karena mereka sudah berasa mau patah kakinya. Resmilah aku duduk seorang diri hingga midnite tiba. Oiyah, aku batalkan agenda nemenin syuting, karena mood-ku sedang males.

 

Kemudian, ada teman yang menawari aku untuk datang ke acara konser musik di seberang jalan itu, dia ada tiket lebih. Kupikir daripada sabtu malam ku sendiri tiada yang menemani, tiada teman kunanti, aku kesana saja sambil menunggu midnite. Tokh gratis, ada Yuki juga di sana, yang menonton juga (teman yang kasih tiket ga nonton, dia kerja pada salah satu booth gitu..). Maka menyeberang jalanlah aku.

 

Konsernya itu diadakan di semacam sebuah aula, terdiri dari panggung dan lantai berkarpet untuk tempat penonton. Setelah puas melihat-lihat booth di luarnya, aku, Yuki dan 2 temannya masuk ke area panggung, duduk ngampar seperti semua penonton, ngobrol.

 

Saat itulah, ada teman yang baru datang yang baru mau masuk. Aku pamit ke Yuki dkk untuk menjemput temanku itu. “aku ke depan dulu yah.. titip..”, pamitku sambil pegang tas.

 

Aku dan temanku yang baru datang, bukan langsung masuk menonton konsernya tapi keasikan maen2 di luar. Karena 1: maenannya emang asik, 2: kita ga kenal sama sekali dengan band-nya. Jadi walau sudah dimulai, kami santai saja. Setelah puas, kami bermaksud masuk. Dan pas sampai di pintu masuk, hwuaaaa…semua orang berdiri dan melompat-lompaaatt.. Dimana Yukiiii..

 

Aku berjalan permisi-permisi menyibak orang-orang entah berapa ratus kali, hingga ketemulah Yuki. “Yukiii tengkyuu yaa.. Sini tasku!”. Dan respon Yuki membuat dunia di sekitarku kabur, sunyi senyap, paused.. “Lo nitipin tas ke gue?”. Aku melotot dan tak mampu berkata-kata. Kemudian aku menoleh ke temennya Yuki, dan dia “Tadi nitipin yah? Kita ga tau..”. Dan refleks kita berlima langsung nunduk-nunduk mencoba mencari keberadaan tasku. Dan kupikir itu sia-sia. Maka kuputuskan untuk segera lapor.

 

Tapiii.. Aku bingung gitu, musti lapor kemanaa.. Sepanjang mata memandang dan berputar-putar, hanya ada orang-orang berbahagia, mbak-mbak cantik mencatat data kita. Selama kebingungan itu, aku hanya bisa ngomong “oh my.. this is not happening.. this is not happening”. Maka kutanyalah ke pojok bernama ‘redemption corner’, dan katanya security ada di depan. Kesanalah aku, Yuki kusuruh masuk ke dalam lagi saja.

 

Tata: Bapak.. tas saya hilang.. Mau lapor..

Bapak: gimana critanya bisa hilang?

Tata: bodoh sih memang, Pak.. jadi.. la la la la la la … (kucritain lah semua)

Bapak: isinya apa saja?

Tata: hidup saya, Pak.. ada laptop, charger yang baru saya beli tadi, colokan kaki tiga baru beli juga, ummh..buku..kipas..  Pokoknya semuanya, nih saya tinggal pegang hape..

Bapak: ada dompetnya?

Tata: oiyah dompet! Beserta segala macam kartu..

Pas itu yah..aku sudah pada tahap tak ada harapan lagi. Siang tadi aku mendapati pertanyaan2 semacam ini dan dompetku tak kembali kan?

Bapak: ada KTP-nya?

Tata: iya..ada..

Bapak: warna tasnya apa?

Tata: hitam..

 

Kemudian muncul mas-mas panitia bertanya ada apa dan dijawab oleh bapak-bapaknya “Tas-nya ilang di dalam”. Trus ada kudengar mereka saling ngomong “trus gimana trus gimana..”.

Tata: ya pokoknya saya lapor ya, Pak.. (aku pikir tak mungkin kan panitia menghentikan konser sejenak untuk meminta kepada para penonton untuk mengecek sekeliling kakinya apakah ada tasku atau tidak)

Bapak yang lain muncul dari dalam ruangan, “Ini bukan?”, tanyanya sambil angkat taskuuuu! Dan aku langsung samber tas itu dan memeluknya. “Makasiiii…”. Bapak-bapak itu meminta aku untuk mengecek isinya, yang mana aku bingung juga karena sebenarnya aku tak tahu pasti apa saja isi tasku. Beneran. Tasku tuh isinya apppaa ajah.  Sikat gigi? Ada. Lotion? Ada. Tissue? Ada tissue kering ada tissue basah. Sabun muka, cutton bud, baby oil, obat2an, agenda. Mau sumpit? Ada juga. Jadi ketika ditanya “utuh barang2nya?”, aku jawab aja iya. “iyah.. laptop ada, mukena ada, buku ada.”.Dompet?”. "Oiyah! Lupa cek!”. Setelah kuobrak-abrik, “Ada! Makasiii ya, Paakk“. Kata bapaknya “Tadi ada mbak-mbak yang bawa kesini, nemu di lantai katanya”. Aku terharu..huhuhu… “Mbak-nya sebut nama nggak, Pak? Atau nomor hape?”. Dan ternyata tidak.. Yah, siapapun mbak itu..god bless u, sister.. (serasa sayembara kerajaan gitu..dah langsung diangkat jadi saudara ajah..)

 

Dan… dari rangkaian kejadian seru hari sabtu itu, aku bilang ke alam “Alam.. Makasih yah.. Today is my day….for learning lots of thing”.

 

 

^^

 

 

oiyah.. ada sedikit crita tentang ini di sini  oleh temen yang kujemput yang membuatku meninggalkan tasku ^^

 

Monday, October 17, 2011

[aku mengenang Bapak sebagai] Pawang Anak

 

…yang aku dengar…

 

Sedari aku dan adekku lahir, Bapaklah yang bertugas untuk merawat kami. Dimulai dari memandikan, menyuapi hingga imunisasi ke Puskesmas. Ibuku yang tidak bagus kondisi jantungnya memang dikondisikan untuk tidak mendapat jatah pekerjaan yang sekiranya berat. Jadi, tugas ibuku adalah menyusui anak-anaknya.

 

Bapak sangat sayang dan perhatian pada anak. Makanan pertama yang aku makan adalah bubur jagung yang mana tepung jagungnya ditumbuk sendiri oleh Bapak, kemudian memasaknya. Jadi dari jagung yang wujudnya masih berbonggol-bonggol itu hingga menjadi bubur halus yang bisa dimakan bayi, Bapak lah yang mengolah.

 

Tiap kali waktu imunisasi tiba, maka Bapak akan membawa aku dalam gendongannya ke Puskesmas untuk disuntik. Dan ketika aku sudah beradikkan D’Dika, maka D’dika digendong sedangkan aku dituntunnya. Kata ibuku, “Bapak ga pernah merasa risih diliatin orang-orang.. Bapak tak peduli kalau ada suara ‘laki kok imunisasi anak’. Saking sayangnya Bapak ke Ibu dan anak-anak..”.

 

Tiap kali anaknya sakit, maka Bapak akan sangat panik. Seringkali Bapak akan berkata “De’.. Sakitnya kasih Bapak saja..biar Bapak yang merasakan sakitnya..”. Dan, entah bagaimana (ibuku menyatakannya sebagai kekuatan doa), sakit kami suka berpindah ke Bapak. Salah satu contohnya adalah sakit gatel D’Dika. Ketika akhirnya sudah berpindah ke Bapak, gantian Bapak yang  tak bisa tidur karena gatel “Ya ampun, Bu.. ternyata gatelnya kayak giniii..pantesan Yayang (panggilan D’Dika) rewel banget…”.

 

Sayang Bapak ke anak, tak hanya ke anak-anaknya saja, tapi ke semua anak. Mungkin aku sudah pernah cerita tentang ini. Bahwa di jaman aku masih kecil, mungkin umur 5 tahun, masih marak dan wajar ada orang menawarkan anaknya. Waktu itu ada ibu-ibu muda menawarkan anak-anaknya dari rumah ke rumah. Bapak tentu saja tersentuh dan tergerak untuk mengasuhnya. Bapak merayu-rayu Ibu, “Ayolah Bu.. kasian.. itu yang gedhe seumuran Tata, yang kecil seumuran Yayang. Kasian mereka..”. Ibuku yang merasa tak pernah bisa mengasuh anak, tak ingin menambah beban Bapak. Bapak tak menyerah “Satu aja yah kalo gitu..ga usah dua-duanya..”. Kemudian Ibu berkata, “Pak.. Niat Bapak menolong itu bagus, tapi kebayang nggak kalau nanti semua anak sudah besar. Kalau ternyata nanti yang cewek jauh lebih cantik dari Tata gimana? Atau yang cowok lebih pintar dari Yayang gimana? Kita harus memikirkan perasaan masing-masing anak..”. Dan akhirnya Bapak menyerah, menggagalkan keinginannya ‘membeli’ anak :)

 

..yang aku lihat…

Sejak aku bisa mengingat, aku sudah melihat ada anak lain di rumah selain adekku.  Di rumah kami slalu adaaa saja anak yang dititipkan. Entah itu saudara, tetangga atau anaknya teman. Sejak aku kecil aku sudah terbiasa momong anak kecil. Bapak menularkan kesayangannya kepada anak-anak kepada kami.  Setiap pulang sekolah, Bapak pasti sudah menjemput bayi saudara atau tetangga untuk dibawa ke rumah. Kemudian kami libatkan dalam segala aktifitas kami. Pernah beberapa kali, aku dan Bapak dan bayi pergi ke kaki gunung Merapi , naik truk, untuk ambil pasir :)

Kadang, anak-anak itu diajak menginap di rumah. Eh sering dink.. ^^

Rumah kami selalu ada anak-anak. Baju-baju anak selalu ada.

Kalau kenaikan kelas, Bapak suka mengajak kami semua piknik untuk merayakannya. Kalau liburan panjang dan kami sekeluarga mudik ke rumah nenek, suka diajak juga. Pokoknya sudah dianggap keluarga sendiri.

 

Ketika aku SMP-SMA, sepulang sekolah aku suka mampir ke tempat temannya Bapak atau Ibu untuk menjemput anaknya, kubawa ke rumah. Bayangkan pake seragam sekolah, gendong anak, naik bis. Luchu yah.. Nanti main di rumah, malamnya atau esok harinya kami kembalikan ke orang tuanya. D’Dika juga begitu. Dialah yang bertanggung jawab atas selera musik anak-anak itu ^^

 

Biasanya anak-anak itu akan mulai ‘lepas’, ketika sudah mulai besar dan kebutuhan mainnya meningkat. Kadang sedih sih.. Psstt..aku suka sering menangis sendiri ketika ada anak yang beranjak besar.  Sedangkan Bapak..aku nggak tahu sih gimana perasaannya, kami tak pernah membicarakannya. Tapi yang pasti Bapak tak pernah mengungkit-ungkit, apalagi mencatat siapa saja yang pernah dimomongnya ^^

 

Ketika Bapak berpulang, ada beberapa anak yang tentu saja sekarang sudah besar  datang ke rumah. Ada yang masih kuingat ada yang enggak. Ibuku yang selalu bilang ke Bapak memberitahu siapa yang sedang berdoa untuk Bapak. “Pak.. ini Sani, Pak..”. Nah, Sani ini adalah anak yang kami ajak main sejak dari lahir. Kami sayaaang sekali ke dia. Dan mungkin jodoh mungkin juga kebetulan, tanggal lahirnya sama dengan Bapak. Bapak ada di sana saat Sani lahir, dan Sani ada di samping Bapak ketika Bapak berpulang. Kata Mama-Papanya Sani, “Sani mewakili Mbak Tata mendampingi Bapak”.  Pas aku ketemu Sani, aku peluk dia, aku berterimakasih ke dia. Bohong kalau aku bilang aku tak iri ke dia, tapi aku bersyukur karena Bapak pergi didampingi semua yang Bapak sayangi dan sayang Bapak. D'Dika berulaaang kali bilang "Banyak yang sayang Bapak.. Banyak banget..."

 

 

Jadi, jika sekarang aku tumbuh menjadi pawang anak. Dimana gampang ajah anak-anak untuk lengket sama aku, ya itu berkat Bapak.

Dulu jaman aku mulai naksir cowok, ibu pernah bilang “Kalau liat cowok, jangan lupa lihat bagaimana dia bersikap ke anak kecil”. Aku bingung, dan Ibu melanjutkan “Lihat Bapak…”. Dan aku tahu yang Ibu maksudkan. Kasih sayang seseorang ke anak-anak, ke anak kecil, itu tak bisa dipalsukan. Ketika kita bisa menyayangi anak tanpa membedakan dia siapa, maka tak akan jadi masalah apakah nanti kita memiliki anak atau enggak.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

 

 

......Bapak, Tata kangen....

Wednesday, October 5, 2011

Cinta yang Ingin Kumiliki

 

Ada seorang teman yang tidak percaya pada kisah cinta dan memunculkan ketidakpercayaan pada pernikahan. Ya, dia berkata dia tidak akan menikah. "Memiliki pasangan hidup, iya.. Tapi tidak dengan menikah". Dia menyatakan bahwa "ga ada pasangan menikah yang membuat gue jd pengen nikah juga. Ga ada itu cinta sejati. Ya paling Habibie-ainun aja sih…udah itu aja..".

 

Yak.. Bisa dibilang aku juga merasakan itu: keminiman role model pernikahan bahagia sejahtera hingga bikin ngeces pengen juga (no offense yah.. ^^).  Aku pernah berkata ke ibuku "Tata ga mau menikah untuk asal menikah. Kalau terlalu banyak yang harus dikompromikan hanya untuk sekedar status menikah, Tata ga nikah juga gapapa kok". Itu kuucapkan sebagai respon kampanye ibuku bahwa cinta itu bisa dipelajari, bahwa bapak-ibu menikah tanpa cinta dengan perbedaan seluas samudra tapi akhirnya bisa jalan dan tak terbayang kalau dulu mereka tidak menikah. Bapak-ibu ku menjalankan pernikahan dengan pengorbanan di sana-sini, yang aku belum sanggup bayangkan bahwa aku akan bisa melakukan itu juga. Maka dari itulah muncul kalimatku di atas. Dan ibuku berespon dengan "apapun pilihan Tata, ibu mohon jangan memilih untuk hidup sendiri. Janganlah pernikahan bapak-ibu, seperti apapun itu, membuat Tata trauma". Begitulah, entah kenapa ibuku berpikir bahwa aku telah mencapai tahap enggan menikah karena trauma melihat pernikahan. Hingga saat lebaran kemarin pun ibuku minta maaf karena merasa sudah salah asuh.

 

Ya saat itu aku merasa memang pernikahan bapak-mak ku bukan jenis pernikahan yang aku ingin miliki juga. Terlalu banyak kompromi, terlalu banyak pengorbanan. Ibuku sering dan selalu membanggakan proses pernikahan kilatnya yang hanya membutuhkan waktu 2 minggu dari kenalan menuju lamaran. Dan aku slalu berpikir "aku ga bisa seperti itu.. Aku ga mau banyak perubahan atas nama penyesuaian".

 

Tapi semua itu sekarang berubah…

 

Bapak berpulang tanggal 25 September kemarin setelah sakit beberapa hari. Selama sakit itu Ibu selalu mendampingi. Menjelang saat terakhirnya, Bapak yang sebenarnya dalam keadaan tak sadar, minta duduk dipangku adekku dan kemudian memeluk Ibuku dengan sangat erat "Ayo, Bu',.. Kita berdoa". Dan ibuku mulai berdoa dan bapakku mengamininya.

 

Trus, dari saat Bapak pergi hingga dimakamkan, Ibuku cukup tegar. Dia selalu di samping Bapak dan ngobrol terus dengan Bapak. "Bapak.. Kepalanya diikat dulu ya, Pak.. Ni, pake kain kerudungnya Tata, Pak..". atau "Kita pulang ke rumah ya, Pak.. naik mobil, Pak..". Dia terus berkomunikasi dengan keyakinan Bapak pasti mendengarnya. Hingga ketika akhirnya Bapak baru selesai dimakamkan, Ibuku mengambil bunga dan menaburkannya sambil berkata "Tanda cinta ya, Pak..", dan kemudian ibuku pingsan.

 

Dan saat itulah aku berkata dalam hati "aku mau memiliki cinta yang seperti ini. Aku ingin cinta yang seperti ini.". Kompromi, pengorbanan atau apapun, itu bukan apa-apa ketika disandingkan dengan cinta yang seperti itu.  Dan aku mau. Tuhan…dengar kan? :)

 

 

 

 

 

Note:

Memang cinta itu butuh pengorbanan bukan? Entah kenapa aku sempat lupa..

 

 

 

 

 

Wednesday, July 20, 2011

One Week Notice

...tentang aku yang sepertinya sibuk sekali...

bulan ini adalah bulan ke-13 aku bekerja di tempat yang baru (masih pantaskah disebut 'baru' ketika sudah setahun lebih?). Tapiiii selama 13 bulan itu, bisa dikatakan belum sekalipun aku ikut acara kebersamaan yang diadakan. Mulai dari karaokean, makan-makan, nobar, sampai jalan-jalan. Banyaaakk yang kulewatkan... Bukan karena aku anti-sosialisasi atau pendiam atau tak suka dengan kegiatannya, tapi murni karena waktunya yang tak tepat.


Yang kumaksud dengan waktu tak tepat adalah bentrok dengan acara yang sudah kujadwalkan terlebih dahulu alias kalenderku sudah terisi duluan. Yak, aku punya agenda mini berisi kalender dalam bentuk tabel yang bisa kutulisi agenda acara. Jadi tiap ada kegiatan, aku tulis di situ. Itu lumayan efektif dalam membantu meringankan beban otakku yang memorinya tak ada lagi. Nah, tiap kali kantorku mengadakan kegiatan, pas kulihat kalenderku pasti sudah ada yang tertuliskan di sana. Dan biasanya itu tak tergeserkan sifatnya. Contohnya: tontonan-tontonan yang tiketnya sudah kubeli sebulan sebelumnya, itu kan tak mungkin kugeser dengan "besok malem kita nobar yuks...?" atau "water boom yuks..".


Sekali dua kali aku melewatkan momen kebersamaan, mungkin dimaklumi. Tapi kalau setiap kali? Maka muncullah kalimat seperti "Tata sombong ih ga mau gabung ma kita..." atau "tata ga bisa mulu..." atau "acara tata segitu pentingnya sampai tak bisa diganti hari?". Duh... Bukan gituuuuuu.... Tapi aku tak berdaya membela diri, hanya mampu tersenyum dan berkata "sorry..."


Hingga di satu waktu, ketika ucluk-ucluk muncul acara nonton bareng. Semua orang antusias, kecuali aku. Karena malam itu aku mau menonton sendratari yang tiketnya kubeli jauuuuuh-jauh hari dengan perjuangan setengah mati. Dan muncullah kalimat "ih tata selalu gitu deh...selalu ga bisa.. ayo donk tata..". Mereka berusaha merayuku, dan itu sungguhlah berisik. (oiyah..ajakan ini via chat-conference, jadi kerjaanku bentar2 keinterupsi tring tring bunyi chat masuk). Dan mungkin aku juga sedang over-sensitif, sehingga over-reaktif lah aku. Maka kukirimlah pesan ke semua orang di kantorku yang intinya please be informed that it needs at least one week notice to have me. Trus kutambahkan bahwa tiap orang punya rencana masing-masing yang tak bisa diganggu gugat oleh sesuatu yang sifatnya mendadak. "jangan dibiasakan donk dadakan-dadakan..dikira semua orang pengangguran tak ada acara ajah..", kurang lebih itu intinya.


Tapiiiii...ternyataaa....walaupun sudah seminggu sebelumnya aku dikasih tau, paaaassss ajah aku dah punya rencana mulu. Jadi tetap saja  aku tak bisa bergabung. "Kalo tata mah musti booking sebulan sebelumnya. Itu pun blum tentu dapet...". Astagaaa.. sebegitu langkanyakah akuuuu... Huhuhuhu...


Setahun berlalu dan semua orang sudah maklum dan mengerti. Apalagi kalau mau mendapatkan aku di wiken, jangan harap... Bossku menjuluki aku "a girl with full agenda". Hohoho...


Hari ini seluruh karyawan tempatku bekerja mengikuti kegiatan tim building di sebuah hotel di ujung Jakarta. Daaannn di antara semua karyawan seindonesia, hanya aku yang tak ikut karena aku ada urgent priority. Bossku tentu saja mengerti walau dengan kalimat "kalau memungkinkan, nyusul yah.. Masa kita semua senang-senang tapi kamu kerja". Kemudian aku membayangkan bahwa aku harus sendirian di kantor adalah cukup creepy, karena OB pun ikut tim building itu. Maka bertanyalah aku ke boss keuangan yang kutahu gila kerja apakah dia akan ikut bersenang-senang. Dan dia bilang "iya dunk...tapi mungkin akan keluar sebentar2 untuk mengerjakan sesuatu". Yaaaa...ternyata dia ora mudheng tim building itu opo. Dia pikir itu semacam meeting akbar di dalam ruangan, jadi dia bisa kabur2 bentar. Setelah dijelaskan bentuk acaranya, bahwa seharian akan di halaman maka dia memutuskan untuk tidak ikut, karena dia tak bisa jauh2 dari laptopnya   -_______-


Jadilah hari ini aku berdua saja dengan boss ini. Dan seperti jaman SMA dulu, today is an english day. Karena boss ini diimpor dari thailand dan baru 2 bulan di jakarta. Jadi, baru ngerti selamat pagi-siang-sore dan terimakasih saja...

Pas makan siang dia bilang bahwa semestinya aku bergabung dengan yang lain ketika kerjaan selesai. Dan bahwa dia akan ikut kesana untuk memastikan aku sampai dan kemudian dia kembali ke kantor. Kubilang bahwa hati kecilku berkata aku tak ingin kesana. Selain jauh, aku ga suka panas-panasan. Dia masih mencoba merayu dengan informasi bahwa akan ada gala dinner dengan bintang tamu siapa gitu, dan aku keukeuh. Hingga akhirnya dia bertanya apa yg pengen banget aku lakukan. Jawabku "duduk-duduk sambil ngopi di starbak". "oh okay... kita ke sana habis ini", katanya.


Hingga akhirnya kita berdua mau pulang pas jam 7 malam, wacana duduk-duduk harus tertunda karena ini hari rabu, hari joggingku. 

Boss: Besok aku tak di kantor... Jumat kita lunch bareng yah...
Tata: *senyum* aku ada meeting di pacific place
Boss: oh kalau gitu malemnya aja gimana? Pulang kantor kita kemana gitu..
Tata: *senyum* aku dah ada janji makan rica lele di sabang
Boss: ouw... senen yah? Lunch time
Tata: aku ada kerjaan keluar kantor
Boss: ya udah... after office hour aku traktir kamu


Tanpa menunggu konfirmasiku, dia jabat tanganku "it's a deal". Aku manut-manut ajah. Selain ga enak nolak mulu padahal siapalah aku, juga memang aku tak mampu langsung inget hari senin aku ada acara apa.


Maka, ketika dia balik ke ruangnya untuk rapikan mejanya, aku ke tasku mengambil agenda dan mengecek kalender. Dan tentu saja hari seninku sudahlah terisi. Dudududu...


Ingin hati aku segera membatalkannya, tapi kuurungkan. Teringat dua minggu lalu dia mengajak kami semua nyushi dan aku menolak dengan resmi bahwa aku sudah ada  acara. Walaupun di email penolakan itu kubilang bahwa butuh one week notice untuk bisa dapetin aku, tapi ga yakin dia ngeh juga. Siapa dia siapa aku kan? Sudahlah dia sebatang kara tanpa sanak saudara di jakarta raya, massa musti tertolak dua kali oleh kaum sudra juga...^^ Maka untuk dia kuberikan dispensasi 'merusak' agendaku. 



....jadi pengen punya kalender online yang bisa diakses siapapun untuk mengecek availability-ku sebelum mengajak-ajakku..... *jiyaaaa...serasa penting ajah*


....eh eh..tapi tar kesenengan para stalker-ku yah?... *kayak ada ajah...hahaha...*




Monday, July 11, 2011

Album SM*SH_ga niat tapi asik

Rating:★★★
Category:Music
Genre: Pop
Artist:SM*SH
Akhirnya album yang dinanti-nanti dari para anak muda unyu ini muncul juga. Walaupun aku melewatkan konser peluncuran albumnya yang ditayangkan selama dua hari, bukan berarti aku tak antusias. Segera setelah hari peluncuran album, aku segera mencari gerai KFC terdekat (oiyah, peredaran album Sm*sh ini adalah melalui KFC, mengikuti jejak Agnes Monica). Nah, jika biasanya ketika di KFC setelah menyebutkan pesanan, pelayan akan menawarkan CD sebagai templatenya, dan sebelum dia bahkan menyebutkan CD apa sudah kupotong dengan “enggak”, maka kali ini berbeda. Setibanya aku di depan tempat pemesanan, maka aku berkata “mbak, saya mau album Sm*sh. Saya harus beli apa?”. Pokoknya apapun syarat dan ketentuannya aku penuhi demi sm*sh., kurang lebih begitulah maksud kalimatku. Dan si mbak berkata “oh ga perlu beli apa-apa bisa kok Ka.. Beli CD nya aja bisa.”. Dan aku kegirangan “ouw.. okay..CD saja kalo gitu”. Tapi setelah itu aku berpikir bahwa aku lapar juga, jadi kupesanlah fish fillet. Total harganya adalah Rp 45.000, 00. Nah, aku ga tau tuh berapa harga masing-masing. Tapi, intinya berarti harga CDnya murah dan terjangkau lah ya.


Dari kemasan luarnya, jujur aku tak klepek-klepek. Sungguh biasa sahaja. Cover albumnya datar: warna dasar gelap dengan sedikit percik-percik merah, tulisan SM*SH, semacam siluet 7 anak sm*sh dalam ukuran mini, dan gambar bapak-bapak KFC di ujung kanan atas seperti perangko. Sedangkan cover belakangnya berupa daftar lagu beserta kode-kode ring back tone untuk masing-masing provider telfon. Sampai pada tahap ini aku belum merasakan apa-apa, kan katanya don’t judge an album by its cover. Maka, kukoyak plastik pelindungnya dan kubuka CD tersebut.


Hal pertama kulakukan adalah memeriksa apa saja isi dari albumnya. Dan disinilah rasa mencelos mulai muncul. Dalam bayanganku, aku akan mendapatkan semacam album foto dari personil sm*sh yg unyu-unyu itu. Seperti ketika jaman SMP dulu aku membeli album Backstreet Boys, selain sampul albumnya bertaburan foto, masih dapat bonus kartu pos bergambar tampang masing-masing personil. Nah, album sm*sh ini hanya menyediakan dua foto rombongan sm*sh saja. Dua foto dengan satu kostum. Sungguh saya kecewa. Semacam tak niat dalam membuat album saja. Pesona anak-anak ini kan pada tampang mereka yang unyu, lha kok malah itu tidak dimaksimalkan.


Lirik-lirik lagu yang tersedia, aku lewatkan dulu. Aku langsung menuju halaman terimakasih. Bagian ini juga merupakan bagian yang personal dari penyanyi. Penggemar atau fans itu akan selalu berusaha mengenal idolanya lebih baik, lewat apapun. Nah, bagian terimakasih ini adalah bagian yang sedikit lebih membuat kita mengenal idola. Bagaimanapun kita percaya bahwa sang idola menulis bagian ini sendiri, jadi kepribadiannya akan terlihat. Kalau jaman SMP dulu, hal pertama yg diperhatikan adalah ucapan terimakasih pertamanya untuk siapa. Urutan itu penting. Apakah ke Tuhan dulu atau orang tua. Kalau orang tua, mama dulu atau papa dulu. Pokoknya semua bisa dibaca dan dianalisa. Nah, kembali ke sm*sh. Udahlah foto sendiri-sendiri tak ada, eh ucapan terimakasih pun tak ada. Jadi cuma ada halaman SM*SH ..thanks to. Itupun yah, setelah terimakasih ke Tuhan, urutan berikutnya adalah orang-orang di perusahaan2 yg mungkin mendukung terwujudnya album itu. Dalam barisan ini ada KFC, SCTV, RCTI, telkomsel, dll. Setelah itu barulah menyebut nama-nama seperti becky tumewu. Nah, menjelang akhir ucapan terimakasih, barulah nama sm*shblast diikuti orang tua “mama-bapa” yang selalu mendukung kami. Hadududu… kecewa lagi deh.. Kita kan pengen tau si Bisma manggil ortunya gimana, si Rafael gimana. Massa dipukul rata ‘mama-bapa’. Bisa saja kan ada yang manggil orang tua-nya ‘abi-umi’?!


Jadi, intinya dari fisik albumnya, cukup mengecewakan.


Kemudian mulai kuputarlah lagu-lagunya. Jujur, aku tidak berharap apapun. Ini sm*sh, bukan Glenn Fredly atau Andien. Aku mendengarkannya berurutan dari lagu pertama hingga kesepuluh. Daaannn..aku tidak berkata “lumayan” atau “not bad lah..”. Tapi kubilang “wow!”.


Dari 10 lagu, 4 lagu di antaranya adalah lagu lama yang dinyanyikan lagi. Empat lagu itu adalah Ada Cinta yang dulu dinyanyikan Bening, Inikah Cinta-nya ME, Gadisku-nya Trio Libels, dan Oh Ya-nya Dian Pramana Putra yang ‘sumpah mati padamu ku jatuh hati’ itu lho.. Nah, sm*sh menyanyikan 4 lagu ini dengan manis. Jadi, selain membuat tersenyum ketika mendngarnya juga membangkitkan lagi nostalgia masa lama. Kemudian 2 lagu yang sudah lebih dahulu muncul single-nya, I Heart You dan Senyum Semangat juga tetap enak didengarkan. Tiga lagu baru berikutnya memang tidak ada yang istimewa pada musiknya, namun liriknya donk…menggemashkan! Liriknya jauh dari serius apalagi puitis,tapi cara menyanyikannya tuh membuat gemesh. Favoritku adalah lagu berjudul Ahh. “kau buatku wow!”, itu lirik favorit.


Dan gong dari album ini adalah lagu I Heart You yang dinyanyikan secara akustik. Aduuuuhh..cute bangeeett.. Enak seenak-enaknya! Aransemennya pintar! Aku dan bossku kalau memutar CD Sm*sh, pas lagu ini bisa diputar berulang-ulang, berulang-ulang ^^


Jadi intinya, album sm*sh ini adalah pemanja telinga, bukan pemuas mata.