Sunday, August 23, 2009

Aku Meronce Kembang Melati

 

“Apa yang kamu lakukan semalam?”

            ”Sama seperti malam sebelumnya”

 

”Apa yang kamu lakukan malam sebelumnya?”

            ”Sama seperti malam sebelumnya lagi”

 

”Apakah yang kamu lakukan di malam [-malam] sebelumnya lagi itu?”

            ”Aku meronce kembang melati”

 

”Kembang melati kamu ronce?”

            ”Ya. Aku meronce kembang melati”

 

”Apakah kamu akan melakukan perbuatan bodoh itu lagi malam ini?”

            ”Kuharap tidak”

 

”Demi Tuhan, hentikanlah”

            ”Aku sering tidak menyadari bahwa aku sedang meronce kembang melati”

 

”Demi aku, berusahalah”

            ”Demi aku, bantulah”




Ada Berapa Hati kah?

 

Ku kan ga gitu update dengan lagu2 masa kini, jadi pas tadi di radio temen ada lagu dengan banyak kata ‘hati’ ku langsung terpikir harusnya ada kuis: Ada berapa banyak kata ’hati’ pada lagu terbarunya Mulan? Seperti kuis jaman IM3 perang harga dulu, yaitu ada berapa banyak angka 'nol' di iklan dia..

 

Nah, sebagai antisipasi jika kuis itu beneran diadain, maka mari kita hituuuunnggg...

 

Hai sahabatku, jangan pernah
Merebahkan kesalahanmu
Pada semua yang kau anggap
Merebut kekasih hatimu
Mencuri pasangan jiwamu


Dan sesungguhnya bila kamu
Kehilangan cinta
sejatimu
Itu semua karna kamu
Tak sungguh-sungguh pelihara
Dan menjaga cinta matimu


Cinta mati harus dijaga sampai mati
Jangan sampai ke lain hati
Nanti jadinya patah hati
Hati-hati menjaga hati
Mata hati

 

 Kesulitannya adalah bait terakhir nya diulang-ulang entah berapa kali. Tiap ku itung sambil nyanyiin, ku keasyikan dan ilang itungannya... Ulang lagi, keasyikan lagi...

Ada yang rajin untuk ngitung? ^o^

 

Mbak…Mbak.. Kita lagi ngomongin ayam, Mbak…

 

Seminggu kemaren adalah minggu yang rusuh buatku. Aku diwakafkan oleh bosku untuk mengurusi acara pengumpulan manusia2 pintar, kita seleksi dan pemenangnya kita kirim ke AS mewakili Indonesia. Ke-hectic-an sebenarnya sudah dimulai 2 minggu sebelumnya, dimana ku musti nelponin manusia2 pintar itu untuk nagihin dokumen mereka. Habis itu ku musti nyiapin semua bahan yang berkaitan dengan acara. Semua hal kecuali tempat menginap, catering dan bis, karena itu semua bukan keahlianku banget ^o^

 

Anak-anak yang kuurusin itu berasal dari macem2 background pendidikan. Ada dokter, farmasis, bisnis, ahli mikrobiologi, arsitek, dll. Ada juga yang nutrisionis. Dan nutrisionis ini mempermalukanku dua kali. Dua kali!

 

Malu 1

Salah satu rangkaian acara adalah mereka dikasih tugas, mereka diskusi, habis itu dikumpulin untuk dipresentasikan. Pas mereka diskusi aku sok2an mengawasi dunk... Ku jalan dari satu meja ke meja lain. Berhenti sejenak, mendengarkan diskusi mereka, senyum, trus kabur ke meja lain sebelum ditanya2.. ^o^

 

Dengan melihat cara mereka menyampaikan pendapat, interupsi orang, ku bisa sedikit mengira2 karakter mereka. Tapi, lama-lama aku bosan juga. Maka ku makan aja cemilan2 yg disediakan, yang dianggurin sama mereka. Trus tanpa sadar, ku makan lemper sambil jalan muter2. Niat hati mengingatkan mereka untuk menyentuh coffee break yang telah disiapkan. Walaupun dah mualem, tapi kan sayang2 kalo makanan ga dimakan...

 

Pas sampai di satu meja, ku bilang, ”Jangan lupa ada makanan lho yah... Ada kopi, teh juga..”. Tentu saja ku ngomong gitu sambil memasukkan lemper ke dalam mulutku. Lalu lelaki itu berkata, ”It’s ten o’clock now and it’s not good for you to eat those kind of food”. Langsung aku paused. Trus ngliat ke anak cewek di sebelahnya minta pembelaan, “Trust the nutrisionist”, katanya sambil mengangguk setuju pada perkataan sang nutrisionis.

 

Dan aku hanya bisa bersungut2 meninggalkan mereka. Huhuh! Aku kan hanya ga  mau makanan itu mubadziiiirrrr...

 

 

Malu 2

 
Saat makan siang keesokan harinya. Ku gabung agak2 terakhir, karena harus mengurusi kerusuhan dulu. Ku mengambil makanan antri di belakang bapak kameraman. Dia sedang memilih2 ayam bakar. Ku tungguin dunk..Ga enak mau nyalip. Pas gitu, muncullah si anak itu berdiri di belakangku, tapi trus muter dan berada di depanku. Dia memilih2 ayam juga.

Tata: Cari yang apa si, Pak?

Kameraman: Saya cari yang dada.. Ko udah ga ada yah?

Tata: Emang kenapa harus dada?

Kameraman: Dada itu yang paling enak...

Tata: Hoooo....

Anak itu: Sayap juga enak lho, Pak...

Kameraman: Tapi hormon2 di situ semua..

Anak itu: Yaaa...setiap kenikmatan membawa konsekuensi masing2.. Hehehe...

 

Si bapak kameraman selesai pilih ayam dan bergerak ke panci berikutnya.

Anak itu: Kalau saya, pilih yang gampang dimakan saja... (sambil ambil entah bagian apa.. Aku kan agak2 buta soal makanan...)

Tata: Yaitu?

Anak itu: Yang ga banyak tulangnya saja...

 

Trus aku inget dunk kalo dia nutrisionis.

 

Tata: Ayam punya bagian yang highly recommended dan least ga si?

Anak itu: Oh.. Paling baik untuk dikonsumsi adalah bagian dada.

Tata: Karena?

Anak itu: Lemaknya paling sedikit, nyaris tidak ada.

Tata: Hah?? Bukannya paha? Kan paha deket kaki...buat jalan...jadi berotot dan ga berlemak dunk...

Anak itu: Oh nggak... Di paha masih suka ada lemaknya.. Dada yang hampir tidak berlemak.

Tata: Dada tuh yg mana si? (ku jadi ragu kalau ku tau bagian2 ayam gitu...)

Anak itu menekuk kedua sikunya dan mengibas2kan jemarinya di depan dadanya, ”Yang sekitar sini..

Tata: Ga berlemak? Trus namanya dada? Ko bisa dada ga berlemak?

Dia memandangku dengan sangat sabar, ”Dada ayam lho, Mbak... Bukan dada manusia..”, diakhiri dengan senyum sarat kesabaran.

 

Hwuaaaa.... Kenapa aku mikirnya dada manusiaaaaa??? Kenapa dia bisa tauuuu.... Maluuuuu.... 

Saat itu juga ku langsung kabuuurrr....

 

 

 

 

Monday, August 17, 2009

Tips Menurunkan Berat Badan Ala Tata

 

“Kok Tata makin kurusan sii..?”, seorang teman berkata begitu pas papas an aku mau berangkat kondangan. Dan aku tersenyum merona… ^^

 

Fufufu… Aku mengurus!

 

Apakah rahasianya? Mari kubagi…

 

Sarapan pagiku biasa dan ringan. Kadang bubur ayam, kadang ketoprak, kadang bubur kacang ijo, kadang setangkup roti tawar dan segelas Milo.

 

Makan siangku normal, porsi normal, menu normal. Pokoknya nasi, sayur dan lauk.

 

Naaahh.. kalau malam yang agak beda… Ku cuma makan satu iris pepaya sajah. Selain itu ku juga meratapi nasib dan mengenang2 masa yang lalu. Tidur jarang nyenyak, suka kebangun di dini hari.

 

Ternyata pola hidup seperti itu efektif untuk menurunkan berat badan!

 

Boleh dicoba lho… Hohoho…

 

 

 

Eh..eh…eh… Tar lagi kan puasa sebulan… Hmmm… Kombinasi pola di atas + puasa = masih ada kesempatan untuk turun lagiiii…. Telpon penjahit langganan Mak-ku untuk ngurangin ukuran2ku aaaahhhh…. ^o^

 

 

 

For Time is Short: Untuk seorang teman


 
You left me and went on your way.

I thought I should mourn for you and set your solitary image in my heart wrought in a golden song.

But ah, my evil fortune, time is short.

 

Youth wanes year after year; the spring days are fugitive; the trail flowers die for nothing; and the wise man warns me that life is but a dewdrop on the lotus leaf.

 

Should I neglect all this to gaze after one who has turned her back on me?

That would be rude and foolish, for time is short.

 

Then, come, my rainy nights with pattering feet; smile, my golden autumn; come, careless April, scattered your kisses abroad.

You come, and you, and you also!

My loves, you know we are mortals. Is it wise to break one’s heart for the one who take her heart away? For time is short.

 

It is sweet to sit in a corner to muse and write in rhymes that you are all my world.

It is heroic to hug one’s sorrow and determine not to be consoled.

 

But a fresh face peeps across my door and raises its eyes to my eyes.

I cannot but wipe away my tears and change the tune of my song.

 

For time is short.

 

 




Kutemukan ini di antara sajak Rabindranath Tagore, The Gardener-XLVI, dan kurasa ini cocok untuk jadi sajak kamu… ^o^

Sunday, August 16, 2009

Delayed Release Pain

 

Rasa sakit yang terlambat[kan]. Itu yang kurasakan sekarang.

 

Aku tersakiti dan aku menangisi hal yang kausembunyikan saat itu [saat kita masih bersama]. Semua terungkap ketika tak ada lagi KITA [saat semua sudah berakhir].

 

Masih layak aku sakit hati kah? Masih boleh aku meratap dan mengumpat kah?

 

Ku hanya ingin sesak di dadaku sirna dan tak ada air mata.

 

Itu saja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*mencoba berempati, ku tau [pasti] itu berat…*

 

Thursday, August 13, 2009

Damn I Miss you!

 

 

Gue punya lagu bagus buat lo, Ta’..”, kata seorang teman pas ngliat aku begitu hectic seminggu belakangan ini. Kalau aku lagi hectic, biasanya aku jadi galak dan gampang bentak ^o^ Kan ketika kita kerja penuh konsentrasi trus ada yg ngajak ngomong atau nanya sesuatu yang kurang penting (yaeyalah ketika fokus pada sesuatu, hal lain kan jadi ga penting… hohoho…).

 

 

Nah, mungkin tetanggaku ini melihat aku dah sampai pada tahap sewot tingkat lanjut dan iba pada org2 yang dapat nada tinggi dariku… Huhuhu… Dia meliaht aku berbeda ketika bersemangat dan seneng, aku bernyanyi2 dan banyak tertawa2. Makanya dia kasih aku lagu, mungkin maksud dia biar keteganganku berkurang, dan aku bekerja sambil bernyanyi...

 

 

Dia kirimkan lagunya, dan kuputar...

 

 

Baris pertama aku ga nangkep kata2nya, tapi musiknya terdengar asik... Jadi kulanjutkan mendengarkan..

 

 

Kalimat berikutnya membuatku tersenyum..

 

The more I think of you, the more I hate this town

……………………………

I need someone to cure my…

 

 

Okeh… Akhirnya ku bener2 dengerin ni lagu. Dan aku... ummmhhh... tertampar sih nggak.. Cuma jadi berasa gimanaaaa gitu... Tapi aku tersenyum! Catat ya AKU TERSENYUM ^^

 

I need another way to open up my mind

 

Betul banget. Ku butuh suatu pencerahan bahwa it’s over, bahwa ga akan ada sekuel kisah cinta. Semangat!

 

 

I’d walk back to get you if I could

You know I would

Damn I miss you

 

 

Maka jadilah lagu ini theme song ku hari ini… Kuputar sepanjang hari menemaniku.. ^o^

 

Setelah beberapa saat ga berasa apa2 (ga ngerti si lebih tepatnya), akhirnya aku bisa define apa yang kurasakan.. Damn I miss you!

 

 

Ku [belum] siap untuk Ramadhan

 

Seminggu lagi yah? Hwuaaaa….. Nafasku mendadak berat kalau ingat minggu depan, selama sebulan, musti melewati bulan puasa.

 

Allah-ku... Mohon bantuannya yah... Kalau ku ga sanggup sahur, gapapa yah?

Thursday, August 6, 2009

Kekasih yang obsesif dan eksibisionis

 

 

Bulan lalu aku hadir sebagai tamu tak diundang di suatu acara yang diadakan oleh komunitas tertentu. Bukan masalah menjadi ‘orang asing’ yang ingin kuceritakan, walaupun itu juga membuatku berasa agak gimana, tapi tentang hal menarik yang kualami di sana.

 

 

Acara itu diadakan oleh Perhimpunan Jiwa Sehat, suatu LSM yang concern pada hal kesehatan jiwa. Topik yang dibahas pada pertemuan hari itu adalah tentang schizophrenia. Itu yang membuatku tertarik untuk datang. Dalam bayanganku aku akan menghadiri suatu seminar tentang schizophrenia. Aku datang, duduk di antara orang-orang, dengerin ilmu yang diberikan oleh para professor.

 

 

Ternyata konsep acaranya tidak seperti itu. Melainkan presentasi dari 1 profesor tentang schizophrenia, dilanjutkan oleh seorang perawat tentang bagaimana menangani pasien schizophrenia. Jumlah pesertanya tidak lebih dari 40 orang. Susunan tempat duduknya bukan panggung dan deretan kursi-kursi, tapi konferensi meja bundar. Jadi, konsepnya bukan seminar melainkan sharing. Dan formasi meja bundar adalah sangat pas untuk sharing, karena tiap orang dapat saling tatap muka dan memperhatikan.

 

 

Aku duduk di dekat pintu, karena aku datang pas waktu, jadi pilihan bangku tidak ada lagi. Tapi dimanapun duduk akan sama saja karena semua mata dapat saling memandang, tidak ada tempat untuk sembunyi.

 

Di sebelah kiriku adalah seorang ibu yang sudah lanjut, putrinya sakit schizophrenia sudah lebih dari 10 tahun. Sebelah kananku adalah Nurul temanku, di sebelah kanannya seorang bapak dari Banten dan putranya yang schizophrenia.

 

 

Acara pertama adalah perkenalan, dimulai dari sebelah kiri moderator. ”Nama saya Lilik, saya sudah 10 tahun schizophren”. Begitu dia berkata. Aku langsung pyas. Aku kagum pada beliau yang dengan berani dan tanpa ragu berkata bahwa dia sakit. Kemudian ibu moderator memperkenalkan lebih lanjut tentang Pak Liliek ini. Habis itu ada ibu2 pengelola Panti untuk schizphren dari Jogja.

 

 

Orang ketiga mengenalkan diri dengan cara yang sama dengan yang pertama, ”Saya Budi. Saya schizopren sejak 8 tahun lalu”. Seorang anak muda, laki-laki, ceria, juga ramah. Ibu moderator mengenalkan bahwa dia pernah kursus penyiar radio, kuliahnya dulu di teknik informatika, dan kegiatan dia sekarang apa aja. Wow deh.. Kagum dan salut...

 

 

Lelaki berikutnya. Cukup eye catching buatku, karena nampak misterius. Pendiam dan sepertinya pengamat. Dia mengenalkan dirinya dengan datar, ”Nama saya Banu, sudah 5 tahun schizophren”. Kami duduk berseberangan, aku menatap dia tanpa halangan. Pas dia selesai mengenalkan diri, aku langsung tersenyum. ”Baiklah. Dicatat. Namanya Banu”, kataku dalam hati.

 

 

Moderator langsung menyambung, ”Banu ini film maker lho...”. Langsung deh senyumku makin sumringah. "Dia ini pembuat film dokumenter. Masuk Eagle Award lho...“, si moderator makin promosi, dan aku makin sumringah dan tepuk tangan tiada henti. "Yak. Pas coffe break musti kusamperin“.

 

 

Sepanjang acara ku selalu berusaha curi pandang ke dia.  Tapi ternyata sharing nya lebih menyedot perhatianku, sehingga tiba-tiba saja tanpa kusadari, si Banu sudah tidak ada di tempatnya. Tak apa-apa... Pokoknya nanti pas coffe break, kusamperin! Hohoho...

 

 

Akhirnya saat coffee break yang kunanti tiba juga. Langsung ku keluar ruangan dan mencarinya. Tapi dia tak kutemukan.

 

 

Akhirnya coffee break selesai. Acara dilanjutkan. Si Banu kadang ada, kadang keluar.Di bangku sebelah dia ada seorang wanita muda, dan dia selalu di sana, di depan mataku. Dan somehow aku merasa dia mau show off gitu ke aku. Aku berpikir, emang aku keliatan banget yah ngeces ama si Banu? Jadi, tiap Banu masuk, si cewek narikin bangku buat Banu. Trus bisik2 di kuping gitu. Hwuaaaa.... Aku cemburu!

 

 

Pas istirahat makan siang, aku ngobrol sama mbak2 yang suaminya schizophren. Kemudian ada ibu2 yang bergabung. Dia bilang, ”Suaminya yang sakit? Gapapa... Itu tadi si Banu, pacarnya juga normal ko.. jurnalis pula”. Jger!! Jadi mereka pacaran?! Banu dan wanita di sebelahnya yang memperkenalkan diri sebagai seorang reporter dan simpatisan schizophren itu? Aku makin panas.

 

 

Dan pas aku mau ambil minum, aku melihat pemandangan katro! Oh my...oh my... Si Banu sedang duduk nyender ga semangat di sofa. Trus ada sesuatu yang nempel di badan dia, yaitu seekor WANITA. Kurang ajiar! Mereka bermesraan di sofa! Kulihatin lagi, cewek itu adalah cewek ituuuuu...!!! Yang bilang dia adalah simpatisan schizophrenia. Woii!! Simpatisan sih simpatisan, tapi jangan nempel2 gitu dunk! Itu kan ku tekin!

 

 

Beneran aku eneg sama cewek itu. Apalagi pas dia mengajukan pertanyaan yang menurutku ga penting banget, melainkan cuma pamer kedekatan dia sama si Banu. Huhuh!

 

 

Buat para kekasih, jangan segitunya mengumbar kemesraan dunk... Jagalah perasaan kami-kami yang sedang mencari gebetan ini... Hohoho...

 

Tuesday, August 4, 2009

Bagaimana Memberitahu tanpa Membuat Merasa Bersalah?

 

 

Adekku, yang berumur 3 bulan lewat 6 bulan itu, kalau sedang gemes atau sebel dia suka memukul Bapakku atau Mamasnya. Bahkan, kadang tanpa sebab, ketika bangun tidur dia suka langsung memukul kepala bapakku, kadang malah nendang kepala.

 

 

Walaupun kita tahu dia tidak bermaksud tidak sopan apalagi jahat, bahkan mungkin itu adalah ungkapan sayang dia, tapi kita tidak mau kebiasaan itu berkelanjutan. Maka, diadakanlah sesi nasihat kecil2an ke adekku oleh Ibuku.

 

 

Ibu: Dek… Dedek nggak boleh mukul atau nendang Bapak atau Mamas… Yah?

Dedek: Kenapa?

Ibu: Karena itu sama saja Dedek menyakiti Bapak dan Mamas. Kasihan kan?

Dedek: Ih... Bapak nggak kesakitan ko... Ya Pak, ya? (meminta dukungan ke korbannya)

 

 

Bapakku, dengan senyum salah tingkahnya nampak jelas bingungnya. Pengen mendukung Ibuku untuk menegakkan moral dengan mengatakan bahwa dia kesakitan, tapi resikonya adekku akan jadi sangat sediiiiihhhh... Kalau adekku sedih, dia akan tidur tengkurap dan terisak-isak. Ga tega deh lihatnya... Tapi kalo berkata sebaliknya, nampak nggak kompak dengan Ibuku sebagai sesama orang tua dunk... Image runtuh kan?

 

 

Akhirnya bapakku menarik adekku untuk dipeluk dan dicium kepalanya, ”Nggak apa-apa... Kan cuma maen-maen ya, Dek..?”. Bapakku emang ga tegaan orangnya...

 

 

Adekku merasa menang dalam ’sidang’ itu. ”Tuuuhhh...kaaaannn... Bapak nggak sakiiiittt...”. Sambil mukul dada bapakku. Bapakku tentu saja ketawa.

 

 

Ibuku tidak mau menyerah. Soalnya kalau parameter suatu ’kejahatan’ adalah si korban merasa terdzalimi, itu nggak bener banget. Sesi nasihat ditunda.

 

 

Ibu nggak mau Dedek bermental seperti koruptor”. Nah lho... Proyeksinya jauh bener kan? ^o^ Menurut pandangan kami, koruptor itu kan nilep uang yang merupakan hak rakyat. Misalnya korupsi uang penyediaan susu dan biskuit buat balita. Uang yang harusnya diwujudkan dalam bentuk susu dan biskuit, kemudian dibagikan gratis ke balita2 di seluruh Indonesia, tapi dimasukkan ke rekening dia. Korupsi kan itu? Tapi, apakah ibu2 yang berbalita itu tahu, sadar dan merasa bahwa hak mereka telah dirampas? Apakah mereka tau bahwa seharusnya gizi anaknya bisa lebih baik daripada *maaf* ASI apa adanya mereka? Sepertinya tidak, bukan? Jadi, wajar kan kalo koruptor itu santai2 saja berkorupsi ria? Karena mereka seperti adekku, tidak merasa bersalah karena korbannya tidak merasa terdzalimi.

 

 

Dikaitkan dengan pilpres yang masih bersengketa. KPU adalah perampas hak pilih dan dipilih atau bukan? Menilik fakta bahwa ada buanyak orang yang tidak masuk dalam DPT, tapi ada juga orang yang fine-fine aja mendapati dirinya tidak dapat mencontreng. 

 

 

 Aku juga nggak mau adekku seperti seorang kenalanku yang jarang beli tiket kereta. Dalihnya, ”Ga ketauan ini... Tokh PT KA ga berasa kan kalo cuma berkurang beberapa ribu rupiah dari jatah tiket gue?”.

 

Atau temennya temenku yang suka bawa pulang fasilitas kantor buat anaknya, ”Perusahaan kan kaya... Gua ambil segini kan ga ada artinya buat company”.

 

 

Atau seperti orang2 di kampung sebelah kampungku yang suka menebang pohon Perhutani untuk dijadikan bahan bakar kalo lagi ada yang punya hajat, ”Pohon mereka kan buanyak.. Yang kita ambil ini kan ibaratnya tusuk gigi buat mereka...”.

 

 

Ya...ya...ya...

 

 

Sekarang yang dipukul sama adekku adalah bapak dan mamasnya, yang jelas2 jauh lebih besar badannya. Ibarat kata, misal adekku mukul pake sapu pun, gak akan terasa bagi mereka, apalagi sakit. Tapi kan intinya bukan itu. Kalau paham adekku tidak diluruskan, kalo tar dia mukul temen maennya gimana? Atau tiba2 mukul orang yang lewat depan rumah gimana? Kalau sampe dia gedhe dan bertenaga trus dia masih suka mukul gimana?

 

 

Entah yang dipukul merasakan sakit atau tidak, faktanya adalah adekku telah dan suka memukul, dan itu tidak boleh. Cuma, cara menyampaikan ke adekku gimana, kita buntu. Aku sudah menangkap essensi dari yang dimaksud oleh ibuku, tapi aku pun tidak bisa membantu merumuskan kalimat yang sekiranya bisa dicerna oleh adekku.

 

 

Ada yang punya ide? Kalimat pelurusan yang sederhana. Sebagai informasi perumpamaan u get what u give ga mempan di dia. Pas dibilangin, “Kalo dedek dipukul Bapak mau nggak? Sakit nggak?”. Dia menjawab, “Bapak kan orang besaaaaarrr… Ga boleh mukul anak kecil tho yo…”

 

 

Ibuku bekata, “Menjadi orang tua di jaman sekarang tantangannya beda dan lebih berat.. Dulu pas Mbak Tata dan De’dika ga ada kasus begini...”

 

 

 

 Gimana tar di jamanku, Mak? ^o^

 

 

Sunday, August 2, 2009

Bertemu Idola dan Gagal Bercinta

 

 

Aku jatuh cinta pada kalimat pertama di karya pertamanya. Kuikuti setiap karyanya [dan aku semakin cinta].

 

Entah bagaimana tak pernah terpikir untuk mencari tahu siapa dia, apalagi mendekatinya. Aku sudah sangat puas menikmati hasil pikirannya.

 

Semalam, Tuhan menghadirkan dia di depanku. Kuamati tiap gerak bibirnya saat berucap. Pandang matanya dan olah tangannya. Aku semakin dalam mengaguminya. Kunyatakan saat itu juga, aku mau dia.

 

Usai acara, kudekati dia. Kutunggui hingga semua nyamuk yang mengantri foto menyingkir. Lalu kuhampiri dan kujabat tangannya. Hangat! Aku suka!

 

Seulas senyum membarengi kalimatku, ”Aku berniat menggodaimu”. Telinganya seolah tak percaya mendengar kalimat itu, hingga minta untuk diulang. Disodorkannyalah sebelah telinganya ke mulutku. Kukatakan sekali lagi, ”Aku berniat menggodaimu”.

 

Dia memundurkan kepalanya, tersenyum ke arahku. Tangannya mengarah ke suatu tempat. Dan mulutnya berkata, ”Itu istriku”.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

 

 

 

 

 

 

Dialog sebenarnya:

Tata: Kubilang ke XXX kalo aku mau ngegebet kamu

Dia: Mau apa? (majuin telinga ke arah mulutku)

Tata: (ngomong ke kupingnya) Ma-u nge-ge-bet kamu...

 

Dia mundur dan tersenyum, trus nunjuk ke mbak-mbak yang jaraknya 3 langkah dari kami, ”Itu istriku”. Trus istri yang dimaksud ngedeketin kami dan berkata, ”Mau difotoin bareng?”