Monday, June 9, 2008

Arti Tagline (bagiku)

 

Akhir-akhir ini aku selalu menyempatkan diri baca iklan film-film yang sedang tayang di bioskop. Selain untuk mengetahui jadwal pemutarannya juga untuk antisipasi jangan sampai aku beli DVD bajakan film-film yang tayang di bioskop (kalau ditayangin di bioskop, kenapa harus nonton bajakan kan?)

 

 

Tapi, perhatianku sekarang tidak hanya pada film apa dan tayang dimana, tagline-nya pun aku perhatikan. Jujur, selama ini pertimbanganku nonton film kalau bukan karena pemaennya terkenal ya karena judulnya bagus (menurut aku).  Karena judul itu mewakili isi filmnya. Selain judul, tag line juga sangat membantu pencerminan isi film, mengarahkan pembentukan ekspektasi.

 

Contohnya film Shutter. Dari judulnya saja ku belum dapat gambaran itu film tentang apa. Posternya yang berupa mozaik wajah seram cukup membantu. Dan taglinenya menyempurnakannya: The Most Terrifying Images Are The Ones That Are Real. Nah, bagi pengecut seperti aku, film itu pasti kucoret dari daftar tontonan

 

"Hel’ll do anything to get the groom out of the picture“-nya Made of Honor, juga sangat menyempurnakan penggambaran isi film. "Don’t look for the answers, it’s already too late"-nya The Happening, Legends Never Die-nya D-War, adalah contoh supportive tagline lainnya.

 

Apakah ada unsupportive tagline? Menurut aku si ga ada. Tagline yang menyesatkan? Juga tidak ada. Justru tagline itu mencegah penonton tersesat menonton film yang sebenarnya bukan jenis kesukaannya. Setiap tagline membawa calon penonton ke suatu ekspektasi tertentu. Ketika membaca tagline, “In A Dirty World, He’s Our Only Hope” maka ekspektasiku adalah akan menonton film komedi tentang seorang lelaki "pembersih kekotoran dunia". Aku akan mengajak temanku dengan kalimat, “Nonton The Cleaner yuk. Pasti kocak tuh…”.

 

Nah, ekspektasi apa yang akan muncul jika taglinenya adalah:

-         Jangan Asal Nyoblos

-         Masih Ada Kereta terakhir

-         Song of Ghosts

-         Berani Sumpah, Takut Mati

-         Ghost Island

-         Hari itu 13 Mei sepuluh tahun lalu…

-         Tontonan Wajib Umat Beragama Menghadapi Fenomena Ajaran Sesat dan Rasul Palsu

 

Kalau aku, komentar yang terucapkan setelah baca itu adalah, “Idih, males banget si!” dan "Idih, nggak banget si...?!“ atau "Idih, apaan si ni?". Itu refleks lho! Beneran! Karena respon awal begitu, maka otakku pun jadi malas untuk berekpektasi tentang isi film. Tagline-nya aja gitu, apa yang (bisa) diharapkan dari filmnya kan? Mahap...

 

Padahal tadinya aku penasaran sama film dengan 2 tag line terakhir di atas. Terutama film terakhir, yang berjudul "Mengaku Rasul“. Walaupun agak bingung dengan cara promosinya (pembagian pashmina gratis tiap pembelian 3 tiket? Hellooo….), aku penasaran. Ini film tentang apa si? Tapi begitu kubaca kalimat di atas disertai kata ‘wajib’, pupus sudah penasaranku.

 

So... Bagi yang bisa menonton tanpa terganggu oleh tagline…tonton dunk…trus share dunk… ^o^

No comments:

Post a Comment