Sunday, May 6, 2012

Aku Cinta Jakarta

 

 

Aku pernah bilang bahwa aku merasa Tuhan memanjakan aku. Kadang Tuhan iseng sih godain aku, tapi itu tak lama, habis itu manjain lagi. Aku juga sudah menjadi kebal ketika ada yang berkomentar “Wah..Jakarta tidak menempamu. Padahal konon kehidupannya keras”.

 

Beberapa waktu lalu aku membaca tulisan di link ini, tentang betapa jahatnya Jakarta, betapa tak masuk akalnya juga hingga membuat si penulis “lama-lama takut tinggal di Jakarta”. Aku tidak menyangkal bahwa itulah Jakarta. Sebelum ada tulisan itu, aku telah (sering) mendengar ada teman yang dihipnotis di dalam bis kota hingga raib handphone nya atau tentang teman yang dibekap dua orang dan satu orang lain mengaduk-aduk isi tasnya, di pinggir jalan raya di pagi hari. yak, inilah Jakarta.

 

Dan yang akan kuceritakan ini pun terjadi di Jakarta.

Cerita 1

Kemarin aku akan menonton film bersama bocah-bocah, maka sebelum berjumpa di bioskop, aku mampir dulu di swalayan untuk membeli sesuatu. Setelah memilih-milih sebentar, aku putuskan untuk membelikan bocah-bocah itu sumpit untuk pemula yang luchu desainnya dan mudah digunakan (jaminan langsung bisa menyumpit bakso yang bulat itu!). Segera setelah mengambil sumpit-sumpit itu, aku menuju kasir yang sedang melayani bapak-bapak yang belanjaannya banyaaaakk sekali. Sambil menunggu dia dilayani, aku menonton Happy Feet yang diputar di layar TV di belakang mbak kasir. Mataku tertuju ke depan, tanganku memegang 3 sumpit. Tiba-tiba sumpitku diambil sama bapak tadi dan disodorkan ke kasir ketika belanjaan terakhirnya sedang di-scan. Aku kaget dan memandang si bapak. Dia tersenyum dan “let me pay them”. Aku ga mau dunk. Dia entah siapa, apa motivasinya pula. Dan dia tetep ngotot meminta si mbak kasir menyertakan sumpit itu ke daftar belanjaan dia. “Please, let me. I know they’re for children. I love children.”.  Dan aku hanya bisa “Are u sure?” dan “ya udah deh..”, kemudian “aku beli yang lain juga aahh.. haha..”, becandain dia. Kata dia “oh silakan.. Tapi ini tetep kubayarin yah..”.

 

Bayangkan! Aku berjumpa manusia asing nan baik hati yang membayari barang yang kubeli, di pusat Jakarta. Di sebuah tempat yang lebih sering dipenuhi oleh orang yang saling skeptis dalam diamnya. Bahkan aku pun sempat bertanya-tanya nyaris curiga. Dan selama transaksi di kasir sekejab itu dia crita kalau dia tinggal di Jakarta sendiri sedangkan anak istrinya di Amerika sana. Ketika kutanya apakah dia sering melakukan itu, bayarin belanjaan orang? Dia bilang “enggak juga. Kebetulan saja aku tau km beliin untuk anak-anak”. “It does inspire me. Thank you”, aku bilang gitu sebelum pisahan.

 

Cerita 2

Pagi ini cuaca Jakarta begitu gloomy. Ketika aku berangkat kerja, mendung berangin pertanda akan hujan. Kemudian, ketika aku akan turun dari bis untuk ganti bis lain, hujan sudah turun dengan serunya. Aku adalah manusia tanpa payung. Maka aku mengeluarkan blazer dari dalam tas dan menutupkannya ke kepala. Aku tau akan tetap basah, tapi lumayan lah untuk menunda kekuyupan sampai aku berteduh di 711 terdekat.  Tiba-tiba ada payung di atas kepalaku berbarengan dengan suara dari samping kiriku “Barengan saja, mbak..”. Aku memandang si mbak itu, “Terima kasih.. Mau naik bi situ juga?”. Dan dia mengiyakan. Maka berjalanlah kami berdua di bawah payungnya. Aku tersentuh oleh tindakannya. Kalau mau dibilang kecil atau biasa saja, aku kira tidak. Banyak pejalan kaki berpayung lainnya yang lewat, sebanyak yang tanpa payung dan menutupi kepalanya menggunakan tas mereka sebagai usaha melindungi diri dari hujan. Namun, gadis muda itu memayungi aku.

 

Dari dua cerita itu, satu saja kalimatku: Aku cinta Jakarta, aku suka tinggal di Jakarta ^^

 

 

 

21 comments:

  1. tergantung orangnya lah mbak
    aku selalu percaya dimanapun aku ketika berbuat baik pada sesama pasti suatu saat bakal dibaikin orang juga

    ReplyDelete
  2. aku juga jatuh cinta kedua kalinya sama jakarta kemarin tapi melihat hiruk-pikuknya, itu aku rasa mending tinggal di malang saja.

    ReplyDelete
  3. perlu gak aku cerita yg kualami di negri itu?

    1) lagi makan siang bertiga, sesama mahasiswa pengunjung negara itu. ada bapak-ibu di meja sebelah kami lagi nongkrong. mereka nyapa2. setelah ngubrul, tauknya si pelayan dipanggil, krn dia bayarin makanan kami ber3.

    2) lagi mau kirim kertupos sebelum meninggalkan negri itu, tapi gak ada toko jual perangko, sampai di airport pun. si pegawai toko nelpunin kantorpos ternyata tutup. dia malah ke temennya di toko sebelah & balik2 bawa perangko buatku.

    sementara org2 menganggap negeri itu negeri koboi..

    ReplyDelete
  4. ummhh... nah ini... berlaku kebalikannya jugakah? kalau kita jahat maka suatu saat akan dijahati? atau ketika kita mengalami kejahatan, pasti itu 'balasan' akan perbuatan kita juga?

    kl menurut aku, cara kerja tuhan atau alam tidak begitu...

    ^^

    ReplyDelete
  5. kl aku Malang itu buat liburan aja.. suasananya terlalu cozy..enaknya buat tidur2an.. ^o^

    ReplyDelete
  6. hwuaaaa.... so sweet and inspiring! dan mendamaikan tentu saja..

    ReplyDelete
  7. Jakarta dan minoritas yang terlupakan di sudut gelap atau sudut yang terlalu benderang justru ? :)

    ReplyDelete
  8. yg enak kalo di Malang ...
    1. tidur
    2. bercinta
    3. ngopi pake kopi sidomukti
    4. bercinta lagi
    5. minum stmj asli
    6. makan bakso malang
    7. makan pecel kawi
    8. bercinta lagi
    9. tidur lagi

    hihihi

    ReplyDelete
  9. Berbuat yang terbaik aja mbak. Kita nggak pernah tau kerja Tuhan dan alam. :-D

    ReplyDelete
  10. Tiap kota pasti punya sisi gelap dan baik kan mbaak hehehehehehe
    Tapi setidaknya jakarta tidak sepanas surabaya beuuuuuuh :)

    ReplyDelete
  11. oh, aku bisa menuliskan belasan kisah betapa baiknya orang2 jakarta terhadapku..pengendara motor yg selalu jadi sasaran emosi semua orang :D

    ReplyDelete
  12. jakarta tempat aku tidak merasa canggung untuk ke coffeeshop sendirian, ntn sendirian, keliling mal sendirian, duduk2 di pinggir jalan sendirian :D

    ReplyDelete
  13. jakarta tempat aku tidak merasa canggung untuk ke coffeeshop sendirian, ntn sendirian, keliling mal sendirian, duduk2 di pinggir jalan sendirian :D

    ReplyDelete
  14. kalo kata rihanna, you found love in a hopeless place.. hehehe..

    ReplyDelete
  15. Wow! Exactly that what happen..

    berbagi cerita juga ya?

    Waktu aku aplly visa USA, ternyata aku ada masalah dengan foto visa ku yg berkerudung, terpaksa aku harus ke Sarinah untuk foto baru, dan cuma dikasih waktu 1 jam, hujan deras banget waktu itu, taksi penuh, bajaj diserobot orang bule, dompet ditinggal dikantor karena ga boleh ada elektronik or dompet dikedutaan, aku rogoh kantong bajuku, cuma ada uang 4 lembar 10ribuan, dan almost imposible to get it done, ditengah keputus-asaan, tiba-tiba ada yang tepuk pundak saya dari belakang, "Hey, there is a taxi, you go get it." Lantas, saya cuma senyum dan bilang "No thanks, Sir, I'm fine" Tiba-tiba beliau mengulurkan 2 lembar uang 100ribu, kemudian bilang "here's for the taxi" saya bilang "Sir, are you serius, I cannot take this for free" kemudian beliau memberi saya kartu namanya dan menuliskan beberapa digit angka, dan teriak "run run, go get the taxi". Ditengah guyuran hujan, saya berlari menuju taxi tersebut, didalam taxi saya baru baca kartu nama tersebut beliau indonesia Sale Director of Boehringer Ingelheim Jerman. Luar biasa!!! Dan yang saya pahami dari pemberian kartu nama dengan bertuliskan nomor tersebut, beliau ingin tahu apakah saya juga bersungguh2 bilang "I cannot take it for free" dan saya transfer 200ribu rupiah ke nomor rekening tersebut.

    ReplyDelete