Jangan serahkan hatimu padanya, cukup aku saja yg kehilangan hati. Begitu kata kawanku. Kutatap matanya dan kutilik rongga dadanya. Tak ada lubang di sana. Ah, dia hanya iri karena hatikulah yg terpilih. Pikirku. Dan diambillah hatiku yang satu. Ditimang-timang di tangan dan dihempas ketika jemu bertamu. Dadaku tak berlubang ataupun berongga [sama seperti milik kawanku]. Darah telah memenuhinya dan membeku [menyerupai hati].
waw nice,.....
ReplyDeleteaq suka tulisan ini....
kerennnnn...!
ReplyDeleteWaaaaa.... Adhjie... Ka Rita... Makasi..makasi... Arigatou gozaimasu!
ReplyDeletefilosofis
ReplyDelete