Friday, April 30, 2010

My Second Hand-Heart Would Like to Apply for the Vacant Position in His Heart

Seperti yang udah pernah ku-share, bahwa aku sedang dalam proses interview dengan suatu perusahaan. Sejauh ini interview-nya udah 3 kali. Dari 3 kali interview itu, dari user, HR, hingga petinggi di negara asal sana, punya satu pertanyaan yang sama: kenapa kamu berminat untuk pindah ke perusahaan kami. Dan karena aku pintar, maka aku bisa menyusun suatu jawaban yang pintar. Semua kukasih jawaban yang sama, paling kalo pas yang nanya bule ya tinggal di-translate saja. Hehehe..

 

Kupikir aku memang lumayan pintar untuk bisa nampak pintar. Miya pun pernah mengakuinya. Waktu itu dia mau ada talkshow buku dia, trus dari pihak penerbit ngasih kisi-kisi pertanyaan yang mungkin akan muncul. Trus aku ama dia merumuskan deh jawaban-jawaban yang akan membuat dia nampak pintar! Hohoho...

 

 

Tapi sekarang ku mentok, mampet, ga bisa nampak pintar lagi.

 

 

Bisa dibilang aku sedang dalam proses interview lain, bukan kerjaan tapi asmara. Calon user ku udah tau  kalau  aku apply untuk satu  posisi di hati dia. Dan seperti user2 kerjaan, dia bertanya “kenapa bisa berminat?”. Dan aku  langsung paused. Ga tau  tau musti jawab apa.

 

 

Sudah berhari-hari ku memikirkan jawabannya. Mencoba mencari-cari kalimat yang keren yang tidak hanya akan membuatku nampak pintar, tapi membuatku mendapatkan posisi di hati itu.

 

Kuulang-ulang pertanyaan itu: kenapa aku bisa suka ama dia? Kenapa aku cinta dia?

 

 

Dan aku serasa  nyaris frustrasi mikirin jawabannya. Mau nyontek, ga tau musti nyontek kemana. Dan seperti biasa, ketika puyeng, ku suka baca puisi. Dan muncullah lirik 41 itu.

 

 

Maka, inilah kata-kata terdalam yang mesti kuucapkan, kata-kata paling benar yang ingin kusampaikan,  kata-kata paling tepat yang kusediakan. Amin.

 

 

Karena aku belum menemukan jawaban kenapa aku suka pada lelaki itu, maka ku mundurin pertanyaannya: benarkah aku suka padanya? Suka yang seperti apakah? Apakah aku cinta dia?

 

 

Dan jawabanku adalah: terlalu dini jika kubilang aku cinta dia. Aku belum mengenal dia. Aku hanya bertemu dengannya, sedikit interaksi dan  kurasa kusuka. Jadi, kalau kubilang ku cinta dia, itu namanya aku membual. Jaman ama bipang dulu ajah, beberapa bulan jalan pun baru sampai tahap ngebanting ikan hiu alias I think I love u. Habis itu naik level ‘i love u-thank u’, trus baru deh ‘i love u-i love u too’.  Dan kupikir, untuk kali ini akan begitu. Semakin mengenal, maka ku akan semakin mantap untuk apply dan akhirnya aku bisa bilang ‘aku cinta’.

 

 

Kayak lagu kesukaanku...

 

Semakin jauh ku mengenalmu

Ku mengerti dirimu sehari-hari

Semakin aku memujakanmu

Mengagumi dirimu sehari-hari

Pertanyaan selanjutnya yang harus kujawab adalah: kenapa aku bisa suka dia. Okay..  ku berusaha mencari-cari jawaban yang keren dan pintar dan romantis jika perlu. Tapi.. ga nemu-nemu.. Dan kuingat kata-kata seorang teman, “Kalo udah mentok, jujurlah”. Baiklah.. aku akan jujur.

 

Jujur 1: aku ga pernah menyadari keberadaannya selama ini. Walaupun dia bilang sebelum-sebelumnya kita suka ‘ketemu’, tapi aku sama sekali ga ngeh kalau ada dia. Nuansa Bening gitu deh..

 

 

Jujur2: aku tidak jatuh hati pada pandangan pertama ataupun kesan pertama, walaupun kubilang ‘aku suka!’, ketika pertama ketemu

 

Jujur3: jujur aku juga bingung kenapa aku suka.

Yang aku tau, aku mulai condong ke dia setelah berakhirnya pertemuan pertama kali. Menjelang tidur, aku mengucap syukur “Tuhan, makasih yah aku bisa melewati bulan Maret ini.”. Yak, bulan Maret setahun kemaren adalah bulan yang cukup berat buat aku. Ada beberapa kejadian yang cukup menguras emosi di bulan ini. Puncaknya adalah di akhir Maret. Di Maret tahun ini, ku berusaha untuk menyibukkan diriku biar ga keinget-inget kejadian setahun kemarin. Dan akhirnya setelah ku nyadar Maret telah terlalui dengan damai, aku sangat bersyukur.

 

 

 

Sesaat setelah bersyukur, ku berasa dapat pencerahan. Di hari aku seharusnya merana dan mengenang lepasnya si Cinta, aku bertemu dengan lelaki ini, secara ajaib. Yak! Kata ‘ajaib’ lah yang kugunakan untuk menamai pertemuan kami yang..ummh..ajaib! Alam mengatur pertemuan kami secara ajaib.

 

 

Dan aku percaya pertanda. Aku percaya Alam berbicara dengan kita, menyampaikan sesuatu. Dan aku tidak mau mengabaikannya.

 

Begitulah.. Aku merasakan dadaku menghangat. Aku siap untuk bercinta, dengannya.

 

 

Dan, aku bener2 pengen lebih mengenal dia.

 

 

Dan entah kenapa lagu yang terputar di otakku adalah

One way or another I will get to you

I hope you like me

What can I say to get you into my sweater ?

What can I do to get to know you better ?

 

^o^

 

 

Seperti ajaran Oom TTSku, aku akan menggunakan metode Maks-Min dalam hal ini.

 

 

Maksimal: application ku untuk vacant position di hatinya diterima

 

 

Minimal:

1. Ku bisa memperkaya pengalaman bercinta

2. Ku bisa menyenangkan teman-teman sekitar (nge-ceng2in itu menyenangkan bukan?)

3. Ku semakin dekat dengan satu orang yang sering ingin kupeluk

 

 

 

Kata seorang teman jaman SMA dulu, one thing can have some goals. Maka, kubuat tujuanku beberapa, jadi aku tidak akan pernah mengalami kegagalan ^^

 

 

 

6 comments:

  1. asal lagunya gak berubah jadi lagunya 5 minutes : Semakin ku kejar... smakin kau jauh.....

    ReplyDelete
  2. hehehe...

    jadi..bolehkah ku-publish untuk 'contacts' only? atau untuk user 'close to nothing' only?

    ReplyDelete
  3. kalo kata aku, kau boleh publish, say...

    soalnya ini hatimu, bukan hatinya. ini murni hak milikmu, selesai :)

    kau sendiri, gimana? siap utk mempublish???

    ReplyDelete
  4. Ummhh.. Ku masih khawatir akan jadi ackward.. Takut dia kalau baca jadi berada di posisi sulit.. Sedangkan seperti kata kamu, dia udah mulai membuka pintu pertemanan kan?

    ReplyDelete
  5. jadi... pikirin baik2 deh... kau kan hampir tahu dia manusia macam apa. :)

    ReplyDelete