Thursday, June 9, 2011

Beneran atau Asal?

Tentang yang terucap ataupun tidak…

 

Tentang Doa

Ini adalah hasil diskusiku jaman SMA dengan teman sebangkuku. Pemicunya adalah 'kebingungan'-ku pada teman2 yang suka berucap "doakan yah…", entah itu mau maju lomba, mau ulangan atau mau pergi kemana. Bingungku bukan kenapa dia minta doa, tapi lebih kepada tindak lanjut dari kalimat itu. Jawaban pasti dari kalimat itu kalau enggak "iya" ya "pasti" atau sejenis, ya minimal mengangguk dan tersenyum. Pasti tidak akan ada orang yang menjawab dengan "nggak mau" atau 'nggak janji yah".

 

Kebingunganku begini:

- si peminta doa apakah benar-benar membutuhkan doa dari teman-temannya dan berharap teman2 itu akan berdoa untuknya, atau sekedar kalimat sepantasnya (template) sebagai respon dari "gudlak yah.."

- si pihak yang dimintai doa dan mengiyakan akan mendoakan: apakah benar-benar akan berdoa (dalam artian khusus berdoa "Tuhan, semoga Andi bisa mengerjakan ulangan dengan baik. Amin") atau cukup mengiyakan saja dan itu sudah termasuk berdoa

- malaikat pencatat doa (jika ada) atau alam, apakah akan menghitung doa yang manakah? Yang betul-betul berdoa setelah sholat atau di gereja atau sebelum tidur? Atau dengan menjawab "iya" ketika diminta mendoakan itu sudah dianggap doa dan diperhitungkan?

 

Waktu itu aku bertanya ke temanku itu "kamu beneran berdoakah ketika mengiyakan permintaan doa seperti tadi?". Dan temanku bilang, "Tentu. Aku melakukan apa yang aku ucapkan. Walaupun tidak  segera ke gereja untuk berdoa semoga si X menang lomba, si Y operasinya lancar, tapi aku selalu menyempatkan berkomunikasi dengan Tuhan dan menyebut nama mereka". Beuh! Repot donk.. Dan dia "kalau kamu perhatikan, aku tidak mengiyakan setiap orang yg bilang 'doakan yah'. Kadang aku tersenyum saja. Aku tidak mau membebani diriku.". Trus aku mencerna dan mengangguk-angguk. Dan kami berdiskusi yang endingnya adalah walk the talk.

Ada yang tertarik mendiskusikan lagi? ^^ 

 

Tentang Maaf

Bisa dibilang aku jarang meminta maaf literally verbally "aku minta maaf" atau "maafin aku". Jika aku bersalah, maka caraku meminta maaf adalah dengan memperbaikinya dan memulai komunikasi kembali. Mengutip istilah 'test the water', aku meraba-raba melihat kondisi apakah masih berupa es atau sudah mulai mencair. Baru setelah benar-benar cair, aku akan meminta maaf dengan pelukan ^^

Pun sebaliknya. Jika ada yang meminta maaf, aku tidak pernah bilang "iyah…" atau 'sama-sama'. Kalau aku sudah tersenyum atau sudah membalas SMS itu artinya aku sudah memaafkan. Jangan menuntutku berkata 'aku memaafkan kamu', karena justru aku jadi gerah dan kesal.

Kalau aku begitu.. Bagaimana dengan teman-teman?

 

Tentang Janji

1.  "besok nonton yuks.."

"yah aku sudah ada janji ma temen mau makan bareng…"

 

2. "besok datang yah…"

"sip..sip.."

 Dan ternyata tidak muncul dan ketika dikonfirmasi, "kan aku ga janji bukan?".

Haruskah janji disebut janji ketika diucapkan dengan kata 'janji'? Apakah kesepakatan bisa disebut janji dalam artian janji yg dianggap hutang yg harus dilunasi?

Ini yang belum pernah kudiskusikan… Yuks… ^^

 

 

12 comments:


  1. mungkin perlu ijab kabul? jadi harus diucapkan jika benar bisa memaafkan. jika belum bisa juga harus jujur apa bagaimana dan untuk apa atau mengapa lum bisa memaafkan? dan pastinya kita harus slalu berusaha memaafkan sesama, krn pencipta kita adlh Yang Maha Pemaaf...?

    permisi ya Ta, aku masuk sini, trtarik dg judulmu, tentang memaafkan, hal yg berat tapi harus dilakukan.

    n_n

    ReplyDelete
  2. kalo aku gak repot ta.. segera setelah aku mengiyakan, aku melakukan doa itu. kan cuma 1 kalimat. dan cuma sekali aja. udah cukup buatku berkontribusi satu doa hehehe

    soal tiba2 keinget lagi tu temen.. [tergantung kedekatan sama si temen itu] atau pas nanya kabarnya dia belon mendapatkan yg dia butuhkan itu.. jadi trus aku doa lagih

    ReplyDelete
  3. aku sukaaaaaaaaaa ^^

    karena aku gak suka sama orang yg gampang minta maap.. (tanpa menyadari bahwa lebih baik adalah memperbaiki / tidak mengulangi perbuatan itu)

    tapi aku juga gak suka sama org yg kelamaan test the water. maksutnya, aku udah respon positif tapi masih "takut2" gitu..

    ReplyDelete
  4. gak suka sama yg begini..
    kalo belon pasti dtg apa gak.. mbok ngomong ajah gitu.. "boleh.. tapi blon pasti ya" drpd ngomong sip2 tapi kosong..

    janji gak perlu kata "janji" -- kalo mau yg resmi ya tulis di kertas & dilegalisasi sekalian =))

    kalimat terakhir gak ngerti ta.. kesepakatan = janji = hutang?

    ReplyDelete
  5. kalau menurut aku sih basa-basi ajah, secara kita juga tahu tu temen pasti gak niat2 amat mendoakan kita..hahaha *berfikiran sempit*

    ReplyDelete
  6. ide menarik... asal jangan hanya jadi formalitas yah... "saya minta maaf atas semua salah saya" dan dijawab "saya maafkan". :))

    ReplyDelete
  7. *toss* apalagi kalau kalimatnya "kalau aku salah, aku minta maaf" atau "maaf untuk semua..". Hiyaaa..udahlah ga nyadar salahnya apa, eh minta maafnya nyebar jala... ^o^

    yg soal doa, aku tiru yaaa... membiasakan langsung berdoa di tempat walau sekalimat..

    ReplyDelete
  8. kalau perlu pake cap darah yaaa... ^o^

    maksud kalimat trakhirku, merujuk pada istilah janji adalah hutang. jadi, kata-kata itu kapan dianggap sebagai sebuah janji yg statusnya janji adalah hutang? *ribeut yaaaa...*

    ReplyDelete
  9. ooo

    janji sih emang hutang, tapi bisa dibatalkan selama itu disampaikan (niat membatalkannya), bukan membiarkan aja sampai batas waktu trus tau2 ternyata gak ada kan..

    ReplyDelete