Leon Agusta
Bila sungaii bermuara ke lautan
Laut manakah muara bagi sungai dalam hatiku
Bila burung-burung terbang bebas di cakrawala
Manakah cakrawala tempat mengembangkan sayap
Bagi rindu yang menggelepar dalam dadaku
Bila taman-taman pun juga punya pengasuh
Siapakah pengasuh jiwaku yang buncah ini ?
Ya, kita memerlukan seorang kekasih
Hatinya bagai lautan dadanya cakrawala
Budinya lembut buat mengasuh dan menjinakkan
Ya, kita memerlukan seorang kekasih untuk
menemani kita membaca kisah-kisah
menampung kecewa dan meredakan gelisah
membukakan pintu di malam larut
Bila angin berlari pepohonan melambaikan jari-jarinya
Siapakah yang melambai bila aku sedang berkelana
Akar pohon-pohon berpegang erat pada tanah dan batu
Tapi jiwaku yang gamang ke manakah hendak berpegang
Akan terkatungkah aku, mencari atau menunggu
Kamarku yang suram merindukan seorang tamu
Ya, kita memerlukan seorang kekasih
Lengan-lengan yang membelai, memagut jadi satu
Menyalakan lampu, mendoa dan menyulam impian
Malaikat-malaikat syorga pun melayang rendah
Ketika Tuhan merestui satu percintaan
Hingga bumi pun simpati, turut serta orang-orang lalu
Sebab demikianlah alam, Tuhan telah ciptakan
1967
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan aku jatuh cinta pada puisi lagi berkat puisi di atas. Puisi yang seharusnya sudah kubaca sebulan lalu ketika seorang teman (yg merupakan anak sang penulis) memberikan link blog tempat puisi itu disimpan. Tapi, namanya belum berjodoh, ya tak kubaca-baca ^^ Hingga akhirnya hari Minggu malam aku bertemu dengan sang penulis, dan beliau bertanya "Tata punya blog? Sudah baca blog Papa?". Aku cuma bisa meringis dan berjanji "Habis ini, Pa! Langsung Tata baca". Dan si papa "jangan lupa komentar yah..".
Itupun tak langsung kubaca, nunggu 24 jam berikutnya (tak sempat dan sempat lupa alamat blog nya). Dan langsung klepek-klepek... ^^
Puisi itu abadi yah? Ditulis jaman kapan tapi masiiiiihhh saja mempyaskan dada.. Dan aku segera menularkan klepek2 ke beberapa teman sesama pecinta puisi cinta bahan galau :)) Dan mereka semua juga klepek-klepek..
Penasaranku berikutnya: siapakah Leon Agusta (selain dia adalah papanya temenku)? Aku sama sekali tidak mengenal beliau *malu*. Untuk puisi cinta-cinta kan nama yang lazim beredar adalah Sapardi Djoko Damono (SDD). Itu pun aku tak punya bukunya ^o^ Dan untuk penyair indonesia lain, ummmhhh ternyata aku buta. Seorang teman berkata bahwa Papa Leon ini adalah penyair terkenal di era 70-80an (setelah sebelumnya dia ber-masyaaa allaaahh kamu ga tau siapa Leon Agusta??). Tapi kenapa bisa sama sekali tak terdengar (olehku)? Padahal puisi-puisinya baguuuusss... Dan kata seorang teman "Ya kalo Leon cukup dikenallah bagi yang benar-benar paham puisi Indonesia". Jleb!
Maka, sekarang aku sedang ingin mengkhatamkan puisi-puisi Papa Leon sekaligus ingin lebih mengenal beliau. (tapi bagaimana caranya...paman gugel kurang bisa membantu... huhuhu...)
Silakan ditengok puisi-puisi lainnya di www.leonagusta.wordpress.com
nggak suka puisi...
ReplyDeletejo gak suka klepek2 ya :D
ReplyDeletegak tau ya Nit.. aku gak bisa suka sama puisi.. buatku puisi itu aneh.. apalagi kalo bacanya teriak-teriak gitu...
ReplyDeletehmmmm....doesn't impressed me much. sorry.
ReplyDeletenah! baca puisi itu akan makin nikmat bila diucapkan perlahan-lahan seperti bicara dengan diri sendiri, dengan nada kerinduan dan pengharapan. Begitu... ^^
ReplyDeletekok sorry...? u dont't have to be, dear...
ReplyDeletekl aku, udahlah pas baca itu klepek-klepek... eh dibilang kl Papa bacain puisi itu di acara nikahannya Paul & Kyo. Makin-makin deh.. *cengeng*
mau pake penjiwaan kayak apa kek.. puisi itu aneh menurutku..
ReplyDelete*ardi mode on*
mungkin bukan selera aku kali yah? *menerawang*
ReplyDeletenyamnyamnyamnyam....not my kind of poetry :D
ReplyDeletedan aku bersyukur, sudah memiliki kekasih itu....
ReplyDeletebeliau tuh papanya paul agusta yang sutradara itu ya ta?
ReplyDelete