Wednesday, October 5, 2011

Cinta yang Ingin Kumiliki

 

Ada seorang teman yang tidak percaya pada kisah cinta dan memunculkan ketidakpercayaan pada pernikahan. Ya, dia berkata dia tidak akan menikah. "Memiliki pasangan hidup, iya.. Tapi tidak dengan menikah". Dia menyatakan bahwa "ga ada pasangan menikah yang membuat gue jd pengen nikah juga. Ga ada itu cinta sejati. Ya paling Habibie-ainun aja sih…udah itu aja..".

 

Yak.. Bisa dibilang aku juga merasakan itu: keminiman role model pernikahan bahagia sejahtera hingga bikin ngeces pengen juga (no offense yah.. ^^).  Aku pernah berkata ke ibuku "Tata ga mau menikah untuk asal menikah. Kalau terlalu banyak yang harus dikompromikan hanya untuk sekedar status menikah, Tata ga nikah juga gapapa kok". Itu kuucapkan sebagai respon kampanye ibuku bahwa cinta itu bisa dipelajari, bahwa bapak-ibu menikah tanpa cinta dengan perbedaan seluas samudra tapi akhirnya bisa jalan dan tak terbayang kalau dulu mereka tidak menikah. Bapak-ibu ku menjalankan pernikahan dengan pengorbanan di sana-sini, yang aku belum sanggup bayangkan bahwa aku akan bisa melakukan itu juga. Maka dari itulah muncul kalimatku di atas. Dan ibuku berespon dengan "apapun pilihan Tata, ibu mohon jangan memilih untuk hidup sendiri. Janganlah pernikahan bapak-ibu, seperti apapun itu, membuat Tata trauma". Begitulah, entah kenapa ibuku berpikir bahwa aku telah mencapai tahap enggan menikah karena trauma melihat pernikahan. Hingga saat lebaran kemarin pun ibuku minta maaf karena merasa sudah salah asuh.

 

Ya saat itu aku merasa memang pernikahan bapak-mak ku bukan jenis pernikahan yang aku ingin miliki juga. Terlalu banyak kompromi, terlalu banyak pengorbanan. Ibuku sering dan selalu membanggakan proses pernikahan kilatnya yang hanya membutuhkan waktu 2 minggu dari kenalan menuju lamaran. Dan aku slalu berpikir "aku ga bisa seperti itu.. Aku ga mau banyak perubahan atas nama penyesuaian".

 

Tapi semua itu sekarang berubah…

 

Bapak berpulang tanggal 25 September kemarin setelah sakit beberapa hari. Selama sakit itu Ibu selalu mendampingi. Menjelang saat terakhirnya, Bapak yang sebenarnya dalam keadaan tak sadar, minta duduk dipangku adekku dan kemudian memeluk Ibuku dengan sangat erat "Ayo, Bu',.. Kita berdoa". Dan ibuku mulai berdoa dan bapakku mengamininya.

 

Trus, dari saat Bapak pergi hingga dimakamkan, Ibuku cukup tegar. Dia selalu di samping Bapak dan ngobrol terus dengan Bapak. "Bapak.. Kepalanya diikat dulu ya, Pak.. Ni, pake kain kerudungnya Tata, Pak..". atau "Kita pulang ke rumah ya, Pak.. naik mobil, Pak..". Dia terus berkomunikasi dengan keyakinan Bapak pasti mendengarnya. Hingga ketika akhirnya Bapak baru selesai dimakamkan, Ibuku mengambil bunga dan menaburkannya sambil berkata "Tanda cinta ya, Pak..", dan kemudian ibuku pingsan.

 

Dan saat itulah aku berkata dalam hati "aku mau memiliki cinta yang seperti ini. Aku ingin cinta yang seperti ini.". Kompromi, pengorbanan atau apapun, itu bukan apa-apa ketika disandingkan dengan cinta yang seperti itu.  Dan aku mau. Tuhan…dengar kan? :)

 

 

 

 

 

Note:

Memang cinta itu butuh pengorbanan bukan? Entah kenapa aku sempat lupa..

 

 

 

 

 

20 comments:

  1. aaamin.. ^^

    iya ta.. pengorbanan itu selalu ada, tapi jadi tak terlihat/terasa ketika kau dibalut cinta...

    ReplyDelete
  2. iyah.. sepertinya selama ini aku kemakan kalimat "cintai apa adanya"..

    ReplyDelete
  3. Terharu bacanya... *serius*

    Semoga dirimu segera menemukan cinta yang dimaskud ya ta..... :)

    ReplyDelete
  4. aamiinn.. ga segera gapapa kok.. ga buru-buru.. ^^

    ReplyDelete
  5. Entah gak tau kenapa, feelingku mengatakan Tata nantinya akan mendapatkan cinta yang istimewa yang penuh cerita...

    hmmm...feelingku aja sih... :D
    *abaikan*

    ReplyDelete
  6. kok abaikaann.. amin-kan dunk.. ^^

    ReplyDelete
  7. habisnyaaa...kan baru feeling :D

    aku do'akan semoga Tata mendapatkan keistimewaan itu
    AMIN!!

    *hugs*

    ReplyDelete
  8. *hugs*

    ya gini aja.. aku kan bawel doyan crita.. cinta seperti apapun, pasti aku critain... ^o^

    ReplyDelete
  9. Tata... I'm so sorry...
    yang tabah ya Ta...
    Aku menyayangimu...

    ReplyDelete
  10. turut berduka cita ya Ta.. semoga beliau tenang di sisi-Nya, diampuni segala dosa dan diterima semua amal ibadah.. dan cita sejati selalu hadir pada keluarga yang ditinggalkan :)

    ReplyDelete
  11. ga bisa komen lebih ta, kematian dan cinta bukan hal yg bisa kukomeni :)

    ReplyDelete
  12. iya, Ardi... *pengen kiss tp dah jd suami orang gimana donk*

    ReplyDelete