Etika Menonton

 

 

Demi kenyamanan bersama

 

 

Kalau di bioskop, sebelum film diputar kan suka ada tanda-tanda peraturan selama menonton. Di antaranya: ga boleh nyalain henpon, ga boleh ngobrol, ga boleh selonjor kaki di bangku depan kita. Tujuannya apakah? Biar tetangga-tetangga kita tidak terganggu bukan? Walau begitu, kadang gangguan itu tetep aja muncul. Tetep aja ada yang tiba-tiba aja ada dering telpon dengan segala variasi ringtonenya diikuti dengan obrolan orang yang bersangkutan menjawab telfon itu. Tetep aja ada yang ngobrol entah apa dengan partnernya. Kubilang entah apa karna pake bahasa Mandarin ^o^ Dan, kadang ada kaki yang menendang-nendang bangku kita, entah gemes entah kenapa.

 

 

Tapi, walaupun gangguan-gangguan tersebut muncul, suara di bioskop itu kan volumenya guedhe buanget. Jadi, gangguan-gangguan itu kadang terasa minor. Ga sampe sebioskop terganggu. Paling tetangga terdekat yang bilang ‘shut up!’ berulang kali pada pasangan Mandarin atau pelototan mata pada oknum penendang-nendang bangku. Namun begitu, kadang kalo pas suasana lengang, trus ada yang ngangkat telfon suka ada yang ber-ssshhhh dari beberapa penjuru. Tapi seringnya orang-orang mengabaikannya. Karena faktor gelegarnya suara di bioskop.

 

 

Dan lagi yah, tu peraturan muncul dalam bentuk gambar sangat sederhana, tanpa suara. Yakin deh hanya sedikit penonton yang memperhatikan. Yang pasti memperhatikan adalah anak-anak yang antusias menonton dan setelah lihat langsung ngingetin orang dewasa pendampingnya, “Tata sudah matikan henpon?”. Jadi yaaa..kalau muncul gangguan, maklum saja..

 

 

Nah, bagaimana dengan pertunjukan yang suaranya tidak semenggelegar film di bioskop? Misalnya resital piano, teater, pembacaan puisi atau monolog drama. Biasanya sebelum pertunjukan dimulai akan ada mas-mas atau mbak-mbak pembawa acara yang akan membacakan peraturan-peraturan menonton.

-          Mohon matikan handphone dan alat komunikasi lainnya atau atur menjadi nada getar

-          Dilarang makan dan minum

-          Dilarang berbicara  

-          Dilarang mengambil gambar dengan menggunakan blitz atau lampu kilat

 

Dan biasanya itu dibacakan ketika semua penonton sudah duduk, sudah siap menonton. Jadi hampir pasti semua mendengarkan dan hampir semua mematuhi. Kontrol sosial di acara-acara seperti itu sangatlah ketat. Ada suara agak menonjol dikiiit ajah, maka akan ada banyak kepala menoleh. Ada dering telfon walau cuma sedetik langsung akan ada ‘ssshhh’. Dan biasanya orang-orang yang datang ke acara ini adalah orang-orang yang sudah paham etika menonton, jadi kalau ada gangguan muncul itu pasti karena kecelakaan. Si oknum khilaf.

 

 

Pokoknya kalau nonton semacam resital piano atau gitar atau bahkan jazz-nya Tohpati pun, suasananya tuh khidmaaaaatt banget. Syahdu menentramkan gitu deh..

 

 

Cuma...akhir-akhir ini kekhidmad-an dan kesyahduan itu agak terganggu oleh ulah para tukang foto (no offense buat yang suka moto). Emang si, mereka ga pake blitz. Tapiii... suara nya itu lho.. cekrek..cekrek..cekrek..cekrek.. Cukup mengganggu. Trus kalo yang pake kamera saku, layarnya kan kliatan yah, putih-putih gitu.. Ujung mataku kan otomatis menangkap gerakan mereka. Konsentrasi terganggu.

 

 

Selain fotografer, gangguan lain muncul dari anak-anak. Dan ini berlaku baik di pertunjukan kesenian ataupun bioskop. Bayangkan, ku sedang khidmat nonton Up In The Air dan di sisi lain bioskop ada rengekan anak kecil minta pipis ke mamanya. Dan mamanya keukeuh nglanjutin nonton meski sudah banyak ssshhh terdengar atas rengekan anaknya.

 

 

Trus semalam, aku nonton konser solo harpa plus kuartet saxophone. Lengkap deh gangguan yang muncul. Mulai dari blitz dari beberapa arah hingga obrolan anak-anak di belakangku. Bisik-bisik si, tapi yang kita nikmati kan harpa, kalah lah tuh dentingan harpa sama bisikan anak-anak itu. Suasananya tuh bener2 ga nyaman. Apalagi bapak-bapak bule di depanku nampak sangat amat terganggu. Tiap ada blitz dari arah kanan, dia liatin orangnya. Pas mbak-mbak beda 1 bangku dari kiri dia angkat kamera mau ambil foto, langsung dia hentikan. Dan pas jeda lagu, dia langsung datengin mas-mas yang mengambil foto dengan blitz dan yang tanpa blitz tapi berisik cekrek cekrek. Rasakan! Hohoho..

 

 

 

Ku pengen kesel juga, tapi mau gimana. Pas awal ga ada pembawa acara woro-woro aturan. Yang ada si Bapak Erasmus yang nyelipin aturan ga boleh berkamera pas di sambutannya. Lha? Apa yang diharapkan? Lha wong bangku yang jelas-jelas ada tulisan reserved aja kadang masih tetep diserobot! Apalagi announcement dalam bahasa inggris to? ^^

 

 

Jadi, menurut aku untuk pengelola bioskop sebaiknya membuat pengumuman aturan menontonya lebih atraktif sehingga para penontonnya melihat dan memahami. Trus untuk pengelola pertunjukan kesenian semacam resital dkk, bacakan peraturan dengan jelas di tiap pertunjukan. Jangan main anggap penonton sudah pada tau. Untuk urusan ini ku suka sama Salihara. Di sana itu yah, apapun pertunjukannya, sebelum mulai pasti ada mbak-mbak yang menyampaikan aturan mainnya.

“Dimohon untuk menonaktifkan telefon seluler dan alat komunikasi lainnya atau men-setnya ke nada getar, Buat yang belum, silakan dimatikan sekarang”. Trus dia ngasi jeda sambil ngliatin penonton-penonton untuk memastikan semuanya sudah melakukan apa yang dia minta.

“Dimohon untuk tidak berbicara atau berbisik-bisik”.

Kalau makan dan minum ga dibilang, karena masuk bawa makanan dan minuman aja ga boleh.

Dan yang paliiiing kusuka “Dimohon untuk tidak menganbil gambar dengan apapun, baik kamera saku, kamera profesional ataupun kamera dari henfon Anda. Karena satu gambar yang Anda ambil dapat mengganggu penampil di depan, mengganggu pengambilan audio visual yang kami lakukan, dan terlebih mengganggu orang di sebelah Anda. Bagi yang membutuhkan gambar, dapat menghubungi meja kami di depan”. Sumpah kusuka! Suka juga ngliatin tampang mas-mas yang udah pada bawa kamera guedhe-guedhe, trus pake kaos di punggungnya bertuliskan fotografer.net, mencelos gitu... Hohoho...

 

 

Dan ku pengen usul baik ke bioskop atau pusat kesenian, aturan buat bawa anak-anak diperjelas dunk. Bukannya ku ga suka anak-anak, ku cinta banget ko. Tapiii.. keberadaan anak-anak di tempat yang bukan minat mereka itu sangatlah berpotensi menimbulkan gangguan buat penonton lainnya. Serius! Jadi, mohon dipertimbangkan...