Jangan Sampai si Canggih jadi Mubadzir..

 

Ketika kita mau masuk ke gedung atau mall, pasti ada bapak-bapak pemeriksa yang mengecek isi tas kita. Tujuannya adalah untuk mencegah masuknya barang-barang berbahaya ke dalam gedung ata mall. Menurutku si gitu..

 

 

Biasanya flow-nya adalah:

-          Masuk area gedung, ada bapak-bapak bawa kayak raket tenis meja tapi panjang trus di dekatkan  ke tas kita

-          Mau masuk gedung atau mall, akan ada meja dan kerangka pintu. Tas dan barang bawaan ditaro di meja untuk diperiksa mata sama petugas, kita melewati kerangka pintu.

 

 

 

Nah, konon dari yang kudengar, alat-alat itu adalah detektor logam. Jadi kalau ada logam, dia akan mendeteksi dan berbunyi ‘tet’. Kenapa logam yang dideteksi? Karena sepertinya hampir semua benda berbahaya terbuat dari logam, contohnya pisau, pedang, clurit, dan bom pun sebagian komponennya adalah logam. Jadi, pemeriksaan mata dan kerangka pintu bisa dianggap sebagai dua lapis pemeriksaan. Barang-barang di tas, diperiksa manual dengan mata, sedangkan kerangka pintu untuk memeriksa barang yang sekiranya bisa disembunyikan di badan. Intinya ga akan lolos deh kita bawa senjata.

 

 

 

Tapiii.. Apa yang terjadi sehari-hari padaku tidaklah begitu. Ketika masuk area, si bapak hanya sekedar mendekatkan alat ke tas dan berterimakasih. Trus pas lewat kerangka pintu, lewat-lewat aja, padahal tuh pintu berbunyi karena mungkin handphone atau benda lain yang kita pegang. Trus tas yang ditaro meja, juga cuma digeser doank sama bapaknya. Misalkanpun kadang dibuka, ya dia hanya menggeser resletingnya dan kemudian geser balik. Apalagi kalo peak hour, beneran hanya formalitas deh itu pemeriksaan. Si bapak-bapaknya juga sambil ngobrol sama temennya. Trus polisi bersenjata di sampingnya juga diem ajah liat pemeriksaan yang asal-asalan dan pintu udah jejeritan.

 

 

 

Nah, ni sekalian mengenalkan kerjaanku. Jadi, salah satu bagian dari kerjaanku adalah berkunjung ke Kementrian Kesehatan. Kalau dulu, satpam yang ada di pintu masuk hanya bertugas untuk menyapa saja. Nah, sudah sebulan ini, ada gedung baru dengan fasilitas baru, yaitu mesin pemindai. Jadi, ketika kita masuk gedung, satpam menyapa, kemudian meminta kita meletakkan semua bawaan ke sabuk berjalan. Barang bawaan masuk lorong, keluar di sisi lain. Canggih! ^^ dan yang terpenting adalah: tertib dan disiplin. Semua orang yang datang harus melewati prosedur itu.

 

 

 

Beberapa hari ini aku sedang dikejar target menyelesaikan kerajinan tangan yang melibatkan kain, benang dan jarum. Jadi, kubawa kemana-mana lah kotak peralatanku. Kan lumayan sambil nunggu kereta, sambil nunggu antrian, ku berkegiatan yang menghasilkan. Termasuk ketika ke Kementrian Kesehatan ini.

 

 

 

Hari Selasa, aku ke sana lengkap dengan kotak peralatanku. Habis naro tas-tas ke sabuk berjalan, ku geser ke sisi lain untuk menangkap tasku. Dan pas kupegang, si bapak petugas berkata, “Ada gunting? Ibu perlu gunting?”. Hwuaaa... Aku kagum! “Ko tau saya bawa gunting?”. Kata temenku, “Ya keliatan Tata di layarnya..”. Hwuaaa...kerrreenn... Aku bukan orang ya bisa motong benang pake gigi, jadi karena kerajinan tanganku melibatkan benang, maka ku bawalah juga gunting.

 

 

Tata: Oiyah..gunting kan beda tajam.. Ga boleh bawa masuk ya, Pak?

Bapak petugas: Ibu perlu gunting di dalem?

Tata: Saya musti tinggalin di sini ya, Pak?

Bapak petugas: Kalau ibu membutuhkan gunting di dalem sana, boleh aja si dibawa..

 

 

Lha? Ko gituuuuu...? Alatnya canggih, bisa deteksi benda tajam, ada temuan, si pelaku udah mau menyerahkan, lah kok malah dibiarkaaaann..?! Kalau ternyata aku mau bunuh orang pake itu gunting gimana? Kalau aku mau melukai diriku sendiri gimana? Hadooohhh... Aku kecewa.. Sayang-sayang alatnya canggih tapi operatornya begitu.. =(

 

 

Hari Rabu, aku datang kesana lagi dengan bawaan yang sama. Pas naro tas ke sabuk berjalan, ku bilang ke bapaknya “Saya bawa gunting..”. Si bapak liat layar, trus, “Wah..si mbak jujur..". Petugasnya ini berbeda (kayaknya) dengan yang kemarennya, "Saya tinggal di sini ya, Pak guntingnya..". Bapaknya tersenyum dan berkata, "Iya..sebaiknya begitu..". Trus ku kasihlah guntingku ke si Bapak, dan si bapak dengan ramah agak centil bilang, "terimakasih mbak Tata... namanya Tata?". Hiyaaa.. dia baca namaku di guntingku! ^o^