Wednesday, September 30, 2009

Si Pahala Oriented vs Si Dudul

 

 

Ku pernah crita kan yah kalo aku bukan orang yang suka itung2an pahala. Nah, aku punya teman yang sangaaaaaaatttt ngitungin pahala. Dia udah umrah 2 atau 3 kali. Trus tiap pulang umrah dia sakit, “Di sana saya ga tidur sama sekali. Ke hotel saja jarang. Saya di masjid teruuuusss... Doa, sholat, pokoknya semua. Bahkan ada yang sedang shalat jenazah pun saya ikut. Karena pahalanya besar sekali”. Trus kutimpalin, ”Tapi kalau terlalu diforsir gitu kan jadi sakit..”. Dan dia menjawab, ”Tapi kan sayang2 kalo ke sana tidak untuk meraup sebanyak mungkin pahala”.

 

 

Iya dah.. Tapi habis itu sakit luama, kerja sering ga masuk. Misal masuk pun, batuk2 terus.. Gimana tuch?

 

 

Dan masih banyak hal2 lain yang dia lakukan karena pahalanya besar.

 

 

Pas Ramadhan kemaren kan aku jadi koordinator acara santunan buat anak yatim. Salah satu kerjaanku adalah bungkus2 bingkisannya. Pas aku lagi bungkus dia berhenti dan bertanya

 

Dia: Ini buat apa?

Tata: Oh buat anak yatim besok...

Dia: Mau santunan yah? Yaa... Mungkin ga bisa ikut..

Tata: Oh..gapapa... Nanti amanahnya kami sampaikan ko..

Dia: Tar kalau ketemu anak yatim kamu usap kepalanya..

Tata: .... (berpikir, oh mungkin untuk menunjukkan cinta kasih dan perhatian)

Dia: Itu pahalanya besar sekali..

Tata: Hahh? (sumpah ku spontan kaget dan temen di sampingku langsung menghindari pandang mataku biar ga ketawa berdua)

Dia: Betul ituuu.. Mengelus kepala anak yatim itu pahalanya besar...

 

 

Setelah si Pahala Oriented berlalu, temenku langsung ngomong, ”Tuh.. Besok lo elus banyak kepala....”

 

 

Selain temen yang Pahala Oriented, ku juga punya teman yang agak2 dudul. Aku cocok dah ma dia, suka becandain hal2 religi gitu.. ^o^ Dia 4 tahun lebih tua dari aku, tapi sudah punya 2 anak dengan 2 ayah yang berbeda. Dua anak2nya itu dari lahir belum pernah ketemu dengan bapak mereka, karena lelaki2 (brengsek) itu pergi sejak temenku itu hamil. Jadi sekarang dia single parent dengan 2 anak balita.

 

 

Nah, trus ku critain ke dia tentang elus kepala dapat pahala.

Dia: Definisi anak yatim itu sebenernya gimana si? Yang bener2 bapaknya udah mati?

 

Ku mulai feeling arah omongan dia ke dia kan? Maka dengan sok bijaksana kujawab:

Tata: Yaaa... Kan prinsipnya adalah ketika seorang anak ditinggal mati bapaknya, maka asumsinya yang menafkahi hidup dia ga ada lagi, mungkin tinggal ibunya. Jadi, hidup dia ga berjalan seperti seharusnya. Penekanannya lebih ke kelangsungan hidup, ke materi untuk hidup,

Dia: Jadi, kalo bapaknya masih hidup. Tapi ga pernah nafkahin anaknya memenuhi syarat itu dunk?

Tata: Yaaa...secara prinsip bisa si... Kan si anak being abandoned ama bapaknya, nafkah lahir batin ga ada..

Dia: Brarti anak gue yatim dunk?

Tata: Jiaaahhh... Meyatimkan anak sendiri.. Ngaco!

Dia: Lha? Emang bapaknya ke laut semua!

Tata: iya deh...

Dia: Brarti pahala gue banyak dunk.. Tiap hari kan gue ngelus2 kepala anak gue. Kalo lo mau, lo elus juga aja Ta’...Biar pahala lo segudang...

Tata: Odonk kamu! Tar ku mau elus anaknya Sheilla Marcia ajah!  

 

 

 

 

 

 

Farewell-ku untuk Marahku yang Menyakitiku

Unsent, Unread, Uncalled for

 

Why can’t I be longed for?

Why can’t they accept?

Too long have I endured this tasteless scar

That’s been torn open from my broken heart

My head opens only to let out screams

I can’t take it anymore

Yet I’m afraid to end

 

Moving pictures are what I make of them

Lifeless creatures whom which I share one rooftop

But I know I can’t make it alone

As much as I despise it, I’m incapable on my own

No honor have I given to their name

To my own, I’ve done plenty

 

Three years of glamorous stars fallen on salted waters

One eye of theirs watches my every move

Each step, word, each scratching moment

I’ve tried to wither away

No use

They always find a better way

And even better display

 

 

Then why am I afraid to end myself?

I’m no good to them, neither them to me

I was a mistake from all their happenings

 

 

Forget everyone, forget it all

Because I can’t dream myself to death

It takes a pill, a dagger, a broken heart

I only have one

One million

Too bad I can’t choose

For all those times

My own flesh and blood disapprove of me

Always have and will

So tonight I say good riddance

To hell

On earth

 

 ---------------------o------------------------------------

Kalau aku sedang berada di titik ekstrem, maka biasanya aku lari ke tulisan, seringnya puisi. Titik ekstrem itu bisa seneng banget, sedih banget, sakit banget atau kangen banget. Kalau aku lagi dilanda bahagia, maka biasanya ku bisa langsung menuliskannya. Kalau lagi sedih atau sakit, ku butuh waktu untuk mencerna semua, trus kalau udah agak mendingan ku baru bisa nulis. Jadi sebenernya ketika satu tulisan miris jadi, itu aku udah 80% pulih.

 

 

Tapi kadang untuk menulis itu tidak mudah. Pikiran harus benar2 tenang. Jadi, sebelum aku sampai 80% pulih itu, yang kulakukan adalah menenggelamkan diri dalam puisi2. Serius. Aku baca buku2 kumpulan puisi, cari2 yang cocok dengan keadaanku. Entah gimana, itu lumayan menyembuhkan. Ketika kita membaca sesuatu yang pas dengan yang kita alami, hati dan nafas jadi lumayan ringan. Seolah2 ada yang mengerti kita dan mungkin senasib dengan kita. Dan entah gimana itu melegakan. Jadi, kalau kamu masuk kamarku dan di lantai bertebaran buku2 puisi, ga perlu tanya pasti aku sedang dalam badai.

 

 

Nah, yang belum pernah kutulis adalah ketika aku kesel dan marah. Karena kalau aku marah, aku bawaannya mecahin barang...hehehe... ga dink..paling aku lempar2 dart, habis itu tiduuuurrr….. Kalau udah agak mendingan, aku monolog (sebenernya dialog si) ama Tuhan. Habis itu ku jembreng semuanya. Lega… Pas mau mulai nulis, feel dan mood-nya dah ga ada lagi. Jadi aku belum pernah bisa nulis sesuatu yang berisi kemarahan yang menggebu2.  Mentok adalah sinis. Itu pun kata seorang teman yang tiba2 SMS, ”Ta, kok tulisan kamu sinis yah?”. Padahal maksudku ngamuk... =(

 

 

Menemukan puisi tentang kemarahan juga susah. Kebanyakan puisi adalah tentang jatuh cinta, kasmaran, cinta bertepuk sebelah tangan dan patah hati. Padahal nih ya..kalau hati lagi kesel baca puisi tentang kasmaran yang ada adalah mencibir dan berkata “Cuih..”.. Oopss...Aku berkata kasar! ^o^

 

 

Dan biasanya kemarahanku tidak tahan lama. Karena aku adalah orang gampangan, gampang marah, gampang seneng, gampang nangis, gampang teriak.. Pokoknya gampangan dah... Jadi, untuk bener2 dapet feel nulis amarah tuh susaaaaahhh...

 

 

Tapi kali ini aku sedang memiliki satu kemarahan kronis. Kasusnya dah lumayan lama, tapi ku marahnya belum tuntas dan ga ilang2. Biasanya kan kalau aku marah, lama2 aku lupa sendiri. Nah ini enggak... Kayak kemarahan satu temenku pas SMP dulu. Dia dikeluarin dari sekolah. Dia kesel. Nah, tiap dia liat anak pake seragam SMP trus di lengan kanan atasnya ada tulisan SMP dia, dia jadi kesel dan pengen marah2. Tiap dia liat gedung sekolah SMP-nya, dia jadi pengen nglemparin bom molotov. Paling parah kalo liat Kepala Sekolahnya (walau hanya mobilnya), pengennya nabrak trus nglindes2. Nah, marahku yang sekarang mirip2 kayak gitu lah... Pokoknya kalau liat mereka, ku jadi panas dan pengen bakar2. Hohoho...

 

 

Seandainya ku bisa mencurhatkannya, mungkin akan mendingan. Misal aku paling nggak bisa menuangkannya dalam tulisan mungkin ku ga akan sedendam ini. Tapi ya ituuu: susaaahhh...

 

 

Dan kemaren, pas aku kepanasan karena emosi jiwa, ku tiba2 inget ku pernah kenal dan berinteraksi dengan seorang anak yang waktu itu sedang dalam masa pemberontakan. Cewek, SMA, keluarganya sangat perhatian, tapi dia malah merasa sangat dikekang. Dia luapkan semua kemarahan dia dalam tulisan, dia tunjukkan ke keluarganya dan dengan besar hati mereka menerbitkannya (jadi aku bisa menconteknya...hehehe...)

 

 

Kemarahan anak itu menurutku adalah murni. Marah dan kesal yang udah sampai ubun2 dan dia ledakkan dalam tulisan. Marah yang ga perlu diragukan lagi. Marah yang jujur. Marahnya sang pemberontak. Bayangkan yah.. Dia anak dari seorang wakil dekan di sebuah fakultas di universitas negeri di Depok (jaelah sok dimisteriuskan gini..hehehe...), mamanya kurator. Mereka tinggal bersama kakek nenek yang mantan menteri. Yaa... Aturan mungkin ada, beban untuk menjaga nama baik keluarga juga ada, dan mungkin dia keberatan. Dan dalam puisi andalannya dia menuliskan

 

I’m a girl with a story to tell

Born in heaven, raised in hell

 

Trus ada lagi satu kemarahan dan kebencian yang sangat dia ungkapkan dengan

 

House is not a home with you in it

 

Dan ketika launch buku puisinya, dan ditanya sumber inspirasinya dengan wajah biasa saja dia menjawab, “My mom”. Auch..!

 

 

Jadi, kupikir puisi2 anak ini sangat layak dijadikan referensi di saat kita marah dan kesal dan dihampiri kebencian. Maka kemarin ku ambil buku itu dari rak dan kubaca satu-satu dan kutemukanlah puisi di atas yang merepresentasikan kemarahanku. Waktu itu (3 tahun lalu), pas aku baca puisi itu untuk pertama kali aku berkomentar, “Oh my.. Ni anak kasihan banget... Merasa tidak diterima, diabaikan dan selalu disakiti. Padahal mungkin ga gitu..”. Dan sekarang komentar itu kuberikan untuk diriku sendiri. Ya. Aku merasa aku menyedihkan.

 

 

Tapi seperti yang dikatakan anak itu di akhir puisinya, I say good riddance to hell on earth. Aku tidak akan membiarkan diriku larut dalam marah dan dendam yang menyakitiku. Aku akan seperti temen SMPku yang akhirnya dengan pintar menghindari hal2 yang sekiranya menimbulkan amarahnya. Dia memilih untuk tidak mendekati gedung sekolah SMPnya, dia ga mau lagi longok2 baca lengan kanan atas anak SMP untuk tau dia sekolah dimana, dan jika di jalan dia melihat ada mobil kepala sekolahnya dia akan berkata, ”Oh itu hanya mobilnya yang mirip”.

 

 

Aku akan berusaha!

 

Wednesday, September 16, 2009

Guru Ngaji Itu (emang Harusnya) Ganteng!

 

 

Pas aku SMA ada perkumpulan yang namanya SKI (Sie Kerohanian Islam). Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah pengajian rutin sebulan sekali. Diharapkan semua anak yang agamanya Islam untuk hadir. Tapi, karena pengajian itu dilaksanakan di hari minggu, jadi yang datang ga semuanya.

 

 

Tapi..aku mengamati satu hal yang menarik.

 

 

Pas aku klas 1, ketua SKI nya adalah anak klas 3, sebut saja namanya Yudhi. Nah, si Yudhi ini adalah atlet voli yang ganteng. Kulitnya putih, santun, senyumnya merekah. Di masa kepemimpinan dia, bisa dipastikan anak perempuan yang datang di pengajian membludak. Sebelum pengajian dimulai oleh ustadz, kan pasti ada sambutan dari ketua tuh... Naaahhh...itulah saat yang ditunggu2... Hohoho...

 

 

Tahun2 berikutnya, yang datang biasa ajah.. Habisnya ketua SKI-nya bukan tidak ganteng siii..., tapi ga asik ....  Seriuuuuusss....bangeeeettt... Jadi pengajian SKI kehilangan lumayan banyak penggemarnya deh...

 

 

Hipotesa: kegantengan ketua SKI berbanding lurus dengan jumlah hadirin.

 

 

Nah... hari minggu kemaren aku dan teman2 ada acara buka bersama di Panti Asuhan. Sehari sebelumnya aku datang ke sana untuk menyampaikan acara yang kususun, termasuk salah satunya aku mau sebelum buka ada kultum.

 

Tata: Naaah... Tapi kan di antara kami ga ada yang bisa kultum... Dari sini ada kan ya, Pak?

Pengurus: Oohh.. Nanti bisa kita datangkan guru ngajinya..

Tata: Baik... Makasih ya Pak...

 

 

Pas hari H, di saat anak2 yatim berlomba ngaji dan adzan, teman2ku jadi juri, aku sibuk ngurusin makanan, sembako dan bingkisan2. Jadi aku naik turun tangga gitu deh... Naaah... Pas aku bungkus hadiah di lantai, tiba2 dari arah pintu masuk seorang laki2 yang bright. Umur sekitar awal 30, raut muka ramah. Tapi aku sok cool ajah, sambil minggir dikit untuk kasih jalan.

 

Habis itu kuliat dia menuju tempat lomba ngaji. Pas aku ke sana, dia ga ada. Jadi rupa2nya aku bolak-balik, dia juga. Tapi dia cuma ngintip ajah. Aku tidak berusaha cari tau siapa dia, ga nanya ke dia juga. Hingga akhirnya pas papasan di tangga aku baru kepikiran bahwa bisa saja dia adalah guru ngajinya!

 

Tata: Bapak guru ngajinya yah?

Dia: Iya..betul... (dengan senyumnya yang langsung memberi efek pyas di dada)

Tata: Oh... *terpana dan paused, oh my...guru ngaji kok ganteng gini, muda pula! Kupikir bakal ketemu kakek2...*

 

Setelah sempat bengong 3-4 detik aku hanya bisa berkata, ”Tar ya Pak..”. Dan aku buru2 menuju tempat lomba untuk mengabarkan hal penting ini.

 

 

Ternyata teman2ku sedang serius menyimak anak2 membaca AlQur’an. Aku tidak sabar untuk kabar2, akhirnya kutulis di kertas : Guru ngajinya ganteng! Dan kutunjukkan ke teman di sebelahku. Pandangan orang pertama, ”Ya ampun..”, orang kedua senyum2 sambil geleng2 kepala, dan begitu terus kertasnya berestafet.

 

Dan ketika akhirnya si guru ngaji datang dan duduk, barulah anak2 mengakui bahwa dia ganteeeeeenggg....!! Gadis2 mencari tahu nama, alamat, jadwal ngajinya kapan ajah. Kami juga berkhayal untuk i’tikaf  bareng beliau. Bahkan kami berencana untuk ikut ngaji bareng anak2 yatim itu tiap senin-jumat, ba'da maghrib sampai isya. Hohoho...

 

 

 Dan aku mupeng.. Hmmm...sluuurrrpp...

 

 

 

Kupikir emang seharusnya guru ngaji itu ganteng, biar kami para gadis tergerak untuk menimba ilmu. Hohoho....

 

Owya, hipotesaku hampir bisa dinyatakan terbukti kaann? ^o^

 

 

 

Thanks to Nurul yang sudah mau menuruti pose fotoku. Kamu emang bisa diandalkan, Rul.. Mwah!

 

 

Monday, September 7, 2009

Pilih Kerudung atau Cadar?

 

 

Aku kan pengguna transportasi massal. Ketika peak hour, tidak jarang harus agak berdesakan. Artinya keberadaan antar manusia saling dekat. Kita gerak dikit aja, sebelah terkena dampak.

 

Nah, aku sering merasa terganggu ketika aku berada di belakang mbak-mbak berambut. Tiap dia noleh kanan atau kiri, rambutnya ikut bergerak, kena mukakuuuuu... Trus beberapa helai nempel di bibirkuuuuu.... Ga enaaaaakkkk.... Mana kadang mereka suka mengibas2kan tanpa alasan pula... Huhuh! Tapi apa yang bisa kulakukan atau kukatakan.. Ku cuma bisa berpikir dan berandai, "Kalau dia pake kerudung, aku aman deh..."

 

 

Sekali waktu aku dengan temanku. Dia depanku dan aku di punggungnya, dan tentu saja rambutnya masuk2 mulutku.

Tata: Kamu pake kerudung dunk... Blah.. *nglepehin rambut*

Dia: Emang kenapa?

Tata: Rambut kamu ngenain muka aku tauuuu... Ganggu tauuuu... Kerudungin dunk biar ga ganggu orang!

Dia: Gimana kalo lo yang pake cadar aja?

 

 

Hwuaaaa.... Aku kalaaaaahhhh....

Kenapa Aku Puasa_Hasil Aku Mikir Setelah Baca Punya Mbak Onit

 

 

Aku selalu puasa di bulan Ramadhan. Belum pernah sekalipun terbersit pikiran untuk tidak berpuasa. (Walaupun tiap puasa selalu menanti2kan saatnya 'keguguran'... Hohoho...) Alhamdulillah ku ga pernah sakit pas Ramadhan,. Perjalanan jauh mudik pun, ku tetap puasa. Karena kupikir di jalan kan ku tinggal duduk dan tidur. Dan aku juga belum jompo. Jadi ga punya alas an kuat untuk ga puasa ^o^

 

 

Aku mulai puasa di usia sangat dini, yaitu 4 tahun. Dan itu penuh lho. Ku ga pernah melewati tahap belajar puasa setengah hari. Sekali puasa langsung kaffah! Hohoho...

 

 

Alasannya apakah? Begini...

Sekilas aku pernah crita kan kalau ibuku punya mantan agama? Nah, itu menjadi salah satu penyebab aku mengalami puasa dini. Memiliki orang tua yang berbeda agama dan tinggal di lingkungan yang sok merhatiin agama, adalah berat. [Ku bilang ’sok merhatiin agama’, karena sorry to say yah..mereka itu agamanya abangan tapi kalo liat tetangga beragama beda, trus bergunjing..”ih..si itu kan Konghucu.. si ini Shinto...”].

 

 

Kehidupan beragamaku dimulai oleh nenekku dari pihak Bapak. Dia selalu mengajak aku ke musholla. Sebagai nenek2 maka beliau posisinya adalah paling depan, sedangkan aku yang bocah ada di belakang. *sigh* Sebenernya agak berat nulis ini. Ketika sholat sudah dimulai, aku suka diintimidasi oleh anak-anak kecil lainnya. Aku ditarik dari barisan dan dibawa ke pojok musholla. 5-6 anak mengelilingiku, dan bertanya, ”Ibu kamu agamanya Islam atau Kristen?”. Seolah-olah kalau tidak beragama Islam adalah kriminal. Aku yang tentu saja ketakutan menjawab, ”Islam ko...”. Dan tentu saja mereka tidak puas, ”Aslinya apa? Islam atau Kristen?”. Dan aku hanya bisa diam, menahan tangis.

 

 

Aku masih pengen marah kalau inget saat2 itu. Bagaimana bisa coba anak2 kecil punya pikiran ngurusin agama orang? Siapa yang meracuni pikiran mereka hingga mereka mengintimidasi anak kecil lainnya?!

 

 

Aku tidak mungkin mengadu ke ibuku atau bapakku kan? Dan dari dalam diriku mulai muncul rasa rendah diri karena ibuku ’beda’, kadang malu juga. Seolah-olah agama ibuku adalah aib.

 

 

Pernah waktu itu aku dan nenekku terjebak hujan di masjid. Ada nenek2 lain yang bergabung dan mengajak mengobrol. Aku masih ingat betul pertanyaannya ke nenekku, ”Jadi sebenarnya mantu njenengan agamane opo?”. Aku langsung mbleret..berusaha mengecilkan diri, menyusut dan menghilang. Dan nenekku menjawab, ”Udah jadi Islam ko..”. Masih ga puas, ”Nikahnya juga udah Islam?”. Nenekku dengan sabar menjawab, ”Udah..”.

 

 

Mungkin karena terlecut oleh pertanyaan2 sinis, pandangan2 dan bisikan2 menyakitkan, maka tumbuh tekad dalam diriku untuk menjadi seorang Islam yang baik. Kukatakan 'mungkin' karena aku tidak ingat apa yang kupikirkan saat itu, yang masih tersimpan dengan baik adalah omongan2 orang saja. Aku jadi anak yang ingin menunjukkan bahwa ’ibuku boleh begitu, tapi lihatlah aku sebagai aku’. Dan mungkin ada pemikiran untuk menghapus stigma anak pasangan beda agama pasti kacau jadinya.

 

Aku ga yakin juga si... Aku kan waktu itu masih keciiiiiillll... Yang pasti mulai TK aku sudah puasa penuh. *bangga* 

 

 

Jadi alasan pertamaku untuk puasa adalah untuk melindungi diriku dan ibuku dari kesinisan orang2. Walaupun tetep aja komentar orang2 ga enak didenger, ”Ih...Mbak Tata pinter puasa ya...padahal ibunya enggak..”. Mari ketik C spasi D.. cape deh...

 

 

Memasuki masa SD, alasan puasaku masih sama karena SD ku deket rumahku. Dan mungkin ditambah pengetahuan bahwa puasa itu wajib hukumnya buat Islam. Kalau dikatakan wajib artinya kalau tidak dilakukan berdosa, kalau dosa maka masuk neraka.

 

 

Selanjutnya, aku juga berpuasa untuk hal klenik. Begini... Ibuku setelah meninggalkan agama lamanya entah gimana menjadi sangat Jawa dan klenik banget. Misalkan kita mau beli mobil, maka dia itung2 dulu hari yang baik. Trus selama seminggu sebelum hari H maka 2 orang di keluarga harus puasa putih. Ibuku kan sakit maag parah, maka kemampuanku puasa sedari dini ’dimanfaatkan’ untuk substitusi ibuku. Jadilah aku di kelas 1 SD sudah mengenal puasa putih. Artinya ku cuma bisa minum air putih, makan nasi putih dan tahu atau tempe dibakar, tanpa bumbu apapun. Filosofinya adalah tirakat, berkorban untuk mendapatkan sesuatu.

 

 

Selain puasa klenik, aku juga dikenalkan dengan puasa weton atau hari lahir. Aku kan lahirnya Selasa Kliwon, nah tiap bulan aku harus puasa 3 hari: Senen Wage, Selasa Kliwon dan Rebo Legi, yaitu sehari sebelum aku lahir, pas aku lahir dan sesudah aku lahir. Filosofinya untuk mengenang kelahiranku, untuk menghormati batirku. Batir adalah ’kembaran’ku di alam yang lain. jadi selama 3 hari itu aku puasa, sedangkan batirku dikasih makan: bubur merah-putih diletakkan di atas tempat mengubur ari-ari-ku.

 

 

Aku disiplin puasa weton sampai aku awal2 kuliah. Ibuku rajin ngingetin, ”Minggu depan slasa kliwon lho Mbak...”. Nah, lama2 aku suka lupa... Trus pernah aku kehilangan dompet di bulan ini, bulan berikutnya ilang lagi. Pas aku crita ke ibuku dia bertanya, ”Slasa kliwon kemaren puasa nggak?”. Hiyaaaahhhh... Disambungin ke situuuu... Akhirnya aku punya pola pikir bahwa puasa itu untuk ’nyogok’ alam agar melindungiku. Trus daripada aku puasa 3 hari tiap bulan, ku buat kompromi jadi puasa senin kamis rutin. Begitulah...sampai sekarang aku rutin puasa senin kamis... ^o^

 

 

Bagaimana dengan puasa Ramadhan? Jujur aku belum dapat filosofi yang bisa kuterima dengan baik. Kalau dibilang untuk bisa merasakan penderitaan orang yang kurang makan alias kaum dhuafa, kupikir bukan lewat puasa kita melakukan itu. Hal paling tepat sebagai wujud empati itu adalah: tidak menyisakan makanan, ga buang2 makanan! Karena ketika kita menyisakan makanan yang kita makan, ketika kita buang sisa makanan (sembarangan pula), itu sangat menyakitkan perasaan mereka2 yang nyari makan aja susah. Serius! Aku selalu menegur dengan nada tinggi temen2ku yang makannya ga habis. ”Tau nggak di luar sana ada orang yang buat makan aja susah?”. kalau mereka mengelak dengan ”Udah ga muat lagiii...”, kutimpali, ”Makanya kalau ngambil makanan jangan rakus! Ambilnya dikira2! Belajar tanggung jawab dunk atas perbuatan kamu ngambil makanan itu!”.

 

 

Jadi berempati sebagai filosofi puasa adalah tidak tepat. Apalagi justru ketika puasa manusia jadi berlebihan. Budget jadi berlebih untuk beli kolaklah, es buah lah, tajilan lah.. Pokoknya yang di hari biasa ga ada, pas puasa diada2in. Blum acara buka puasa bersama yang eksesif, baik frekuensinya maupun kuantitas makanannya. Sebelah mana empatinya kan?

 

 

Kalau dibilang bahwa ketika puasa segala amalan dapat pahala berlipat ganda. Duh, aku bukan tipe orang yang suka itung2an gitu. Aku tidak bisa terprovokasi oleh obral pahala itu sehingga membuatku baca Qur’an di bis atau berdiri di pintu masjid dengan segepok uang seribuan siap dibagikan ke kaum dhuafa yang menghampiri sambil membungkuk2. No offense buat yang melakukan itu... Tapi aku tidak bisa menghargai orang yang duduk di kereta sambil baca Qur’an sedangkan di depannya ibu hamil berdiri. Atau udah desek2an tapi masih ga mau ketinggalan berlomba2 baca Qur’an sehingga ketika orang di sebelah geser dikit dan menyenggol tangannya dia mendecak kesal.

 

 

Karena aku tidak dapat menemukan alasan kenapa aku berpuasa, maka pertanyaannya aku balik: kenapa aku tidak berpuasa? Naaahhh...kalau begini aku ada jawabannya.

 

 

Aku adalah orang yang percaya pada hal gaib. Sebab-akibat, aksi-reaksi, take and give. Contohnya adalah kenyataan bahwa aku selama sejarah pendidikanku tidak pernah yang namanya mencontek. Aku definisikan mencontek dengan: membuat tulisan contekan, bertanya pada teman saat ujian dan memberikan jawaban. Alasannya adalah aku percaya bahwa ketika aku melakukan kecurangan pencontekan itu, mungkin nilaiku saat itu akan menjadi lebih bagus, tapi di pelajaran lain aku akan dikhilafkan sehingga aku salah menjawab soal dan nilaiku jelek. Bahwa ketika aku mengambil keuntungan saat ini, maka esok hari akan ada yang diambil dariku.

 

 

Begitu juga dengan puasa. Aku percaya Tuhan itu ada. Aku percaya Tuhan dekat. Aku berpikiran bahwa dengan berpuasa maka aku menjaga hubungan baik dengan Tuhan. Kan yang bilang puasa itu wajib Tuhan, to? Jadi, aku puasa karena aku tahu kalau diperintahkan dan aku taat, agar tidak ada friksi antara aku dan Tuhan. Tuhan kan sensitif...diduakan aja ga mau... Kalau hubunganku dengan Tuhan baik, maka Tuhan tidak akan macem2 sama aku. Ya kan?

 

 

Pemikiran itu sedikit banyak karena aku termakan oleh kata2 guru agamaku klas 2 SMA, dia bilang ”Kenapa orang2 non Islam justru kebanyakan hidupnya makmur? Karena secara tidak sadar mereka mengamalkan perintah Allah, misalnya menuntut ilmu, bekerja keras, bersedekah, tidak menyakiti orang. Jadi Allah menganugerahkan kekayaan pada mereka’. Aku mengartikannya dengan: ketika kita nggak bikin Tuhan BT, maka Tuhan memihak kita. Fufufu...

 

 

Jadi alasanku berpuasa adalah: karena aku tau puasa itu diwajibkan dan aku tidak ingin membuat Tuhan murka padaku.

 

 

Kalau ditanya kira2 kenapa Tuhan meminta kita puasa, aku akan menjawab, ”Aaahhh...Tuhan kan suka iseng..pengen ngetes doank mana di antara kita yang nurut mana yang enggak... Sama kayak kasusnya babi haram..” Dan seorang temanku menyahut, “Mana yang kayak kebo dipatok burung mana yang bukan....” Dan teman yang lain menimpali ”Gue si ogah kalo Tuhan gue kayak gitu.. yang kayak gitu bukan Tuhan gue....”

 

 

Yaaa...kan hubungan dengan Tuhan itu personal. Ya to?

 

Thursday, September 3, 2009

Sepertinya Otakku Perlu Di-upgrade

 

 

Otakku serasa habis kebanting dan banyak memori berjatuhan gitu. Banyak hal yang bener2 ilang dari otakku. Ketika ada hal yang muncul lagi ku nyebutnya, ”O iya yah?”, bukannya ”oh iyaaaaa.....”. Seolah2 itu adalah hal yang baru kuketahui, bukan aku teringat akan sesuatu itu.

 

 

Kalau sekedar salah lupa naro sesuatu, itu biasa. Lupa nama orang, udah sering. Lupa pernah ngasih atau nitip sesuatu, ga jarang.  Dua minggu ini entah ku limbung entah otakku makin kaput, sehingga ku berasa amnesia.

 

 

Aku tidak punya memori bahwa aku mengganti PIN kartu ATM ku

Tiba2 aja minggu kemaren pas aku mau ngambil duit, dibilangnya salah PIN. Ku udah nanya ke temen2ku yang pernah kukasih tau nomor PINku, mereka menyebutkan angka yang sama dengan yang kuingat. Akibatnya diblokirlah ATMku.

 

Aku belum menyerah, masih berpikir mesinnya yang ngaco. Keesokan harinya kucoba lagi di mesin lain, dan masih salah juga. Kutanya temen2ku apakah aku pernah crita aku ganti nomor PIN dan jadi berapa. Mereka menjawab enggak.

 

 

Hwuaaaa.... Aku paniiiikkk... Pikiran buruk langsung datang, ”Si pencuri itu ngambil ATMku lagi trus dia ganti PIN nya!”. Hehehe.. Pikiran mengada2 emang... Tapi tetep aja kutelpon customer service untuk nanya transaksi terakhir kapan dan berapa saldo terakhir. Alhamdulillah...kayaknya utuh... Kubilang 'kayaknya' karena ku ga pernah print struk kalo abis transaksi...Kan critanya paperless... ^o^

 

 

Habis itu aku berusaha nginget2 kapan kira2 aku ganti PIN, trus jadi berapa. Sama sekali ga bisa inget! Tapi kuinget pernah diskusi tentang rencana2 nomor PIN baru.

Pilihan 1: 4 nomor terakhir HPku

Pilihan 2: satu tanggal bersejarah

Pilihan 3: sama dengan PIN pulsaku

 

Lalu ku ke mesin ATM lagi. Dan gagal semua.

 

 

Aku menyerah dan akhirnya tadi aku ke bank untuk minta recovering PIN. Persediaan uang cashku tinggal lima puluh ribuan gitu deh... ”Baik Ibu... Prosesnya 2 minggu yah...”.

 

 

Hahhh??? Dua minggu?? Aku belum bayar kosan, belum bayar telfon rumah, belum transfer duit angpau ke adekku untuk dituker duit baru ke bank, belum bli baju lebaran. Lebih penting lagi: dua minggu ke depan ku hidup dan bertransportasi gimana dunk?

 

Siap2 nodong temen2ku deh... Hohoho...

 

 

Aku tidak punya ingatan aku mengganti password satu sistem

Ku kan pernah crita bahwa aku satu password untuk semua. dan password itu sesuai dengan theme song ku saat itu. Nah, passwordku untuk masuk windows adalah lagi we had joy we had fun we had season in the sun. Tapi ternyata ada satu system yang passwordnya ketinggalan satu episode sama lagu itu. Pas kemaren aku mau masuk, kuanggap sama dengan season in the sun. Sekali masukin dibilang salah. Oh mungkin salah ketik. Coba lagi dengan lebih hati2 dan saksama. Salah lagi. Mencoba mengingat2 episode theme song sebelum ini, tapi ga inget sama sekali. Maka kucobalah season in the sun lagi huruf per huruf. Dan terblokirlah aku.

 

 

Ku minta untuk recover password. Itu dua hari yang lalu. Sukses dan aku bisa masuk ke system itu.

 

 

Hari ini pas aku mau masuk ke sistem itu, kumasukkan password season in the sun. Dan dibilang salah. Entah gimana ku berpikir ku salah ketik. Kan logikanya gini: aku selalu nyamain semua password. Maka ketika aku recover password maka ku pasti akan memasukkan season in the sun dunk? Dan ternyata enggak.

 

 

Ku ga ngerti lagi sama otakku.

 

 

 

 

Apa karena dua minggu ini aku berusaha sangaaaaattt keraaaaasss untuk men-delete satu folder di otakku yah? Selected folder belum terdelete...eehh...file lain raib... =(