“sulit untuk dinikmati.... Tiap tetes adalah berarti (mahal)”-testimoni
Aku suka minum kopi, walau tidak berani menyatakan sebagai pecinta kopi. Mulai suka minum kopi pun aku belum lama. Waktu kecil aku tidak dibiasakan minum kopi oleh ibuku, karena ibuku tidak minum kopi terkait jantungnya yang tidak bagus. Adekku jantungnya juga sepertinya agak aritmis, gampang sesak. Trus aku kan gampang kaget, jadi demi keamanan bersama ibuku tidak memberikan kopi kepada anak-anaknya. Serumah yang minum kopi hanya bapakku. Kopinya adalah kopi bubuk berbungkus kertas ukuran 5x6 cm, berjudul Kemiri Redjo.
Mulai kuliah, aku keluar dari rumah dan menjadi anak kos. Maka aku mulai tergesek oleh kebiasaan teman-teman yang suka ngopi untuk membantu begadang. Dan ternyata kopi tidak berpengaruh padaku kecuali meningkatkan gerakan peristaltik ususku sehingga menyebabkanku menjadi sangat mudah buang air besar. Sehingga aku tidak terlalu nge-fans sama kopi. Aku minum ketika aku sulit buang air besar. Tapi semenjak kerja, pandanganku akan buang air besar dan kopi agak bergeser. Kalau dulu aku minum kopi ketika sulit buang air besar, maka sekarang menjadi aku minum kopi untuk buang air besar. Aku tidak menunggu kesulitan, tapi aku tiap pagi berkopi demi kelancaran bersama.
Nah, untuk jenis kopi favorit, aku tidak memiliki. Ini lebih kepada sifat dasarku yang sangat lemah dalam bidang makanan. Lidahku tidak bisa membandingkan rasa. Jadi jangan tanya padaku “bakso di X sama di Y enakan mana?”, karena aku ga akan bisa jawab. Atau pertanyaan mendasar “Baksonya enak ga?”, itu pun ga akan bisa kujawab. Karena aku ga tau rasa. Banyak kebodohan dalam hal makanan yang kulakukan. Kalau rangkaian kalimat dari ibuku adalah “Tata tuh sering ya melakukan kedongokan yang mustahil terkait makanan” (dia pake kata 'kedongokan'!), sambil ketawa sampai nangis. Itu merujuk pada kebodohanku yang menurut dia dan teman2ku seharusnya sangat tidak mungkin dilakukan, contohnya aku ga bisa bedain makanan basi atau nggak (kecuali jelas2 ada jamur tumbuh), aku memakan alumunium kemasan kue dari India tanpa tau itu harusnya tidak dimakan, aku memakan pempek mentah tanpa tau harusnya digoreng dulu, aku makan nasi goreng ketumbar dengan lahap dimana yang lain sekali suap langsung lepeh. Dan itu semua kumakan dengan doyan-doyan ajah..
Jadi, kembali ke kopi, wajar dunk kalo aku doyan semua kopi tanpa bisa me-rating-nya. Karena bagiku rasanya sama semua ^^
You don’t know what u’ve got until it’s gone
Dikarenakan ketersediaan kopi bagiku selalu ada, aku tidak pernah kekurangan kopi, aku jadi menganggap dia biasa saja dalam hidupku. Kopi bagiku adalah rutinitas. Tiap pagi aku ngopi, siang ngopi lagi, kadang sore atau malam ngopi lagi. Tapi tak pernah satu kalimat pun yang kuucapkan bahwa aku cinta dia, apalagi kangen, lha tiap saat bisa berjumpa.. Hingga sampailah di bulan puasa.
Selama siang di bulan puasa, aku tidak pernah yang namanya lapar mata. Ya gimana mau lapar mata, lha ngerti rasa juga enggak to? Jadi kalau orang lain ngiler liat iklan sirop, aku si biasa aja. Kalau yang laen punya keinginan mau buka pake apa, aku si enggak.. Hingga aku mencium aroma kopi! Ough..!
Rasanya tuh ya.. Ummhh.. Buat yang sedang berkasih-kasihan atau pernah berkasih-kasihan, pasti bisa ngebayangin ini: tiap hari tiap saat kalian saling berbagi kasih. Bahkan kadang cuma SMS ‘thinking of u” . Trus salah satu bilang “Ko kita kayak orang addict gini yah?”. Trus saling menantang diri sendiri “aku bisa ga ngubungin kamu 24 jam ke depan!”. Dan dimulailah ajang kuat-kuatan ga menghubungi itu. Kebayang rasanya? Sakaw sesakaw-sakawnya! Handphone di genggaman tapi ga boleh nelpon ataupun SMS. Nah, yang kurasakan pas mencium aroma kopi di saat puasa adalah seperti itu. Ouwww… Sakaw beneran! Dan pas akhirnya bisa meminumnya, rasanya tuh dah kayak melayang dan melambung keenakan gitu, sama persis kayak pas puasa telfon kasih-kasihan itu.
Maka sejak itu aku lebih menghargai kopi dan menempatkan dia di posisi yang seharusnya: kubutuhkan dan kucintai.
Walau aku bilang aku cinta kopi. Tapi aku tetap tidak bisa membedakan rasa kopi. Apa saja asal kopi, yuk mari. Hanya saja sejak aku mencanangkan gerakan less sugar, aku minumnya kan kopi pahit, aku jadi bisa membedakan bahwa kopi manis itu jauuuuuhhh lebih enaaaakkk.. Itu kusadari pas secara tak sadar aku memasukkan gula dan krim ke kopiku, dan pas minum.. Wowwww.. enaaaakk.. Tapi enak yang membuatku merasa bersalah sesudahnya.. ^^
Jadi, walau orang-orang bilang kopi luwak itu enaaaakkk, aku ga ngiler sama sekali. Tapi ketika ada kopi luwak di depan mata dengan harga yang lumayan, apa salahnya mencoba kan? Maka bertempat di Salihara, pada hari Rabu 20 Oktober 2010, aku meminum kopi luwak bersama 2 orang teman.
Ketika kopi diantarkan ke meja, respon pertama kita adalah “lha? Ko segitu doank? Kirain se-mug” *kemaruk*. Trus aku berpikir, ko panasnya ga puanass yah? Trus trus ko ga ada aromanya yah? Ga ada wangi kopi yang melenakan gitu.. Tapi tetap berpikir positif dunk..aroma boleh ga ada, tapi rasa jangan dipertanyakan.. mungkin begitu.. Maka kuseruputlah.. Dan..
…….
……..
…….
……..
Aku merasa lidahku mengalami kemunduran lagi. Maka kuminta Marina mencobanya.
…………..
…………
……..
Kemudian Tanti. Sama saja. Tidak ada ekspresi keenakan atau kenikmatan.
Tata: kok..kok..kok… ga ada rasanya
Marina: kok..kok..kok.. gue ngrasa…. jauh lebih enakan ABC mocca yah? (sambil nahan ketawa)
Tanti: iyah.. kopi bubuk item biasa jauh lebih nikmat..
Tata: enakan kopi toraja
Tanti: kopi Aceh!
Tata: Ah..aku blum pernah ngupi aceeehh.. tapi aku percaya dia enak
Marina: gue si tetep..ABC paling nikmat
Tata: kapal api aja aromanya lebih ngilerin daripada ini (nunjuk kopi mahal itu)
Tanti: iya ih..
Dan kita bertiga melanjutkan banding2in kopi luwak itu dengan yang lain sambil ketawa ngakak..menertawakan diri sendiri yang memiliki lidah begitu murahan.. Kopi mahal ga berasa apa-apa..tapi sangat terpuaskan oleh kopi sachet warungan.. Hohoho..
Trus Tanti, “Eh, foto yuk..”
kenapa endingnya fotoooooooo??? XD
ReplyDelete*Tata banget*
aku memakan alumunium kemasan kue dari India tanpa tau itu harusnya tidak dimakan
ReplyDelete- ta2surya-
memangnya gak kliatan kayak kertas aluminium yah, Ta?
-- jadi inget permen merk kelinci yang bungkusnya ager-ager dan ternyata BISA dimakan --
keliatan si...blink-blink gituuuu..trus agak kayak plastik gitu.. tapi dia nempel di kue-nya.. jadi yaa.. kumakan deh.. habis itu ku bingung liat teman2ku pada nyopotin tu alumunium (yang mana baru kutau itu alumunium foil), sedangkan aku sudah menelannya.. :(
ReplyDeletekarena kopinya sama sekali tidak berkesaaaaannn...
ReplyDeleteni permen yang mana yak?
ReplyDeletepermen cina itu, yang taun lalu ditarik dari peredaran katanya ada formalinnya :D
ReplyDeletekopi luwak sempat nongol di CSI, Ta (lupa episode berapa). Katanya memang kopi ter-enak di dunia, makanya harganya mahal :D
jadi kalo nggak enak memang ada 2 poin :
1. lidah Tata yang bebal
2. barista-nya bego nyeduhnya
hehehheheh....*ditabok barista-nya*
di iklannya pun nampak meyakinkan.. "the most expensive coffee in the world"...
ReplyDeletepoin 1. aku didukung 2 lidah lagi
poin 2. baristanya ganteng kooooo... *lho?* hahaha..
pasti yg moto yg pake kerudung ungu....
ReplyDeleteberapaan sih ta? Mampukah kantongku yg kempes ini membelinya?
ReplyDeletetebakan apa iniiiii... jelas2 tiga2nya berkerudung unguuuuu...
ReplyDeletesebut ga yaaaa... *sokmisterius*
ReplyDeletePempeknya nggak mentah kok Ta, kan udah direbus, beberapa teman asli Palembang juga lebih suka nggak usah digoreng :).
ReplyDeletebanyak juga temenku yang menghiburku dengan kalimat kamu itu.. tapi.. itu pempek kan pemberian orang, trus kumakan...pas udah makan, si orang SMS "Jangan lupa digoreng dulu yah..". Hiyaaa..
ReplyDeletema'aci, Leila.. *peluk*
mau tau juga dong ta..
ReplyDeletedi semarang aku pernah nemu harga 80rebu sekali seduh hihihi..
udah males nyoba duluan. :p
enakan latte macchiato hehe
nah..kl aku krn semalam sebelumnya minum latte tiramisu-nya dunkin, jadi kubilangnya enakan latte tiramisu... hehehe...
ReplyDeleteahh kangen dunkin! (di sini ga ada :p)
ReplyDeletelebih suka kopinya dunkin drpd setarbak
Tata... Apakah seseorang yang bernomor telkomsel itu adalah temenmu? Soalnya smsku ga dibalas, telpku dimatiin... Hiks...
ReplyDeleteHAHAHAHAHAHAHAHA! Kocak postingannya, Ta! Eh, gue juga belum pernah ngerasain kopi luwak, kok. :D
ReplyDeletesee?! lebih manusiawi juga harganya.. hehehe..
ReplyDeleteitu nomerkuuuu....
ReplyDeletedan dan dan aku yang susah ngubungin kamuuu... *susah sinyal di salihara*
Eh... sekarang tanggal 22 loh.... waktunya nyetarbak
ReplyDeleterasain deh.. dan laporkan padaku enakan mana sama kapal api.. :))
ReplyDelete*mencoba menghitung berapa kilo kapal api bisa kubeli dengan secangkir kopi luwak kemaren*
pengaturan jadwal macam apa itu?
ReplyDeleteJadwal ngopi untuk para dhuafa.... 50% off di setarbak
ReplyDeletedhuafa jaman sekarang yah..kopinya setarbak.. ck..ck..ck..
ReplyDeleteberapa emangnya? sepuluh juta? tuh kan,aku mana mampu. beli buku saja sulit *makan lidi*
ReplyDeleteMauuuuuuuuu banget ta... Aku pesen secangkir kopi itu, apakah no mentarimu masih bisa dihubungi?
ReplyDeleteTata... Mungkin kau hanya mengenal dua macam rasa. Enak dan enak banget...
ReplyDelete*tapi kopi luwak emang gitu rasanyA. Enakkan Torabikaaaaaa...
tetep ga mau sebut angka ah.. haha..
ReplyDeletetelaaaaaatttt... eh tapi temenku (seorang bapak-bapak) kemaren beli 100 g..km maen ke rumahnya ajah.. Hohoho..
ReplyDeletenomer mentariku masih berlaku..flexi juga..simpati juga..tinggal pilih aja.. hoho..
HAHAHAHAHA....
ReplyDelete*cium-cium maya*
foto bareng yuk, May..
hahaha..
Kamu juga suka Torabika? :))
ReplyDeletepertanyaan yang sulit.. :))
ReplyDeleteBanyak bener hapemu ta.. bagi dong satu.. :)
ReplyDeletekepanjangan cerita backgroundny...resensinya malah dikit bgt
ReplyDeleteMuse.. 3 nomer kan blum tentu 3 hape.. :)
ReplyDeleteardi bawel ih..
tata,, makasih kamu ngejawab kebingunganku selama ini... karena aku merasa setelah minum kopi pasti boker... itu ya sebabnyaa....
ReplyDeletehohoho..
ReplyDeletebegitulah.. sama dunk kita yah?!
kopi luwak ky gt jg g ya? Blm pernah euy.. Itu kan dibikin dr tahi luwak ya? Smg tar kalo icip2, bisa ngerasain aroma eksotisnya kopi luwak hehe
ReplyDeletenah.. justru kemaren si luwak ini ga memberikan efek apapun selain nyeri di kantong.. hohoho..
ReplyDeletehehehe..
ReplyDeleteMwah!
ReplyDeletesama nih Ta...
ReplyDeletegw juga gak ngaruh apa2 minum kopi :)
Ga juga buat lancar?
ReplyDeletendak, sama sekali gada pengaruhnya. jadi yah cuma minum kopi karena doyan, nyandu pun tidak :D
ReplyDelete