Thursday, October 21, 2010

Kopi Luwak Pertama

sulit untuk dinikmati.... Tiap tetes adalah berarti (mahal)”-testimoni

 

Aku suka minum kopi, walau tidak berani menyatakan sebagai pecinta kopi. Mulai suka minum kopi pun aku belum lama. Waktu kecil aku tidak dibiasakan minum kopi oleh ibuku, karena ibuku tidak minum kopi terkait jantungnya yang tidak bagus. Adekku jantungnya juga sepertinya agak aritmis, gampang sesak. Trus aku kan gampang kaget, jadi demi keamanan bersama ibuku tidak memberikan kopi kepada anak-anaknya. Serumah yang minum kopi hanya bapakku. Kopinya adalah kopi bubuk berbungkus kertas ukuran 5x6 cm, berjudul Kemiri Redjo.

 

Mulai kuliah, aku keluar dari rumah dan menjadi anak kos. Maka aku mulai tergesek oleh kebiasaan teman-teman yang suka ngopi untuk membantu begadang. Dan ternyata kopi tidak berpengaruh padaku kecuali meningkatkan gerakan peristaltik ususku sehingga menyebabkanku menjadi sangat mudah buang air besar. Sehingga aku tidak terlalu nge-fans sama kopi. Aku minum ketika aku sulit buang air besar. Tapi semenjak kerja, pandanganku akan buang air besar dan kopi agak bergeser. Kalau dulu aku minum kopi ketika sulit buang air besar, maka sekarang menjadi aku minum kopi untuk buang air besar. Aku tidak menunggu kesulitan, tapi aku tiap pagi berkopi demi kelancaran bersama.

 

Nah, untuk jenis kopi favorit, aku tidak memiliki. Ini lebih kepada sifat dasarku yang sangat lemah dalam bidang makanan. Lidahku tidak bisa membandingkan rasa. Jadi jangan tanya padaku “bakso di X sama di Y enakan mana?”, karena aku ga akan bisa jawab. Atau pertanyaan mendasar “Baksonya enak ga?”, itu pun ga akan bisa kujawab. Karena aku ga tau rasa. Banyak kebodohan dalam hal makanan yang kulakukan. Kalau rangkaian kalimat dari ibuku adalah “Tata tuh sering ya melakukan kedongokan yang mustahil terkait makanan” (dia pake kata 'kedongokan'!), sambil ketawa sampai nangis. Itu merujuk pada kebodohanku yang menurut dia dan teman2ku seharusnya sangat tidak mungkin dilakukan, contohnya aku ga bisa bedain makanan basi atau nggak (kecuali jelas2 ada jamur tumbuh), aku memakan alumunium kemasan kue dari India tanpa tau itu harusnya tidak dimakan, aku memakan pempek mentah tanpa tau harusnya digoreng dulu, aku makan nasi goreng ketumbar dengan lahap dimana yang lain sekali suap langsung lepeh. Dan itu semua kumakan dengan doyan-doyan ajah..

 

Jadi, kembali ke kopi, wajar dunk kalo aku doyan semua kopi tanpa bisa me-rating-nya. Karena bagiku rasanya sama semua ^^

 

You don’t know what u’ve got until it’s gone

Dikarenakan ketersediaan kopi bagiku selalu ada, aku tidak pernah kekurangan kopi, aku jadi menganggap dia biasa saja dalam hidupku. Kopi bagiku adalah rutinitas. Tiap pagi aku ngopi, siang ngopi lagi, kadang sore atau malam ngopi lagi. Tapi tak pernah satu kalimat pun yang kuucapkan bahwa aku cinta dia, apalagi kangen, lha tiap saat bisa berjumpa.. Hingga sampailah di bulan puasa.

Selama siang di bulan puasa, aku tidak pernah yang namanya lapar mata. Ya gimana mau lapar mata, lha ngerti rasa juga enggak to? Jadi kalau orang lain ngiler liat iklan sirop, aku si biasa aja. Kalau yang laen punya keinginan mau buka pake apa, aku si enggak.. Hingga aku mencium aroma kopi! Ough..!

Rasanya tuh ya.. Ummhh.. Buat yang sedang berkasih-kasihan atau pernah berkasih-kasihan, pasti bisa ngebayangin ini: tiap hari tiap saat kalian saling berbagi kasih. Bahkan kadang cuma SMS ‘thinking of u” . Trus salah satu bilang “Ko kita kayak orang addict gini yah?”. Trus saling menantang diri sendiri “aku bisa ga ngubungin kamu 24 jam ke depan!”. Dan dimulailah ajang kuat-kuatan ga menghubungi itu. Kebayang rasanya? Sakaw sesakaw-sakawnya! Handphone di genggaman tapi ga boleh nelpon ataupun SMS. Nah, yang kurasakan pas mencium aroma kopi di saat puasa adalah seperti itu. Ouwww… Sakaw beneran! Dan pas akhirnya bisa meminumnya, rasanya tuh dah kayak melayang dan melambung keenakan gitu, sama persis kayak pas puasa telfon kasih-kasihan itu.

Maka sejak itu aku lebih menghargai kopi dan menempatkan dia di posisi yang seharusnya: kubutuhkan dan kucintai.

Walau aku bilang aku cinta kopi. Tapi aku tetap tidak bisa membedakan rasa kopi. Apa saja asal kopi, yuk mari. Hanya saja sejak aku mencanangkan gerakan less sugar, aku minumnya kan kopi pahit, aku jadi bisa membedakan bahwa kopi manis itu jauuuuuhhh lebih enaaaakkk.. Itu kusadari pas secara tak sadar aku memasukkan gula dan krim ke kopiku, dan pas minum.. Wowwww.. enaaaakk.. Tapi enak yang membuatku merasa bersalah sesudahnya.. ^^

Jadi, walau orang-orang bilang kopi luwak itu enaaaakkk, aku ga ngiler sama sekali. Tapi ketika ada kopi luwak di depan mata dengan harga yang lumayan, apa salahnya mencoba kan? Maka bertempat di Salihara, pada hari Rabu 20 Oktober 2010, aku meminum kopi luwak bersama 2 orang teman.

Ketika kopi diantarkan ke meja, respon pertama kita adalah “lha? Ko segitu doank? Kirain se-mug” *kemaruk*. Trus aku berpikir, ko panasnya ga puanass yah? Trus trus ko ga ada aromanya yah? Ga ada wangi kopi yang melenakan gitu.. Tapi tetap berpikir positif dunk..aroma boleh ga ada, tapi rasa jangan dipertanyakan.. mungkin begitu.. Maka kuseruputlah.. Dan..

…….

……..

…….

……..

Aku merasa lidahku mengalami kemunduran lagi. Maka kuminta Marina mencobanya.

…………..

…………

……..

Kemudian Tanti. Sama saja. Tidak ada ekspresi keenakan atau kenikmatan.

Tata: kok..kok..kok… ga ada rasanya

Marina: kok..kok..kok.. gue ngrasa…. jauh lebih enakan ABC mocca yah? (sambil nahan ketawa)

Tanti: iyah.. kopi bubuk item biasa jauh lebih nikmat..

Tata: enakan kopi toraja

Tanti: kopi Aceh!

Tata: Ah..aku blum pernah ngupi aceeehh.. tapi aku percaya dia enak

Marina: gue si tetep..ABC paling nikmat

Tata: kapal api aja aromanya lebih ngilerin daripada ini (nunjuk kopi mahal itu)

Tanti: iya ih..

Dan kita bertiga melanjutkan banding2in kopi luwak itu dengan yang lain sambil ketawa ngakak..menertawakan diri sendiri yang memiliki lidah begitu murahan.. Kopi mahal ga berasa apa-apa..tapi sangat terpuaskan oleh kopi sachet warungan.. Hohoho..

 

Trus Tanti, “Eh, foto yuk..”

 

45 comments:

  1. kenapa endingnya fotoooooooo??? XD
    *Tata banget*

    ReplyDelete
  2. aku memakan alumunium kemasan kue dari India tanpa tau itu harusnya tidak dimakan
    - ta2surya-

    memangnya gak kliatan kayak kertas aluminium yah, Ta?
    -- jadi inget permen merk kelinci yang bungkusnya ager-ager dan ternyata BISA dimakan --

    ReplyDelete
  3. keliatan si...blink-blink gituuuu..trus agak kayak plastik gitu.. tapi dia nempel di kue-nya.. jadi yaa.. kumakan deh.. habis itu ku bingung liat teman2ku pada nyopotin tu alumunium (yang mana baru kutau itu alumunium foil), sedangkan aku sudah menelannya.. :(

    ReplyDelete
  4. karena kopinya sama sekali tidak berkesaaaaannn...

    ReplyDelete
  5. permen cina itu, yang taun lalu ditarik dari peredaran katanya ada formalinnya :D

    kopi luwak sempat nongol di CSI, Ta (lupa episode berapa). Katanya memang kopi ter-enak di dunia, makanya harganya mahal :D
    jadi kalo nggak enak memang ada 2 poin :
    1. lidah Tata yang bebal
    2. barista-nya bego nyeduhnya

    hehehheheh....*ditabok barista-nya*

    ReplyDelete
  6. di iklannya pun nampak meyakinkan.. "the most expensive coffee in the world"...

    poin 1. aku didukung 2 lidah lagi

    poin 2. baristanya ganteng kooooo... *lho?* hahaha..

    ReplyDelete
  7. pasti yg moto yg pake kerudung ungu....

    ReplyDelete
  8. berapaan sih ta? Mampukah kantongku yg kempes ini membelinya?

    ReplyDelete
  9. tebakan apa iniiiii... jelas2 tiga2nya berkerudung unguuuuu...

    ReplyDelete
  10. Pempeknya nggak mentah kok Ta, kan udah direbus, beberapa teman asli Palembang juga lebih suka nggak usah digoreng :).

    ReplyDelete
  11. banyak juga temenku yang menghiburku dengan kalimat kamu itu.. tapi.. itu pempek kan pemberian orang, trus kumakan...pas udah makan, si orang SMS "Jangan lupa digoreng dulu yah..". Hiyaaa..

    ma'aci, Leila.. *peluk*

    ReplyDelete
  12. mau tau juga dong ta..
    di semarang aku pernah nemu harga 80rebu sekali seduh hihihi..
    udah males nyoba duluan. :p

    enakan latte macchiato hehe

    ReplyDelete
  13. nah..kl aku krn semalam sebelumnya minum latte tiramisu-nya dunkin, jadi kubilangnya enakan latte tiramisu... hehehe...

    ReplyDelete
  14. ahh kangen dunkin! (di sini ga ada :p)
    lebih suka kopinya dunkin drpd setarbak

    ReplyDelete
  15. Tata... Apakah seseorang yang bernomor telkomsel itu adalah temenmu? Soalnya smsku ga dibalas, telpku dimatiin... Hiks...

    ReplyDelete
  16. HAHAHAHAHAHAHAHA! Kocak postingannya, Ta! Eh, gue juga belum pernah ngerasain kopi luwak, kok. :D

    ReplyDelete
  17. see?! lebih manusiawi juga harganya.. hehehe..

    ReplyDelete
  18. itu nomerkuuuu....

    dan dan dan aku yang susah ngubungin kamuuu... *susah sinyal di salihara*

    ReplyDelete
  19. Eh... sekarang tanggal 22 loh.... waktunya nyetarbak

    ReplyDelete
  20. rasain deh.. dan laporkan padaku enakan mana sama kapal api.. :))

    *mencoba menghitung berapa kilo kapal api bisa kubeli dengan secangkir kopi luwak kemaren*

    ReplyDelete
  21. Jadwal ngopi untuk para dhuafa.... 50% off di setarbak

    ReplyDelete
  22. dhuafa jaman sekarang yah..kopinya setarbak.. ck..ck..ck..

    ReplyDelete
  23. berapa emangnya? sepuluh juta? tuh kan,aku mana mampu. beli buku saja sulit *makan lidi*

    ReplyDelete
  24. Mauuuuuuuuu banget ta... Aku pesen secangkir kopi itu, apakah no mentarimu masih bisa dihubungi?

    ReplyDelete
  25. Tata... Mungkin kau hanya mengenal dua macam rasa. Enak dan enak banget...

    *tapi kopi luwak emang gitu rasanyA. Enakkan Torabikaaaaaa...

    ReplyDelete
  26. tetep ga mau sebut angka ah.. haha..

    ReplyDelete
  27. telaaaaaatttt... eh tapi temenku (seorang bapak-bapak) kemaren beli 100 g..km maen ke rumahnya ajah.. Hohoho..

    nomer mentariku masih berlaku..flexi juga..simpati juga..tinggal pilih aja.. hoho..

    ReplyDelete
  28. HAHAHAHAHA....

    *cium-cium maya*

    foto bareng yuk, May..

    hahaha..

    ReplyDelete
  29. Banyak bener hapemu ta.. bagi dong satu.. :)

    ReplyDelete
  30. kepanjangan cerita backgroundny...resensinya malah dikit bgt

    ReplyDelete
  31. Muse.. 3 nomer kan blum tentu 3 hape.. :)

    ardi bawel ih..

    ReplyDelete
  32. tata,, makasih kamu ngejawab kebingunganku selama ini... karena aku merasa setelah minum kopi pasti boker... itu ya sebabnyaa....

    ReplyDelete
  33. hohoho..

    begitulah.. sama dunk kita yah?!

    ReplyDelete
  34. kopi luwak ky gt jg g ya? Blm pernah euy.. Itu kan dibikin dr tahi luwak ya? Smg tar kalo icip2, bisa ngerasain aroma eksotisnya kopi luwak hehe

    ReplyDelete
  35. nah.. justru kemaren si luwak ini ga memberikan efek apapun selain nyeri di kantong.. hohoho..

    ReplyDelete
  36. sama nih Ta...
    gw juga gak ngaruh apa2 minum kopi :)

    ReplyDelete
  37. ndak, sama sekali gada pengaruhnya. jadi yah cuma minum kopi karena doyan, nyandu pun tidak :D

    ReplyDelete