Monday, November 1, 2010

Being Smart is A Must (Part II)

Okay.. Sudah ada yang menagih, bahkan ada yang lewat SMS. Fufufu… Dan sudah makin ga enak juga karena dah keselip beberapa postingan lain ^^

 

Mari kita lanjutkan ceritanya.. ^^

 

Sebelum ku lanjut ke cerita kereta, kucritain dulu kenapa aku naik kereta dan kenapa kereta itu.

Pernikahan temanku dilaksanakan dua tahap, akad nikah di pagi hari (jam 9) dan resepsi di malam hari (jam 7). Nah, aku mau datang di dua-duanya. Dan karena aku telah menghayati tinggal di ibukota, maka ketika dibilang akad nikah jam 9, artinya aku musti siap jam 7. Artinya aku harus sudah ada di Semarang di jam 6 pagi. Maka aku berpikir, transportasi apakah yang akan kugunakan untuk menuju Semarang. Pada saat berpikir itu aku mendadak mendapat pencerahan! Bapak-bapak yang duduk di depanku adalah seorang bapak yang kos di Jakarta Raya, tapi anak-istri di Semarang. Jadi, tiap minggu dia pulang-pergi Jakarta-Semarang demi bertemu orang yang dikasihi. Sebagai prolog aku bertanya,

Tata: “Pak, aku tar tanggal 2 mau kondangan di Semarang lho.. di Jalan XXXX. Itu sebelah mana, ya Pak?”.

Dan gayung bersambut,

Dia: “Oh ya? Aku ga tau itu dimana, tapi bisa dicarilah. Mau naik apa?”.

Tata: Enaknya naik apa yah? Akad nikahnya jam 9..

Dia: Bareng aku aja..naik kereta.. Sampai Semarang subuh.. (inilah yang kutunggu.. hohoho..)

Tata: Sip..sip.. Kapan kita pesan tiket?

Dia: Nanti aja..

Tata: Tar dari sini langsung ke Gambir kan? Bareng yah..

Dia: Kita naik bisnis saja.. Lebih murah..bangkrut aku kalo naek Argo..lha tiap minggu..

Tata: okay..

Kupikir tak masalah mau naik apa, yang penting bersama dengan ahlinya. Ku pernah juga ko naik kereta itu pas kondangan juga ke Semarang dulu, sama teman-temanku. Lagian sepanjang jalan kan aku hanya akan tidur.. ^o^

 

Senin, 27 September 2010

Setelah tiap hari aku nanya ke dia kapan pesan tiket, karena aku beneran agak panik kalau sampai tidak dapat tiket karena aku ga ada rencana B apalagi C atau D, maka pergilah kami ke Kantor Pos mini di lantai dasar gedung. Dia ajari aku cara memesan tiket kereta. Ambil kertas bekas yang disediakan, tuliskan: nama, tujuan, tanggal, nama kereta, jam keberangkatan, nomor gerbong, nomor bangku yang dikehendaki, jumlah tiket, nomor telfon yang bisa dihubungi. Maka kutuliskan:

Tata

Semarang

01-Oktober-2010

Senja Utama

19.20

III

Mana saja

1

0815XXXXXXX

Aku nulis itu tentu saja mencontek temanku. Pas kutanya kenapa gerbong III, dia bilang “Deket sama pintu keluar”. Hooo..kalau ga nyontek pasti ku akan kuisi dengan 1 atau 9 (kebiasaan naik KRL, pintu keluarnya ada di paling depan sama belakang). Dan ternyata apa yang kutulis berbeda dengan yang temanku tulis. Dia menulis jam 15.00. Aku kaget. “Lha? Bukannya kita barengan?”. Dan ternyata dia ingin duluan, sangat kangen dengan anak istrinya. Dudududu.. Dia enak..sudah bergabung di tempat kerja ini bertahun-tahun..kabur habis sholat jumat enak-enak ajah.. Lha aku? Probation blum lulus, balance cuti minus.. Tak mungkin dunk aku bareng dia.. Akhirnya terpisahlah kami.. Padahal aku memutuskan berkereta ini karena kupikir karena ada dia.. Huhuhu..

Nah, sekarang lanjut ke hari H, hari keberangkatanku, Jumat 01-Oktober-2010.

Aku sampai di stasiun pas Maghrib, maka setelah aku masuk wilayah stasiun aku ke musholla untuk sholat. Selesai sholat, aku duduk di bangku di antara orang-orang yang sepertinya juga akan sekereta denganku, mayoritas bapak-bapak dan mas-mas. Trus semenjak aku bergabung dengan Twitter, tiap aku bengong pasti baca-baca timeline, retweet yang seru, reply yang perlu. Otakku belum sekreatif atau semeletup itu untuk mengetwit banyak hal (kalau istilah ardi twitalay, dikit-dikit laporan). Tapi baca-baca timeline cukup merupakan pembunuh waktu yang lumayan ko..selain kadang aku masih stalking juga.. ^^

Tak lama, masuk SMS dari temanku yang tadinya urung bareng. Dia baru masuk stasiun. Jadi, ternyata dia tidak bisa kabur kelar sholat jumat karena mendadak ada meeting. Jadilah dia membatalkan tiket awalnya (kena denda tentu saja), trus pesen lagi untuk keretaku. Hanya saja, karena dia udah mepet pesennya, sudah ga bisa deketan aku. Jadi, dibilang ada barengan, ya ada..tapi dia dimana aku dimana.

Dia sholat, aku makan. Tadinya aku pengen banget ngopi ke dankin, tapi habis itu ku berpikir “kalo aku tar pengen eek di kereta gimana?”. Maka aku makan saja.

Tak lama, kereta masuk stasiun dan aku naik ke rangkaian. Setelah itu ngobrol-ngobrol di telfon sama kawan-kawan, mak ku tentu saja (untuk kesekian kalinya mengkonfirmasi keberangkatan). Trus baca-baca timeline twitter lagi, trus tidur dan tidur dan tidur.

Entah jam berapa, kereta berhenti di Cirebon. Aku terbangun sebentar, lanjut tidur lagi. Mimpiku udah entah berapa episode (aku adalah jenis orang yang selalu mimpi tiap tidur meski hanya sekejap). Aku mimpi macam-macam. Salah satunya aku mimpi sedang main sama adekku, trus jari dia digigit tikus kecil, dan aku juga digigit tikus yang lebih besar. Dan mendadak bangunan di depan kita meledak. JDERRR! Dan aku kebangun, dengan posisi badanku sedang ber-hukum Newton 3: aksi-reaksi, terhentak ke depan. Dan ternyata bunyi jderr itu beneran ada. Aku langsung melek dan mendapati lampu kereta langsung mati, dan orang-orang berteriak istighfar.

Aku adalah jenis orang yang kalau mencontek istilah di film Trust the Men, “person who always uses humor to cover everything”. Apa aja slalu kubawa ke becandaan. Bahkan kadang dulu kalau lagi berantem sama lelaki, aku suka interrupt “Boleh becanda bentar ga?”. Trus kalau mau pergi atau jalan-jalan bareng ku pasti kasih kalimat ke teman-teman “Apapun yang terjadi, mau kesasar mau ketemu apapun, kita harus bisa menertawakannya. Ga boleh ada yang ngeluh”. Dan begitulah..karena biasanya kejadian tidak diinginkan itu terjadi atas kebodohan kita yang memunculkan kesalahan. Jadi, daripada saling menyalahkan dengan “Harusnya tadi ga gitu..”, mendingan “Odong banget si kita..”.

Sifat becandaanku itu dibentuk juga oleh keluargaku. Jadi, Mak-ku jantungnya kan rapuh, mudah khawatir, mudah panik. Dan kalau sudah gitu, bahaya mengikuti. Nonton motoGP dan Rossi jatuh, mak ku berakhir di UGD. Bapakku, walau paling tangguh secara fisik, tapi kalau menyangkut anak, rapuh juga (pas adekku kecelakaan motor, awalnya dia tegar, eh pas liat adekku dan denger kalo tangannya patah, pingsan aja tu bapakku. Padahal adekku ngomongnya dah sambil senyum menentramkan, “Hehehe..patah, Pak.. Hehehe..”). Jadi kami anak-anaklah yang harus menjadikan apa yang terjadi, apapun itu, nampak biasa-biasa saja. Karena imajinasi orang tua itu tiada tara.

Maka, ketika kejadian jderr itu aku tidak terlintas sedikitpun untuk langsung menghubungi orang rumahku atau siapapun. Aku aja blum tau apa yang terjadi, kalau aku hanya menyampaikan informasi sepotong, kemudian diimajinasikan oleh penerima, bisa bahaya kan?

Orang-orang panik dan beristighfar, kemudian berdiri semua dan saling bertanya apa yang terjadi dan tentu saja tidak ada yang mendapat jawaban. Karena apa yang ditanyakan tidak bergantung pada kepintaran otak. Kemudian, beberapa orang turun untuk mencari tau. Kalau dalam bayanganku, dengan benturan yang terasa itu, entah gimana ku berpikir kereta menabrak gua. Dan setelah itu aku berkata, “Odong..odong..mana ada gua di depan rel”.

Dan saat orang yang turun itu kembali, dia membawa berita “Kita ditabrak belakang sama Argo. Gerbong 9 ancur, gerbong 8 guling”. Dan seolah diaba-aba, orang-orang langsung menelfon dan mengabarkan berita itu ke mungkin keluarga, mungkin pacar, mungkin teman.

Bayangkan scene itu: kereta, berhenti, lampu mati, semua orang nelfon mengabarkan, dan kamu seorang diri diam tiada yang ditelfon. Bangkok Traffic Love Story banget ga siiiii… ^^ Serius lho, itu yang terlintas di pikiranku pas itu.

Bukan aku sengaja becanda, bukan aku tidak simpati pada mereka yang jadi korban. Tapi, pernah ga pas nonton suatu kejadian entah penculikan, pembunuhan atau kecelakaan di TV, dan secara tidak sadar kita berkata dalam hati “itu adalah hal yang ga terjadi padaku atau orang-orang sekitarku”. Atau kalau ga, merasa yakin bahwa itu bukan kejadian untuk kita. Dan ketika kejadian, misalnya kecopetan, kita berkata “Ya ampun..selama ini aku cuma denger..dan ga pernah kepikiran bakal kejadian..eh ternyata kejadian..”. Pernah ga kayak gitu?

Nah, yang kurasain pas jderr itu, bahkan udah jderr aku masih merasa “ini bukan seperti yang di tivi-tivi, ga mungkin seperti itu..ini hanya kejadian kecil..ini akan segera teratasi..”. Dan itu  adalah jam 3 pagi, gelap gulita dan ga tau separah apa. Yang kutau hanyalah ini di stasiun yang namanya Petarukan, entah dimana itu.

Orang-orang mulai bersuara semua. Saling cerita, saling mengajukan prediksi dan ide. “Ga bakal lanjut ni”. “Turun aja”. “Sambung bis aja”. Dan aku sangat tidak nyaman di suasana seperti itu. Kenapa kita ga diam saja, menunggu kabar resmi dan instruksi dari stasiun apakah kita bisa lanjut perjalanan atau kita disarankan mencari alternatif lain (kebiasaan di KRL Jabotabek). Kemudian daripada aku stress sendiri, aku terpikir untuk baca timeline saja. Maka kukeluarkan henpon dan buka twitter. Halaman twitter terbuka dan twit terbaru adalah dari si Aura Positifku (temanku yang selalu menularkan optimism dan aura positif, bagiku) beberapa menit yang lalu. Tapi setelah itu halaman twitternya tertutup. Kucek pulsaku, tinggal 2 rupiah saja. Tapi kalau pulsa SMS kan aku masih ribuan, maka kukirimkan SMS ke si Aura Positif  (sekaligus desainer kartu ucapanku). “ku sempat buka twitter bentar dan liat kamu masih nyala. Mau twitteran eh pulsaku tinggal 2 rupiah, meski pulsa SMS berlimpah. Ku mau bilang ku berasa kayak lagi syuting Bangkok Traffic Love Story. Keretaku ditabrak kereta lain, berhenti, lampu mati dan semua orang telfon-telfon keluarganya, kecuali aku.. Huhuhu..”. In the spirit of tidak menularkan kepanikan dan emang bawaanku untuk selalu becanda, itulah yang kukirim. Dan tahukah apa balasnya? Sumpah aku meleleh bacanya. “It’s OK, dear. Just call Allah. It’s free call”. Kyaaaa…!!

Tahukah apa itu efek menenangkan? Ketika ada anak kecil jatuh, nangis atau tidaknya dia tergantung pada reaksi orang di sekelilingnya. Betul tidak? Jika mamanya panik, kaget dan tergopoh-gopoh mendatangi  sambil “ya ampun ya ampun, Naaakkk..”, trus cari-cari mana yang sakit, jaminan mutuh deh si anak akan nangis kejer. Tapi, kalau mamanya tenang dan bilang “Kecil ya, De..? Gapapa ya, De’ kalau cuma gini..?”. Niscaya si anak akan berdiri dan meringis, pun nangis juga biasa aja. Nah, pas aku baca SMS si Aura Positif itu, aku merasa seperti anak kecil berorangtua bijak itu. Dan segera kubalas “Mwah! Luv u!”.

Dan kemudian semua orang turun dari kereta. Dan aku, meski enggan, ikut turun. Dan di bawah orang-orang lebih banyak lagi. Suara-suara tidak menyamankan makin beragam “PT KA kacau ni..”.PT KA payah ni..masa kita dibiarin begini”. “Harusnya tanggung jawab ni..balikin duit kita..”. Dan kalimat-kalimat provokatif lain. Aku hanya diam tak nyaman. Maksudku, itu stasiun kecil, petugasnya hanya beberapa dan mereka sedang fokus di gerbong 8 dan 9 yang parah. Ya mereka juga sama2 ga tau keparahan kecelakaan seperti apa, tapi janganlah mengeluh apalagi mencaci dunk..

Aku benar-benar tidak nyaman dengan suasana provokasi itu. Maka ku SMS lagi si Aura Positif tentang ketidaknyamananku itu, dan aku menjadi tenang akan balasannya. Trus aku ingat aku punya teman kantor kan? Ku SMS dia. “Kita gimana?”, karena wacana orang-orang mau sambung bis makin kencang terdengar. Trus dia menghampiri aku dan bilang bahwa dia sudah melihat kondisi gerbong 8 dan 9. “Ngeri..”, katanya. Aku jadi merinding. Dan kata temanku, sambung perjalanan dengan bis bukan pilihan baik karena masih jauh. Aku langsung kepikir mak ku. Kan jaminan aku sampai Semarang telat, ku musti pakai alasan apa biar dia ga panik kan?

Maka, ku SMS adekku, “De’.. Kereta tata ketabrak kereta lain, tapi tata gapapa. Jangan bilang Mak yah..”. Adekku balas, “Hahh?? Lha? Tapi bener tata gapapa?”. Kukatakan pada dia, “Gapapa. Tapi tak berpulsa, tinggal 2 rupiah. Pengen twitteran”. Aku yakin adekku gubrak di kamarnya. Habis itu kami saling SMS-an, hingga tak terasa sudah 1.5 jam. Kemudian diumumkan bahwa rangkaian gerbong 1-4 akan melanjutkan perjalanan ke Semarang. Maka aku naik kereta dan duduk sebelahan dengan teman kantorku, dan aku lanjut tidur.

Tak lama aku dibangunkan oleh temanku yang sedang membaca berita di detik, dia kasih liat bahwa korban meninggal kecelakaan tadi ada 19 orang. Dan aku langsung bengong nyaris tak percaya. Ini seperti kejadian yang selama ini hanya kuliat di tivi.

Begitulah..

Aku sampai di Semarang jam 7 pagi. Kemudian aku numpang mandi di kosan teman, dan pergi ke tempat akad nikah.

Apa kabar mak ku? Yang kudengar dari adekku, mak ku nangis2 di rumah. Aku bisa mengerti, karena yang dia tonton adalah TV. Jadi, walaupun dia sudah ngobrol denganku subuh tadi, dah denger aku bisa becanda, ketawa2, tapi begitu nonton TV dan adekku bilang “Tata kan tadi di kereta itu”, mak ku langsung nangis kejer, tangis syukur.

Sedangkan aku? Aku tak berani baca berita, nonton TV. Karena rasa syukur sekaligus tak percaya akan apa yang terjadi masih mendominasi. Dan aku sedang tidak ingin menangis.

 

Kaitan part II dengan being smart memang kecil, tapi keputusanku SMS si Aura Positif menurutku adalah pintar. Karena kadang mendapatkan respon yang reaktif, konfirmatif, investigatif atau bahkan sekedar “Serius kamu?” atau “Bohong kamu..”, akan terasa sedikit mengganggu di kondisi seperti itu.

 

Itu saja… Intinya di part ini aku pintar :))

 

Part III sudah siap ko.. ^^

13 comments:

  1. panjang banget....mana mau pulang.
    setor HS dulu deh, biar nta keinget.

    ReplyDelete
  2. Senangnyaaa punya teman sepositif itu! Duh, kebayang, Ta, paniknya keluarga. Ada juga suami temanku di kereta itu, tapi udah turun duluan katanya, itu aja sempat ketiduran tapi dibangunin orang.

    ReplyDelete
  3. Wow... Kau ada di kereta itu... Pengalaman mendebarkan ya, Ta...

    Bersyukur kau tak apa2...

    ReplyDelete
  4. Wow... Kau ada di kereta itu... Pengalaman mendebarkan ya, Ta...

    Bersyukur kau tak apa2...

    ReplyDelete
  5. tataaaaaaaaaaaaaaaaa peluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuukkkkk

    tau gak sihhh
    1 org mau naik keretamu, tapi telat, jadilah naik pesawat subuh2 sabtu pagi
    2 org naik argo siang, sesudah argo yg menabrak keretamu
    ke3 makhluk itu ada di resepsi

    kalian semua dilindungi oleh tuhan atas niat baik kalian :)

    o iya ada lagi, 1 org membatalkan tiket kepergian argo siang gara2 berita ini..

    ReplyDelete
  6. Ah aku mau dong HPnya Aura KAsih.. Eh Aura positif... ketik reg spasi gak ya?

    ReplyDelete
  7. dan kurasa dengan tidak ceritanya aku di saat itu adalah pintar juga.. kalo ga kamyu pasti akan peyuk-peyuk akyu teyuuusss.. hihihi...

    *peluuuukkkk*

    peluk Maya dan Leila jugaaa...

    ReplyDelete
  8. balasannya dijamin langsung dari hape dia..

    ReplyDelete
  9. sungguh mantap usahamu Ta menulis sepanjang ini hanya untuk menunjukkan pada akhir tulisan kalau kamu pintar...kamu pintar Ta.!! #melipir

    ReplyDelete
  10. aku bingung musti baca pake nada apa komentar Ardi di atas.. :))

    ReplyDelete
  11. darah itu merah jenderal....
    *silet2 *

    ReplyDelete