Tuesday, August 4, 2009

Bagaimana Memberitahu tanpa Membuat Merasa Bersalah?

 

 

Adekku, yang berumur 3 bulan lewat 6 bulan itu, kalau sedang gemes atau sebel dia suka memukul Bapakku atau Mamasnya. Bahkan, kadang tanpa sebab, ketika bangun tidur dia suka langsung memukul kepala bapakku, kadang malah nendang kepala.

 

 

Walaupun kita tahu dia tidak bermaksud tidak sopan apalagi jahat, bahkan mungkin itu adalah ungkapan sayang dia, tapi kita tidak mau kebiasaan itu berkelanjutan. Maka, diadakanlah sesi nasihat kecil2an ke adekku oleh Ibuku.

 

 

Ibu: Dek… Dedek nggak boleh mukul atau nendang Bapak atau Mamas… Yah?

Dedek: Kenapa?

Ibu: Karena itu sama saja Dedek menyakiti Bapak dan Mamas. Kasihan kan?

Dedek: Ih... Bapak nggak kesakitan ko... Ya Pak, ya? (meminta dukungan ke korbannya)

 

 

Bapakku, dengan senyum salah tingkahnya nampak jelas bingungnya. Pengen mendukung Ibuku untuk menegakkan moral dengan mengatakan bahwa dia kesakitan, tapi resikonya adekku akan jadi sangat sediiiiihhhh... Kalau adekku sedih, dia akan tidur tengkurap dan terisak-isak. Ga tega deh lihatnya... Tapi kalo berkata sebaliknya, nampak nggak kompak dengan Ibuku sebagai sesama orang tua dunk... Image runtuh kan?

 

 

Akhirnya bapakku menarik adekku untuk dipeluk dan dicium kepalanya, ”Nggak apa-apa... Kan cuma maen-maen ya, Dek..?”. Bapakku emang ga tegaan orangnya...

 

 

Adekku merasa menang dalam ’sidang’ itu. ”Tuuuhhh...kaaaannn... Bapak nggak sakiiiittt...”. Sambil mukul dada bapakku. Bapakku tentu saja ketawa.

 

 

Ibuku tidak mau menyerah. Soalnya kalau parameter suatu ’kejahatan’ adalah si korban merasa terdzalimi, itu nggak bener banget. Sesi nasihat ditunda.

 

 

Ibu nggak mau Dedek bermental seperti koruptor”. Nah lho... Proyeksinya jauh bener kan? ^o^ Menurut pandangan kami, koruptor itu kan nilep uang yang merupakan hak rakyat. Misalnya korupsi uang penyediaan susu dan biskuit buat balita. Uang yang harusnya diwujudkan dalam bentuk susu dan biskuit, kemudian dibagikan gratis ke balita2 di seluruh Indonesia, tapi dimasukkan ke rekening dia. Korupsi kan itu? Tapi, apakah ibu2 yang berbalita itu tahu, sadar dan merasa bahwa hak mereka telah dirampas? Apakah mereka tau bahwa seharusnya gizi anaknya bisa lebih baik daripada *maaf* ASI apa adanya mereka? Sepertinya tidak, bukan? Jadi, wajar kan kalo koruptor itu santai2 saja berkorupsi ria? Karena mereka seperti adekku, tidak merasa bersalah karena korbannya tidak merasa terdzalimi.

 

 

Dikaitkan dengan pilpres yang masih bersengketa. KPU adalah perampas hak pilih dan dipilih atau bukan? Menilik fakta bahwa ada buanyak orang yang tidak masuk dalam DPT, tapi ada juga orang yang fine-fine aja mendapati dirinya tidak dapat mencontreng. 

 

 

 Aku juga nggak mau adekku seperti seorang kenalanku yang jarang beli tiket kereta. Dalihnya, ”Ga ketauan ini... Tokh PT KA ga berasa kan kalo cuma berkurang beberapa ribu rupiah dari jatah tiket gue?”.

 

Atau temennya temenku yang suka bawa pulang fasilitas kantor buat anaknya, ”Perusahaan kan kaya... Gua ambil segini kan ga ada artinya buat company”.

 

 

Atau seperti orang2 di kampung sebelah kampungku yang suka menebang pohon Perhutani untuk dijadikan bahan bakar kalo lagi ada yang punya hajat, ”Pohon mereka kan buanyak.. Yang kita ambil ini kan ibaratnya tusuk gigi buat mereka...”.

 

 

Ya...ya...ya...

 

 

Sekarang yang dipukul sama adekku adalah bapak dan mamasnya, yang jelas2 jauh lebih besar badannya. Ibarat kata, misal adekku mukul pake sapu pun, gak akan terasa bagi mereka, apalagi sakit. Tapi kan intinya bukan itu. Kalau paham adekku tidak diluruskan, kalo tar dia mukul temen maennya gimana? Atau tiba2 mukul orang yang lewat depan rumah gimana? Kalau sampe dia gedhe dan bertenaga trus dia masih suka mukul gimana?

 

 

Entah yang dipukul merasakan sakit atau tidak, faktanya adalah adekku telah dan suka memukul, dan itu tidak boleh. Cuma, cara menyampaikan ke adekku gimana, kita buntu. Aku sudah menangkap essensi dari yang dimaksud oleh ibuku, tapi aku pun tidak bisa membantu merumuskan kalimat yang sekiranya bisa dicerna oleh adekku.

 

 

Ada yang punya ide? Kalimat pelurusan yang sederhana. Sebagai informasi perumpamaan u get what u give ga mempan di dia. Pas dibilangin, “Kalo dedek dipukul Bapak mau nggak? Sakit nggak?”. Dia menjawab, “Bapak kan orang besaaaaarrr… Ga boleh mukul anak kecil tho yo…”

 

 

Ibuku bekata, “Menjadi orang tua di jaman sekarang tantangannya beda dan lebih berat.. Dulu pas Mbak Tata dan De’dika ga ada kasus begini...”

 

 

 

 Gimana tar di jamanku, Mak? ^o^

 

 

30 comments:

  1. Menurut pendapat gw, memukul kepalanya (asal jangan kelewat keras) hanya untuk memberi pelajaran tidak apa2x. Atau coba bilang sama Bokap dan Nyokap lo untuk kompak menyatakan bahwa yang adek lo lakukan menyakiti orang lain. Kalo perlu tegas dan ucapkan dengan nada marah yang sungguh2x. Ingat loh, anak kecil itu manipulatif. Sekali tahu bahwa tangisan mereka membuat orang iba, maka mereka akan selalu memakai hal itu sebagai senjata. Menurut gw, bersikap tegas itu perlu kok. Konsep demokrasi dalam mendidik anak jangan diterjemahkan sebagai "memberikan kebebasan tanpa aturan" kepada anak. Duh, maaf ya gw kesannya khotbah. Masalahnya gw sering banget melihat hal kayak gini di sekeliling gw dan gw sangat tidak setuju. Pendidikan yang keras tetap perlu ditegakkan selama itu untuk menghasilkan anak yang disiplin dan tahu sopan santun. Toh tidak perlu sampai menimbulkan KDRT terhadap anak kan ;) Cheers, ya ^^

    ReplyDelete
  2. setuju sama 2 point ini.
    1) bapak ibu musti kompak
    2) kalau si adik menangis jangan iba, anggap saja itu cuma cara dia berekspresi --> ini juga pelajaran, jgn sampai kebawa2 juga.. ntar dia klo pengen mengambil hati org pake nangis tengkurap gitu?

    ReplyDelete
  3. tambahan.. gak perlu merasa bersalah kalau memberitahu/menasehati anak, asalkan caranya gak pakai marah2/bete2/muka masam. kalau caranya baik2 kan jadi mengajarkan anak utk bersikap asertif juga. asertif tanpa harus gaya lagi perang. nanti2nya kalau dia dizhalimi org dan dia tidak suka, akan bersuara juga bukannya mikir "ah aku gpp ini, biar aja dia begitu".

    ReplyDelete
  4. Naaaahhh... Kompak itulah yang susah ada di keluarga kami kalau sudah menyangkut urusan adekku...

    Misalkan nih ya..bapakku sama ibuku dah kompak nyuekin dia yang sedang tengkurap dan terisak2... Tar Mamasnya yang menghampiri dan gendong dia, ditanya maunya apa...

    Atau misalkan sedang ada sesi nasihat buat dia, adekku itu kan jujur banget...apa yang ada di otak dia diungkapin... dan itu sering membuat ibuku mati gaya kan? Naaahh... Kadang entah aku entah sepupuku atau mamasnya suka kelepasan ketawa gitu... Habisnya kocak liat ibuku kalah 'debat'... ^o^

    Untuk masalah pukul memukul ini, sepertinya langkah pertama adalah meminta Bapak dan Mamas untuk bertampang tidak berkenan ketika dipukul. Soalnya slm ini kan dua korban itu seolah2 membolehkan adekku mukul...kadang akting kesakitan, trus adekku kegirangan, trs mukul lagi deh...


    Terimakasih semuaaaa.... Untuk Snerugochka dan Mbak onit....

    ReplyDelete
  5. Ikutan nyimak aja... sambil nyatetin sarannya.
    Memang sih ya, harus dari awal begini dituntun ke jalan yang benar, soalnya bakalan kebawa sampai nanti...

    ReplyDelete
  6. Wah, ga kebayang nih kalo udah dewasa pake masih nangis tengkurap agar permintaannya dipenuhi :))

    ReplyDelete
  7. Hmmm, susah juga ya kalo ga kompak. Jangan marah ya, tapi gw selalu menyamakan bahwa mendidik anak sama dengan mendidik hewan peliharaan (sekali lagi maaf kalo ga setuju dengan kata2x gw, tapi menurut gw memang ada benarnya kok). Hewan peliharaan kan harus dididik agar dia tau apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan. Misalnya ga boleh buang air di sembarang tempat. Apalagi kalo anjing, ga boleh cuma dipiara, dikasih makan, terus dibiarin tidur enak2x di rumah atau sekadar teman main kan. Dia juga harus bisa membela tuannya dan menjaga rumah. Kucing emang agak repot. Tapi ternyata kucing gw pernah bisa gw setrap (believe it or not!). So, rasa iba kayaknya ga selalu diperlukan deh kalo anak lagi bandel. Hehehe, maaf ya kalo sotoy. Gw belum punya anak. Tapi mungkin ketidaksukaan gw ama anak kecil membantu gw untuk ga gampang luluh ama tangisan mereka. Kyahahahahaha!!!

    ReplyDelete
  8. @ leila: kasih pendapat dunk... ^o^

    @ snegurochka: nah... ibuku jaman mudanya berpengalaman 'mendidik' 9 kucingnya. Mereka bisa disiplin makan dari tempat makan mereka sendiri2, ga saling ambil dan rebut... Dan bisa dibilang ibuku sudah bisa mendidik 2 anaknya, yaaa...hasilnya kayak akyu gini deh.. Hehehe... Nah, ni bungsu agak2 tantangan besar buat kami...

    Masalahnya kalo kita didik anjing dan kucing, ekspresi lah yang berperanan. Kalau kita nunjukin kita serius, mereka nurut. Dan biasanya nadanya tinggi, mata melebar. Betul kan?

    Kalo ama anak kecil... Pake kata2 kan? Dan interaktif. Dia bisa balikin semua omongan kitaaaaaa..... Dan misal nadanya sedikit ditinggiin, dia tengkurep dan sesenggukan... Hadoooohhh...

    Dan...yang terpenting...kita tidak ingin nampak seperti orang dewasa yang konvensional yang suka bentak2 anak... Kata Ibuku, "Itu jaman ibu kecil... Anak sekarang ga bisa dan ga jamannya lagi dididik dengan metode seperti itu..."

    ReplyDelete
  9. Wah, belum bisa kasih pendapat, masih amatir ^_^.
    Kalau mau yang lebih memuaskan ke yang suka nulis soal parenting tuh, kayak Mbak Dina Sulaeman (ID-nya bundakirana) atau Mbak Meidya Derni (derni).

    ReplyDelete
  10. yoiii..
    jaman skrg anak diajak ngobrol aja.. biarpun jawaban dia bikin matigaya hihihi.. jadi ortu musti pinter =D

    [buku bagus: children are from heaven, by john gray]

    ReplyDelete
  11. ehmm..ehmm

    *siap-siap ngomong sambil ngerasa expert krn punya adek 3*

    ngebilangin anak kecil mang musti sabaaaarrrr banget,, nah itu kan sesuatu yg aku nggak punya ya *nggak ngeliat ke mata Tata* makanya biasanya aku pake sikap 'TEGA(S)' Beda tipis sih antara tega ma tegas,, cuma aku akan bilang tegas karena itu salah satu cara buat bikin dia disiplin. Si anak musti tau siapa yang 'in charge' dalam hidupnya dia (sekarang).

    Kalo buat kasus diatas, ehmm,, mungkin mak-mu bs bikin aturan di antara aturan yg sudah ada, contohnya:
    - tidak boleh memukul
    - tidak boleh nonton TV setelah jam 9 malam , etc...

    terus juga kalo negur, pake intonasi yang 'nggak-mau-dibantah' gitu deh,,

    Dan sabar aja buat mengulang-ngulang seperti kaset rusak yang isinya bilang kalo mukul itu nggak baik,,,

    Kalo memang nggak bisa dibilangin juga, di pukul (tapi jgn kepala!!! aku gak setuju ma sneguroucka), ato dibentak juga wajar, cuma buat nunjukin kalo larangan itu serius.. kalo dia ngambek ya cuekin aja *ratu- tega.com* Demi kebaikan adekmu nantinya,,

    Metode ngebentak masih mujarab kok, apalagi tambahin hukuman di kurung di kamar mandi *ini serius lho!! hukuman ini berlaku di keluargaku,,* he..he..

    Goodluck buat Mak-mu deh, Ta,,,

    ReplyDelete
  12. ta, gimana kalo sudut pandangnya diubah bukan ke soal sakit menyakiti.. tapi kearah sopan ga sopan, dan etis ga etis.... misalnya dengan contoh cerita-cerita luhur yang menggambarkan hubungan harmonis yang tetap menjaga sopan-santun dan etika yang muda kepada yang tua tanpa mengurangi nilai keakraban... cerita nabi-nabi mungkin, atau cerita yang lain.... karena kebiasaan yg kelihatannya sepel itu kalo dibiarkan takutnya akan kebawa kepergaulan, misalnya dedek merasa ke bpk dan mamasnya tidak masalah, dia bisa saja tanpa sengaja begitu ke temennya, padahal kepala itu adalah mustoko... mahkota yang ga boleh dijamah sembarang orang.... dedek pasti bisa menerima pengertian-pengertian seperti itu, sama ketika dgn hebat menganalisa lagu kepompong dulu.... just try... and good luck !

    ReplyDelete
  13. "and when is it?" tanya Mak -nya Tata :))))

    ReplyDelete
  14. Iya, gw jg setuju. Baru sadar kalo mukul di kepala itu kasar banget (ketahuan kecilnya gw suka gebukin kepala orang ya, bwahahaha!). Pukul paha atau pantat ga pa2x kali. Kucing gw juga gw pukul pahanya kalo bandel ga ketulungan

    ReplyDelete
  15. betul, yg begini2 gak menyakitkan tapi bikin efek yg serius ke si anak. jadi dia ngeh kalo itu serius.

    temenku ada yg nyoba nyetrap anaknya (kayak kita jaman kecil disuruh berdiri di pojok kelas kalo bandel). nah si anak juga disuruh berdiri di pojokan ruangan. si anak sih nurut. berdiri di situ. kadang2 sambil murung, kadang sambil ketawa ketiwi gak jelas haha

    ReplyDelete
  16. Hwuaaaaa....

    1. Adekku 3,5 tahun umurnya. walaupun nakaaaaall dan berkarakter mau menangan, tapi kadang pinteeeerrrr...dan lucuuuu... Sumpa ga tega kalo musti bentak apalagi mukul...

    2. Kunci di kamar mandi? Lha? Emang itu hobi diaaaaa.... Kalo lagi kesel, dia ke kamar mandi, pintu dibanting trus maen2 air ampe puas... Ada satu lagi kebiasaan dia kalo lagi kesel, tapi kalo ku kasih tahu, pasti kaget semua... Aku aja serem... ^^

    3. Hukuman 'tidak boleh X atau Y'. Dia tuh skeptis banget. Semua ditanya kenapa, dan kl jawabannya ga memuaskan dia, ya ga dia terima...yg ada dia gregetan doank... Mati gaya deh kita-nya...

    4. Nada tegas. Jujur, kita takut jadi nampak galak... Hehehe...

    5. Kisah2 teladan. Siapa yg bisa dongeng ke dia yah? Mari belajaaaarrr...

    Terimakasih semuaaaa....

    ReplyDelete
  17. Untung ku ngomongnya dalam hati... Kalo ga, beneran tuh ada pertanyaan itu... ^^

    ReplyDelete
  18. laporin ke pecinta hewan aaaaahhhh...

    ReplyDelete
  19. Kalo aku, pasti sambil tidur.. Hahaha...

    ReplyDelete
  20. Kalo dia tanya "Kenapa Adek dihukum?" jawab aja "Kenapa tidak? I'm your mother and because I said so." :)) Ga membantu yah :)) Tapi kadang-kadang kesotoy-an harus dibalas dengan kesotoy-an juga. Just show who's in charge.

    ReplyDelete
  21. Tar adekku jawab, "Jangan sok Diane Keaton deh...". Hohoho...

    ReplyDelete
  22. cara terakhir : minta Mak-mu banyak-banyak tahajud deh ta,, :D

    *peace, Mak!!!*

    ReplyDelete
  23. Balesnya: "Masuk kamar dan jangan keluar sampai Mama bolehin" :)) Buset, adek lo keren banget ya :O Calon pemain badminton ya? Smash kata-kata orang melulu

    ReplyDelete
  24. @ Miya: kopeng kan dingiiiiiiinnn...

    @ Snegurochka: entah dia mau jadi apa... pokoknya bikin mati gaya dah..

    ReplyDelete
  25. Tahajud kan dini hariiiii.... Musti wudhu dulu, itu kan pake aeeeeeeerrrrr.... Dingiiiiiiin!

    ReplyDelete
  26. oohhh,,,

    *ngangguk-ngangguk maklum ke Tata*

    ReplyDelete
  27. Kamu memang mengerti aku Mi'... Mwah!

    ReplyDelete
  28. kalo ibu di rumah kalo adik melakukan hal yg tdk menyenangkan, misalnya dia ganggu temannya, ibu biasanya sblm memberi nasihat suka nanya dulu ke adik , "kalo adik diganggu orang adik senang nggak?", jadi membiarkan dia merasa ada di posisi orang.
    tapi ya lagi2 tergantung karakter anak ya mbak Ta, yg pasti everychild is special ^_^

    ReplyDelete
  29. Betul Anda... tiap anak itu punya karakter masing2.. mari kita saling sharing...

    ReplyDelete