Thursday, August 6, 2009

Kekasih yang obsesif dan eksibisionis

 

 

Bulan lalu aku hadir sebagai tamu tak diundang di suatu acara yang diadakan oleh komunitas tertentu. Bukan masalah menjadi ‘orang asing’ yang ingin kuceritakan, walaupun itu juga membuatku berasa agak gimana, tapi tentang hal menarik yang kualami di sana.

 

 

Acara itu diadakan oleh Perhimpunan Jiwa Sehat, suatu LSM yang concern pada hal kesehatan jiwa. Topik yang dibahas pada pertemuan hari itu adalah tentang schizophrenia. Itu yang membuatku tertarik untuk datang. Dalam bayanganku aku akan menghadiri suatu seminar tentang schizophrenia. Aku datang, duduk di antara orang-orang, dengerin ilmu yang diberikan oleh para professor.

 

 

Ternyata konsep acaranya tidak seperti itu. Melainkan presentasi dari 1 profesor tentang schizophrenia, dilanjutkan oleh seorang perawat tentang bagaimana menangani pasien schizophrenia. Jumlah pesertanya tidak lebih dari 40 orang. Susunan tempat duduknya bukan panggung dan deretan kursi-kursi, tapi konferensi meja bundar. Jadi, konsepnya bukan seminar melainkan sharing. Dan formasi meja bundar adalah sangat pas untuk sharing, karena tiap orang dapat saling tatap muka dan memperhatikan.

 

 

Aku duduk di dekat pintu, karena aku datang pas waktu, jadi pilihan bangku tidak ada lagi. Tapi dimanapun duduk akan sama saja karena semua mata dapat saling memandang, tidak ada tempat untuk sembunyi.

 

Di sebelah kiriku adalah seorang ibu yang sudah lanjut, putrinya sakit schizophrenia sudah lebih dari 10 tahun. Sebelah kananku adalah Nurul temanku, di sebelah kanannya seorang bapak dari Banten dan putranya yang schizophrenia.

 

 

Acara pertama adalah perkenalan, dimulai dari sebelah kiri moderator. ”Nama saya Lilik, saya sudah 10 tahun schizophren”. Begitu dia berkata. Aku langsung pyas. Aku kagum pada beliau yang dengan berani dan tanpa ragu berkata bahwa dia sakit. Kemudian ibu moderator memperkenalkan lebih lanjut tentang Pak Liliek ini. Habis itu ada ibu2 pengelola Panti untuk schizphren dari Jogja.

 

 

Orang ketiga mengenalkan diri dengan cara yang sama dengan yang pertama, ”Saya Budi. Saya schizopren sejak 8 tahun lalu”. Seorang anak muda, laki-laki, ceria, juga ramah. Ibu moderator mengenalkan bahwa dia pernah kursus penyiar radio, kuliahnya dulu di teknik informatika, dan kegiatan dia sekarang apa aja. Wow deh.. Kagum dan salut...

 

 

Lelaki berikutnya. Cukup eye catching buatku, karena nampak misterius. Pendiam dan sepertinya pengamat. Dia mengenalkan dirinya dengan datar, ”Nama saya Banu, sudah 5 tahun schizophren”. Kami duduk berseberangan, aku menatap dia tanpa halangan. Pas dia selesai mengenalkan diri, aku langsung tersenyum. ”Baiklah. Dicatat. Namanya Banu”, kataku dalam hati.

 

 

Moderator langsung menyambung, ”Banu ini film maker lho...”. Langsung deh senyumku makin sumringah. "Dia ini pembuat film dokumenter. Masuk Eagle Award lho...“, si moderator makin promosi, dan aku makin sumringah dan tepuk tangan tiada henti. "Yak. Pas coffe break musti kusamperin“.

 

 

Sepanjang acara ku selalu berusaha curi pandang ke dia.  Tapi ternyata sharing nya lebih menyedot perhatianku, sehingga tiba-tiba saja tanpa kusadari, si Banu sudah tidak ada di tempatnya. Tak apa-apa... Pokoknya nanti pas coffe break, kusamperin! Hohoho...

 

 

Akhirnya saat coffee break yang kunanti tiba juga. Langsung ku keluar ruangan dan mencarinya. Tapi dia tak kutemukan.

 

 

Akhirnya coffee break selesai. Acara dilanjutkan. Si Banu kadang ada, kadang keluar.Di bangku sebelah dia ada seorang wanita muda, dan dia selalu di sana, di depan mataku. Dan somehow aku merasa dia mau show off gitu ke aku. Aku berpikir, emang aku keliatan banget yah ngeces ama si Banu? Jadi, tiap Banu masuk, si cewek narikin bangku buat Banu. Trus bisik2 di kuping gitu. Hwuaaaa.... Aku cemburu!

 

 

Pas istirahat makan siang, aku ngobrol sama mbak2 yang suaminya schizophren. Kemudian ada ibu2 yang bergabung. Dia bilang, ”Suaminya yang sakit? Gapapa... Itu tadi si Banu, pacarnya juga normal ko.. jurnalis pula”. Jger!! Jadi mereka pacaran?! Banu dan wanita di sebelahnya yang memperkenalkan diri sebagai seorang reporter dan simpatisan schizophren itu? Aku makin panas.

 

 

Dan pas aku mau ambil minum, aku melihat pemandangan katro! Oh my...oh my... Si Banu sedang duduk nyender ga semangat di sofa. Trus ada sesuatu yang nempel di badan dia, yaitu seekor WANITA. Kurang ajiar! Mereka bermesraan di sofa! Kulihatin lagi, cewek itu adalah cewek ituuuuu...!!! Yang bilang dia adalah simpatisan schizophrenia. Woii!! Simpatisan sih simpatisan, tapi jangan nempel2 gitu dunk! Itu kan ku tekin!

 

 

Beneran aku eneg sama cewek itu. Apalagi pas dia mengajukan pertanyaan yang menurutku ga penting banget, melainkan cuma pamer kedekatan dia sama si Banu. Huhuh!

 

 

Buat para kekasih, jangan segitunya mengumbar kemesraan dunk... Jagalah perasaan kami-kami yang sedang mencari gebetan ini... Hohoho...

 

14 comments:

  1. haha lucuuu.. makanya aku suka baca2 tulisan2mu..
    yah begitulah ta.. banyak manusia yg gak sadar begituan..

    sempet dibahas sama temen "males jalan sama temen yg lagi pacaran, krn trus ntar nempel aja dan gw jadi nyamuk" trus banding2in dgn diri sendiri "wkt gw sama pacar dulu, ada temen jomblo ya gw gak show off lah, jaga perasaan dia." --> kamu bakal begini gak? ;))

    ReplyDelete
  2. @ Ka lien: Yak! Semangat!

    @ mba onit: yg bikin aku ga ngerti lagi, si Mak-nya Banu tuh ada di situ juga lhoh.. Mereka berkasih2an dan bermesraan dengan kedok simpati schizophren... Ooopss...suudzon... ^o^ Semoga kita terhindarkan dari tindakan eksibisionis seperti itu.. Amin..

    @ snegurochka: oiyah! harusnya aku ngomong gituuuuu....

    ReplyDelete
  3. Ralat: perkumpulan jiwa sehat-bkn perhimpunan ;-)

    ReplyDelete
  4. Yaelah... Kan 'P' juga Rul kalo disingkat.... Hohoho...

    ReplyDelete
  5. Ralat: tnyata beneran km ta! Wakakakak *sotoy mode: on* :-*

    ReplyDelete
  6. Kamu emang begitu, Rul... Ga kapok sama tragedi Ibu Eci... Hohoho...

    ReplyDelete
  7. pacarnya banu "seekor"?? woalah kebayang deh hehee
    kalo pacarnya aja seekor, berarti banunya seekor kucing yah?? becanda, nanti mbak tata kecengannya disbt kucing :D

    ReplyDelete
  8. Kamu mau satu Ta? cari aja di RS jiwa.. banyak kok...

    ReplyDelete
  9. @ Anda: habisnya ku BT ma tuh cewek... kusebut seekor ajah... Hohoho...

    @ Jo: ku ga mau satu! ku maunya Banuuuuuuu....

    ReplyDelete
  10. menarik, slm knal yua smuana.. call me Jon..

    ReplyDelete
  11. menarik, slm knal yua smuana., ak Jon..

    ReplyDelete