Sunday, December 21, 2008

3 Doa 3 Cinta_too much...

Rating:★★
Category:Movies
Genre: Drama
http://www.3doa3cinta.com/home.html

Bingung aku mau nyritain tentang film ini...

Kagum sama yang buat setting film nya. Rumah gedheg nya keren abis, real banget. Ku jadi inget kampung halaman... (jadi inget jaman aku kecil, karena garuk2 dinding gedheg, ada serat bambu yang menelusup ke kuku-ku). Tempat wudhu dengan noda2 kuning di sekitar kran (kran nya pun keren: lubang di dinding disumpel pake irisan sendal jepit!). hwuaaaa....berasa banget pedesaan nya deh!

Kagum sama Niko yang bisa ngomong jawa sebegitu luwesnya. Nada, timing, ekspresi, tarikan dan semuanya jawa banget! Ga keliatan maksa. Pokoknya natural banget. Beda sama Dian Sastro yang nampak dan terdengar maksa. Cuma dapet medhok nya, itu pun kadang masih ada kata2 yang tidak mungkin org jawa mengucapkan nya seperti itu. Denger Dian ngomong langsung keinget Ria Irawan di Berbagi Suami. Sama persis.

Kagum sama Dian Sastro yang bisa goyang dangdut pinggiran. Walaupun kadang ga pas sama iramanya. Tapi dapet lah goyang nya... Walaupun ga sesadis penyanyi dangdut pinggiran beneran, tapi usaha dia pake rok super mini trus goyang pinggul sambil agak membuka kaki dan merendah, patut untuk dihargai...

Kagum sama Nurman Hakim yang berani memunculkan isu homosexual di dalam pesantren. Yang kutau, fenomena itu adalah fenomena yang jamak tapi gaib. Para Kyai tau, tapi tidak ada tindakan untuk mengatasi, membicarakannya pun tidak. Berbeda halnya jika yang pacaran itu berbeda jenis kelamin, woooo...hukuman siap menanti. Jadi, salut untuk Nurman Hakim dengan dimunculkannya scene ini

Kagum sama Djaduk Ferianto yang udah kasih sound effects yang pas. Garis besarnya adalah shalawat, tapi ngena banget. Apalagi pas di opening nya. Deg2an nya Niko yang diwakili oleh suara gendang shalawat, wuuuu...jd ikut deg2an!

Kagum sama SCTV, Polytron dan Kijang yang bisa ngiklan tapi cantik. Bisaaaaaa...ajah!


Naahhh....selain kekaguman, ku juga punya yang sebaliknya...

Sayang ceritanya kurang jelas. Kurang greget. Benang merah 3 doanya yg mana dan bagaimana nasibnya, 3 cintanya juga mana ga jelas.

Sayang terlalu fokus pada menampilkan sisi-sisi kehidupan di dalam pesantren. Jadinya cerita yang kurang jelas, jadi makin ga jelas. Karena jalannya laaaammmmaaaaa buanget. Film dah jalan 1 jam lebih tapi masih ga keraba arahnya kemana, klimaksnya ga berasa. Ibarat masak, bahan utamanya ada, mau dimasak jadi apanya belum jelas, tapi bumbunya kebanyakan. Wajar dunk kalau yang makan jadi bingung... Tapi mengingat ini adalah film pertama dia, jadi maklum deh jika begitu buanyak ’bumbu’ yang ingin dia sampaikan... sampai2 lupa sebenernya mau nyritain ttg apaan...^^

Sayang yang dikasih liat cuma kehidupan pondok pesantren cowok, ga ada ceweknya. Bakal lebih seru tuuuu...lebih punya taste!

Sayang awal yang udah sangat menarik dibiarkan berlarut2 dengan bumbu2 yang membuat ketawa sampe nangis, tapi jadi buyar critanya. Sepanjang film ini celetukan2 muncul dari segala sisi bangku penonton. Makin rame suasana bioskopnya, makin ilanglah ceritanya. Penonton ga bisa diem deh..

ummmhhh....

Jadi intinya begini: untuk per scene, film ini sempurna. Tapi untuk keseluruhan, belum.

Tetap semangat ya Bung Nurman!



11 comments:

  1. Catet ya: on my own opinion. Hehehe...

    Tontonlah dan berbagilah opini.... ^o^

    ReplyDelete
  2. Kurang suka dengan desain poster (terutama tulisan arab di dindingnya, serasa terlalu di islam-islamkan) dan judulnya aneh, kayak lagi poligami...
    tapi ceritanya mungkin lumayan..
    3 doa 3 cinta

    3 bintang aku kasih dah..

    ReplyDelete
  3. Tontonlah... Maka km akan tau bahwa poligami emang salah satu isu yang diangkat, bahwa tokoh sentralnya 3 orang (mereka semua punya keinginan dan kisah cinta, jadi judulnya 3 Doa 3 Cinta, 3 Wishes 3 Loves), dan bahwa ini emang film islami.

    Tulisan Arab di dinding itu adalah representatif dari 'doa' mereka bertiga. Mereka selalu nulis doa dan harapan mereka di satu dinding di pojok sekolah. Dan karena mereka anak Pondok Pesantren plus sekolah di Madrasah Aliyah, jd mereka nulisnya dlm bahasa Arab. Begitu... Jadi posternya cuma mencuplik scene dr film nya, biar representatif, biar org bisa ngebayangin mau nonton apa. Sama dengan poster2 film lain...


    *lho ko aku jadi tim pembela yah?*

    ReplyDelete
  4. Aku dah nonton Pak... Kalau mau ngajakin, gini aja... Kamu nonton film ini di studio 1, aku nonton Merem Melek di Studio lainnya.. Gmn? ^o^

    ReplyDelete
  5. .
    Kritikan Film 3 Cinta 3 Doa
    ---------------------------------------

    Sekarang ini film 3 Cinta 3 Doa sedang diputar resmi di Bioskop seluruh Indonesia.Film ini dibintangi oleh DianSastro, Nicholas Sahputra dan Jajang C Noer.
    Film ini menceritakan tentang kehidupan pesantren di Jawa. Film ini menceritakan 3 orang laki - laki santri dua orang yang berpikir progresif dan satu orang lagi sangat konservatif. Si tokoh konservatif sibuk dengan simbol - simbol agama. Sampai dia sendiri mau menjadi seorang yang akan melakukan bom bunuh diri. Karena kemiskinan yang mendera dan kebencian terhadap kelompok jahudi (amerika). Walaupun akhirnya sadar bahwa ternyata tindakannya salah.
    Sedang dua orang teman nya yang lain, sangat moderat dan memahami Islam dengan kontekstual. Tidak sibuk dengan simbol tetapi berjalan seperti biasa saja. Seperti mau mendengarkan musik dangdut sampai mau nonton dangdutan diluar pesantren. Padahal didalam pesantren sangat dilarang mendengarkan musik - musik dangdut. Karena di anggap haram.Film ini berhasil mengkritik pemahaman - pemahaman islam yang sangat kolot dan tekstual.
    Termasuk film ini juga berhasil memberikan pesan bahwa Poligami adalah sesuatu yang sangat menyengsarakan perempuan. Film ini berhasil menampilkan bahwa Islam sangat progresif dan anti kekerasan.
    Dibalik pesan hal yang baik dari film ini, tetapi ada hal yang menurut saya lagi - lagi suatu yang sangat disayangkan. Kalau bisa aku katakan mungkin kekurangan dari film ini.
    Film ini mencoba menampilkan ada nya kehidupan kelompok gay di Pesantren. Yang mungkin biasa disebut dengan Mairil (homoseksual dalam pesantren di Jawa). Film ini menampilkan bahwa seorang guru pesantren juga ada yang gay. Dan ada menjalin "hubungan" dengan santrinya.
    Sayangnya film tidak berhasil menampilkan sosok gay yang lebih positif. Dalam film ini seorang gay melakukan pemaksaan hubungan sex dengan santrinya. Jadi film ini menampilkan seorang gay yang melakukan pelecehan seksual kepada santri laki - laki nya. Sampai santri laki - laki nya shock dan kecewa sekali.
    Selain itu seorang gay itu ditampilkan dengan sikap yang cerewet dengan sikap tidak baik.
    Film ini lupa bahwa budaya mairil di Pesantren memang ada, dan banyak yang melakukan hubungan suka sama suka. Kalaupun mungkin ada yang melakukan pelecehan tetapi saya pikir tidak sedikit juga santri laki - laki melakukan pelecehan santri perempuan.
    Seperti dalam film ini juga ada adegan santri laki - laki tukang mengintai perempuan dan mengintip kyai nya yang sedang berhubungan badan.
    Jadi sekali saya katakan sayang sekali dan kurang bijaksana pembuat film ini dalam mengangkat isu gay. Saya yakin pembuat film ini sangat progresif dalam berpikir. Tapi kurang banyak berpihak pada keberadaan hak - hak kelompok gay di Indonesia.Ataupun mungkin pembuat film ini kurang berani mengangkat isu gay dalam konteks yang positif. Mungkin takut akan dapat reaksi dari kelompok Islam garis keras, hehehe. Padahal film ini sudah berani menampilkan kebodohan polisi yang menangkap santri dan Kyai yang tidak bersalah.

    Tapi secara umum film ini bagus dan pesannya sangat sampai.
    Selamat juga ama Jajang C Noer yang memerankan seorang mucikari. Yang aku pikir bagus. Salut buat Jajang ya.Tapi Jajang kalau ada film maker mau buat film yang ada cerita dan tokoh gay nya, mungkin saran saya. Bagaimana dapat benar - benar konsultasi dengan para gay. Karena akan baik untuk gerakan hak - hak gay kedepan. Karena aku yakin Jajang sangat berpihak pada perjuangan hak - hak gay untuk dapat dihargai sebagai warga negara yang sama.

    Wasalam
    (dr milis mediacare)
    .

    ReplyDelete
  6. Wiiiii.... Ko km bisa nemu begituan siii?? ^o^

    Beda mata beda ilmu maka beda jugalah ya interpretasi...

    Catetanku ini:
    1. "film ini juga berhasil memberikan pesan bahwa Poligami adalah sesuatu yang sangat menyengsarakan perempuan"
    ===> Menurutku malah enggak. Yang nampak sengsara hanya istri pak kyai yang justru tidak dipoligami. Dia mencoba untuk berempati kepada nasib istri2 kyai lain (dengan berkata bahwa kyai itu tidak memikirkan perasaan istrinya, sambil berlinangan air mata). Padahal istri2 yang dimaksud asoy geboy aja dipoligami...buktinya ke3 istri mau mendampingi suaminya di pelaminan perkawinan ke-4 suaminya... ^o^

    2. "Film ini lupa bahwa budaya mairil di Pesantren memang ada, dan banyak yang melakukan hubungan suka sama suka. Kalaupun mungkin ada yang melakukan pelecehan tetapi saya pikir tidak sedikit juga santri laki - laki melakukan pelecehan santri perempuan.
    "
    ===> waduh...ku baru denger 'mairil' pertama kali ni! Ilmuku bertambah!
    Ku sepakat dengan pernyataan ini. Di film ini tuh beneran kisahnya cuma tentang 3 orang itu. Yang laen ga kebagian porsi..apalagi kisah mairil...apalagi kisah kasih dengan wanita, emang ga mungkin nampak. Tapi keberanian nampilin itu, walau pemaksaan, lumayan dunk... ^^

    Untung judul film nya diganti jadi 3 Doa 3 Cinta...kalau tetep Pesantren seperti rencana awal, pasti akan lebih banyaaaaaaakkkkk lagi kritikan yang muncul...

    ReplyDelete
  7. ntah kenapa ya, gue suka sama ini film low (yang mana adalah film terbaik jiffest tahun ini... wkwkwkwk) karena kalo ditonton, pesannya masuk banget... hahaha


    dan ini pertama kali gue ilfil sama nicho. bukan karena aktingnya jelk, saking bagusnya, dia begitu meyakinkan jadi anak pesantren, membuat gue berkali2 bilang : puh-leeze...

    ReplyDelete
  8. Chandra...chandra... Sama kayak aku yg ga suka Heartbreak.com karena nampar aku banget dan membuatku jadi mewek semaleman, trus mimpi buruk... Hahaha...

    ReplyDelete
  9. hahahahah kadang kalo filmnya kayak curhatan jadi gak suka... padahal sebenernya bagus banget

    ReplyDelete