Monday, May 5, 2008

Terima Kasih [gundik]

Kurasakan adanya perbedaan [dan perubahan]. Sekian lama kita bersama kau tak pernah berlaku seperti ini. Semakin waktu berjalan, semakin nyata [semakin kurasakan]. Aku tidaklah mati rasa. Aku juga tidak buta ataupun tuli. Bahkan bibirku pun bisa menangkap perbedaan dirimu.

 

Kucoba telusuri awal dan asalnya. Awal dan asal sorot lain dari matamu, pelukan dan rengkuhan yang berbeda, sentuhan dan sensasi baru yang kau berikan. Sssttt... Janganlah kau ajukan penyangkalan. Ku katakan padamu: Aku sangat merasakannya, semuanya begitu kentara [di pagi hari saat ku pulang dari masuk kerja malam]

 

Kukupas lapis demi lapis memoriku [berharap temukan awal dan asal laku barumu]. Tapi tak kutemukan jejaknya. Adakah asalnya dariku? Oh, ku tak berani menerkanya [pun menanyakannya padamu].

 

Ku cinta kamu. Kuulang: kami cinta kamu. Dan perubahan dan perbedaanmu membuat kami lebih cinta kamu [seperti halnya cintamu yang kurasakan membesar untuk kami]

 

Aku bersyukur, kau tidak saja memberi perhatian lebih. Tapi kau juga seolah menjadi suami dan ayah baru, yang terasa begitu hidup untuk kami [dan tentu saja jauh lebih bergairah].

 

Thank you and I love you!

5 comments:

  1. Yak, semoga ini menjadi seri Gundik yang terakhir. Menarik untuk dibaca, namun getir untuk dirasakan. You don’t have to be Mayang Sari or Camelia Parker Bowles to be a Gundik. Siapapun bisa. Jadi, waspada dan berhati-hatilah [pintu pergundikan bisa dengan sangat begitu mudah terbuka]. ^o^

    ReplyDelete
  2. yah...terusin lagi dong Ta ceritanya... ^_^

    ReplyDelete
  3. berakhirkah ????
    Dueh Non,
    saya pikir bisa lebih dibuat dramatis lho....
    ok,
    ditunggu karya selanjutnya
    :)

    ReplyDelete
  4. Dengan pertimbangan riset yang cukup membahayakan, maka tema gundik dihentikan dan tidak akan diperpanjang, apalagi didramatisasi =)

    ReplyDelete
  5. yah....
    bener - bener the end ya !!!!!
    :P

    ReplyDelete