Wednesday, May 20, 2009

Alam Bersekongkol "Melawanku"

Ceritanya aku sedang berdebat kusir dengan seseorang, sebut saja namanya Budi. Awal masalahnya sebenarnya tidak jelas, tapi pokoknya aku kesal dan memancing kekesalannya juga. Kami saling adu SMS. Kesal vs kesal.


Adu SMS dimulai dari ba'da Ashar. Sampai aku sholat maghrib masih berlangsung. HP ku taro di depanku agar aku tidak ketinggalan SMS balasannya. Dan benar saja, ketika aku masuk rakaat 2, HP berbunyi menandakan SMS masuk. Kupercepat sholatku dan begitu salam langsung kuraih HPku dan kubaca. Kulipat mukena dengan cepat, tanpa basa-basi ke Tuhan dulu aku langsung keluarldari musholla. Ku jalan ke mejaku, mematikan komputer dan siap-siap untuk pulang.


Aku pulang bersama dengan teman, Grettel namanya. Sambil menunggu dia beres-beres aku mengetik SMS balasan. Kuusahakan sesadis mungkin, namanya juga debat kan ga mau kalah. Setelah terkirim, HP tetap kupegang. Saat aku mau keluar dari kantor, balasan dari dia datang. Sambil menunggu lift, kubalas lagi. Begitu terus hingga saat aku menyeberang jalan, lari2 mengejar Metromini yang kunaiki tidak sampai satu menit untuk mencapai stasiun.


Ternyata ketika aku dan Grettel sampai di stasiun, keretanya sudah mau masuk. Maka berlari-larilah kami dan naik di gerbong terdekat, gerbong satu. Semua bangku sudah terisi, beberapa orang berdiri dan cukup banyak yang duduk di lantai beralaskan koran atau menggunakan bangku kecil yang dibawa sendiri. Biasanya kalau di satu gerbong penuh, kemungkinan di gerbong lainnya masih ada bangku kosong. Maka bergeraklah aku dan Grettel ke gerbong 2. Ternyata sama saja. Maka aku memutuskan untuk tidak bergerak lagi. Aku tidak terobsesi untuk duduk.


Aku mengajak Grettel untuk berdiri di dekat pintu pertama gerbong kedua (pada satu gerbong ada 4 pintu). Aku berdiri dengan HP di tangan dalam posisi siap mengirimkan balasan SMS kepada si Budi. Tapi Grettel mengajakku ke dekat pintu kedua. Walaupun aku berpikir apalah guna, tapi karena aku tidak mau terganggu konsentrasi dalam menyusun SMS, maka aku menurut saja. Bergeraklah kami ke pintu kedua.


Di sana, sudah ada 2 orang lelaki yang duduk di lantai beralaskan koran dan menyender di pintu. Satu lelaki di ujung sini, satunya di sana. Seperti yang pernah kubilang, manusia asing cenderung untuk saling berjauhan di angkutan umum. Lelaki A menawarkan korannya untuk kami, dan kubilang "Bawa ko... Makasi..." Dan Grettel meminta koranku untuk digelar. Karena aku sibuk dengan mengetik SMS, maka aku hanya memutar badan dan menyuruh Grettel mengambilnya sendiri. Hari Rabu, KOMPAS banyak halamannya.


"Yang iklan aja Gret..."

Maka Grettel memilih bendel Klasika untuk digelar. Tapi kemudian aku berpikir bahwa jadwal film kan di situ.


"Eh... Yang Inspiratorial aja dink..."

Grettel menukar bendel korannya. Dan lagi-lagi aku berpikir, "Itu kan belum kubaca. Sedangkan jadwal film kan besok bakal ada lagi".


"Eh...iklan dink..."

Dan digelarlah KOMPAS hari ini bagian Klasika.


Ternyata lelaki A sudah menggelar korannya terlebih dahulu. In the spirit of menghargai, maka duduklah aku di koran itu, di samping dia persis. Grettel duduk di depanku.


Dan mulailah 'drama' yang skenarionya sudah dibuat oleh alam.


Lelaki A: Kerja dimana. Mbak?
Tata: BNI. (tanpa mengalihkan pandangan dari layar HP. Namun sesaat kemudian aku menyesal telah bertindak tidak sopan. Tokh dia ga annoying banget. Hargailah usaha dia)
Tata: Wisma BNI.
Lelaki A: Wisma BNI itu yang gedhe yah?
Tata: Iya...yang lebih tinggi.
Lelaki A: Denger2 itu gedung paling tinggi di Jakarta ya?
Tata: Enggak... Nomor 2.
Lelaki A: Nomor satunya mana?
Tata: Ummhhh... Aku lupa, tapi yg pasti Wisma BNI nomer 2.
Lelaki A: Masa si? Mang ada lagi yang lebih tinggi?
Entah gimana aku tidak merasa dia annoying. Aku menjawab semua pertanyaan dia dengan senyum, karena dalam otakku melintas running text "Oh my...Akhirnya ada orang yang ngajak ngobrol di kereta dengan cara yang enggak malesin". Dan atas pertanyaannya aku menjawab
Tata: Monas! ^o^
Lelaki 1: Ah mbak ini...


Diam sesaat.


Lelaki A: Oh brarti yang di Wisma BNI itu bukan semuanya BNI ya Mbak?
Tata:Enggak... BNI cuma beberapa lantai.
Lelaki A: Mbak di BUMN?
Tata: Bukan.
Lelaki A: Brarti swasta ya?
Tata: Heeh.
Lelaki A: Bidang apa Mbak?
Tata: Farmasi.
Lelaki A: Oh...brarti obat2an ya?
Tata: Betul.


Aku masih dalam kapasitas menjawab singkat2 karena aku masih berkutat dengan debat via SMS. Dan kulihat dia juga memegang HP, ber-facebook ria. Grettel sok membaca koran yang disodorkan oleh lelaki itu.


Pertanyaan-pertanyaan dia berikutnya adalah tebak-tebakan nama perusahaanku. Kubilang tebak-tebakan karena dia bertanya bukan apa namanya, tapi dimulai dari lokal atau PMA, Eropa atau Amerika, kemudian negaranya, dst hingga komoditasnya.


Dan tibalah dia di pertanyaan, "Sudah punya anak, Mbak?". Dan aku tertawa. Grettel menyahut, "Dia single mas...".


Lelaki A: Saya bertanya sudah punya anak atau belum karena di Facebook saya tergabung di komunitas ini.. (dia menunjukkan layar HP-nya dan nampaklah tulisan "Hypnobirth")
Lelaki A: Mbak tau?
Tata: Oh ituuuu... Metode nglahirin yang anestesinya ga pake suntikan, tapi hipnotis..


Dan obrolan berikutnya menyangkut itu secara sekilas, sambil dia mengeluarkan Femina dan disodorkan ke Grettel lagi. Aku dan Grettel kaget. Ko ada lelaki bacaannya Femina?! Lelaki itu menangkap kebingungan kami.


Lelaki A: Itu bacaan saya dari SMP, Mbak... Aneh ya?
Grettel: Enggak si... Cuma belum pernah ketemu aja cowok bacaannya femina.
Lelaki A: Bukannya saya kewanita2an.. Saya cuma pengen tahu tentang wanita.
Tata: Heh?
Lelaki A: Lho? Kalau kita tidak mencari tau dan membekali diri tentang ilmu wanita, bagaimana kita akan mengerti wanita dengan baik.

Dan aku tertawa kagum dan tetap tidak percaya. Dan akhirnya dia berkata,


Lelaki A: Sebenarnya saya beli karena ada topik yang saya minati.

Grettel membaca halaman sampulnya, dan membuat tebakan dan benar: Istri yang suka mengatur.

Grettel: Emang istrinya suka ngatur?
Lelaki A: Justru sebaliknya. Dia iya iya aja. Padahal kami berdua sama2 kerja, Harusnya kan saling keras, punya mau masing2. Tapi dia enggak.
Grettel: Istrinya lagi hamil ya?
Lelaki A: Enggak... Anak kedua saya baru 8 bulan.
Grettel: Hah? Anaknya udah 2?
Lelaki A: Iya. Umur saya sudah XX lho mbak.. (dia menyebut sebuah angka yang memberi efek 'pyas' di dada. Karena sama persis dengan umur si Budi)


Obrolan seputar rumah tangga tidak kuikuti, biar mereka yang berpengalaman saja. Setelah selesai, Grettel mulai membaca Femina dan lelaki itu kembali padaku.


Lelaki A: Punya FB ga, Mbak?

Tawaku langsung meledak.


Tata: Ni ya... Ini pertama kalinya ada orang ngajak ngobrol di kereta yang nggak annoying. Dan bisa kubilang in a nice way. Tapi kok ya langsung minta FB...

Lelaki A: Lho? Kan buat silaturahmi Mbak...


Dia menyodorkan HP-nya kepadaku dan mempersilakan aku mengetik namaku di kolom "Search". Sambil tertawa geli, aku ketik namaku. In the spirit of menghargai usaha orang.



Setelah dia nemu halaman FB-ku, dia add.


Lelaki A: Mbak, Jawanya mana?

Tata: Kenapa bertanya seperti itu? Darimana yakin aku dari Jawa?
Lelaki A: Oh salah ya?
Tata: Bisa saja kan aku orang Aceh...
Lelaki A: Tapi dari wajah, Jawa ko Mbak... Maaf kl salah. Ya udah Sumatranya mana, Mbak?
Tata: Nggak... Bener ko Jawa..


Diam sejenak.


Lelaki A: Masih bisa ngomong Jawa Mbak?
Tata: Bisalah! Mau ngomong Jawa?
Lelaki A: Nanging kulo mboten saged Jawa alus, Mbak...
Tata: Oh... menawi kalih kulo, kedah ngangge boso ingkang alus...
Lelaki A: waduh... Kulo mboten patos saged.. Amargi kulo saking *beep*...


Jger! Semua paused.



Aku langsung tersenyum campur bengong. Ini bukan suatu kebetulan. Si Budi yang sedang kukesali juga berasal dari kota itu. Aku langsung menangkap bahwa alam sengaja melakukannya padaku. Dan alam berhasil. Damn...


Keajaiban yang baru saja kualami tidak mungkin kuabaikan dan kuanggap bukan apa-apa. Kekesalanku menyublim. Dan kuketik SMS ke Budi, kuceritakan keajaiban itu dan kuakhiri dengan, "Maafkan aku....". Dan segera setelah SMS terkirim, HP ku mati. Jadi aku tidak tahu, maafku diterima atau tidak.


Alam bersekongkol dengan masinis dengan kereta datang tepat waktu.
Alam bersekongkol dengan Grettel dengan mengajakku pindah dari tempat yang kupilih.
Alam bersekongkol dengan lelaki itu (yang ku tidak tahu namanya) dengan menyatakan bahwa dia berumur dan berasal sama dengan si Budi.
Alam menginginkan tak ada permusuhan di antara kami.


Terimakasih alam... I love u...



Cek FB aaaahhh...ngecek nama si sekutu alam itu...




Buat lelaki A, jika nanti kamu menemukan tulisan ini jangan bongkar umur dan asal kamu yah... Tar teman2ku menebak2 siapakah si Budi.. Kan ga enak ketauan musuhan... Walaupun ga bakal ketebak juga si... Hohoho...






 

24 comments:

  1. Hwuaaaa.... Panjang bangeeeeettttt....


    Hihihi...

    ReplyDelete
  2. Hua , manis bgt ceritanya ! Endingnya gmana ama si lelaki A ? Go steady . . . ?

    ReplyDelete
  3. nice story ta.. gw sampe ikut ngerasain ada di dalem kereta tuh

    ReplyDelete
  4. eh lelaki A sama budi emang ada apaan sih ta??

    ReplyDelete
  5. great... alam membuat kita belajar dengan caranya sendiri ya.....

    ReplyDelete
  6. Lha? Ko km malah nanyain si lelaki A... Belum ada episode berikutnya si... Baru sampe approved FB aja..

    ReplyDelete
  7. Naaahhh.... Itulah hasil persekongkolan alam dan si lelaki A!
    Kan ku akhirnya bilang ke dia bahwa aku sedang musuhan sama Budi.. Trus kutanya ke dia, "Kamu antek2nya temenku yah? Dia nyuruh km nyadarin aku yah?"

    ReplyDelete
  8. Betul! Aku bersyukur alam masih menganggapku ada dan memperhatikanku...

    ReplyDelete
  9. ah... ternyata kamu smsan sama Budi Anduk....

    ReplyDelete
  10. Oh my... secepat itu kau melupakan semua SMS itu... Hiks...

    ReplyDelete
  11. oooo.... itukah kenapa kau perlu sebuah pelukan...

    *baru ngeh*

    ReplyDelete
  12. Pengen ngapus komen di atas, takut tar Jo ngambek dan ga mau komen lagi.... Ga diapus, tar kl gebetanku baca gimannnaaa?

    Ah, tinggal bilang si Jo emang suka berhalusinasi! Hohoho...

    ReplyDelete
  13. iya panjang banget hahahahahhahahahahah

    ReplyDelete
  14. Alam memang suka mbecandain kita...

    Kayak aku yg berpikir ini sudah mulai summer, sehingga aku beli sepatu khusus summer (bolong2 dimana2), biar kakiku ga lembab... Eeee...malah ujaaaaannnn teruuuussss.... Ngajak becandanya suka ga kira2...

    ReplyDelete
  15. malah enak dunk.. aku juga gitu klo summer ujan2.. jd bisa basah2an kayak kalo pergi ke pantai =D

    ReplyDelete
  16. enggak.. aku ga suka hujan... aku ga suka becek.. resiko kutu air besaaaaarrr...

    ReplyDelete
  17. ya udah punyaa pacarnya 2 aja Ta
    si lelaki A dan Budi

    biar ada serep kalo berantem . . .

    gimana , briliant bukan ?

    ReplyDelete
  18. Njiiiiiilllll....!!!

    Si lelaki A udah punya anak duaaaaaaa!!!
    Dan si budi itu bukan kekasihkuuuuuu...!!

    ReplyDelete