Thursday, May 28, 2009

Untuk Nickothekoploboy: Mau ganti status dari 'pasien' jadi pasien?

 

 

Sedikit bocoran tentang kerjaanku. Jadi, aku kan kerja di perusahaan farmasi. Kami menemukan, memproduksi dan menyampaikan obat ke pasien. Kebanyakan (hampir semua) obatnya adalah ethical alias tidak dijual bebas, kalau mau dapet musti ke dokter dulu. Jenis obatnya masuk kategori baru, masih dilindungi paten atau dengan kata lain kami adalah innovator.

 

 

Keuntungan obat yang masih dilindungi paten adalah: tidak ada perusahaan lain yang memproduksinya dan memasarkannya dengan merk lain. Dengan kata lain tidak ada kompetitor. Tapi di sisi lain, tanggung jawabnya sangat besar.

 

 

Kenapa begitu?

Yang namanya obat baru, artinya data tentang dia juga baru. Sejak ditemukan hingga akhirnya mendapat ijin untuk dipasarkan prosesnya panjaaaaaanggg. Tahapannya banyaaaakkk... Intinya adalah untuk memastikan bahwa obat baru ini memang berkhasiat secara signifikan (dibanding obat yang sudah ada) dan tidak membahayakan. Soalnya kadang ada obat yang nyembuhin si...tapi efek sampingnya juga banyak. Makanya selama masa development, segala efek samping diperhatikan, entah disebabkan oleh obat baru itu atau bukan. Setelah itu dianalisa efek samping itu berhubungan dengan obat itu atau tidak. Jika iya, maka informasi tersebut dicantumkan di brosur (leaflet), agar pasien tahu.

 

 

 

Nah, ketika obat sudah dipasarkan secara luas bukan berarti analisa terhadap efek samping berhenti. Karena pada masa development, jumlah pasien yang menggunakan obat itu kan terbatas, sehingga mungkin tidak semua efek samping muncul. Oleh karena itu suatu perusahaan farmasi akan meng-encourage pengguna obatnya (bisa pasien atau dokternya) untuk selalu melaporkan efek samping apapun yang dirasakan setelah mengkonsumsi obatnya.

 

 

Semua laporan efek samping dari seluruh dunia yang masuk dikumpulkan dan dianalisa lebih lanjut. Analisa meliputi apakah berkaitan dengan obat dan frekuensinya. Jika berkaitan maka dimasukkan ke dalam brosur. Frekuensinya ditentukan berdasarkan urutan klasifikasi: very common, common, uncommon, rare, very rare, isolated reports. Ada angka2 patokannya.

 

 

Jadi, jangan dikira setelah produk dilaunch, maka kita bisa cetak brosur sebanyak mungkin buat stok 10 tahun ke depan. Karena brosur itu akan selalu terupdate. Sebenernya kalau mau kejam, bisa aja si efek samping baru ga usah dimasukkan, biar pasien ga tahu.. Tapi itu namanya TIDAK ETIS. Dan menurutku itu termasuk tindakan KRIMINAL.

 

 

Nah, salah satu tugasku adalah mengupdate informasi yang ada di brosur itu. Itu prolognya... ^o^

 

 

Entah sudah berapa buanyak update yang sudah kulakukan. Dan karena sudah menjadi kerjaan rutin, jenis obatnya buanyak pula, jadi aku kadang sudah tidak memperhatikan lagi itu obat apaan, updatenya tentang apaan. Selama ngerjain, ngerjain aja... Kayak orang yang makan sambil nonton TV, mulut ngunyah terus tapi ga dirasain enak apa ga, nyadar-nyadar abis aja ^o^

 

 

Tapi kali ini beda. Aku sedang dalam proses mengupdate informasi suatu obat dan aku sangat memperhatikannya, sampai-sampai aku hafal apa saja hal yang diupdate. Kenapa? Karena obat ini sangat berkesan buatku.

 

 

Tadinya aku ga mau sebut merk, tapi karena aku mau merujuk ke tulisan (review) seseorang, dan di situ dia sebut merk, maka tak ada gunanya jika kusembunyikan identitasnya kan?

 

 

Awalnya adalah aku menemukan review ini.

http://nickothekoploboy.multiply.com/reviews  (yang kedua yah!)

 

Aku agak-agak shock. Obat yang seharusnya digunakan untuk mengobati dan menyembuhkan, tapi disalahgunakan. Indikasi aslinya adalah untuk mengobati schizophrenia, suicidal behaviour dan psikosis. Tapi disalahgunakan menjadi pil yang bisa ”menghilangkan masalah”.

 

 

Jadi ketika hari ini aku mulai untuk mengupdate informasi produk ini, aku langsung inget bahwa di luar sana obat ini disalahgunakan. Bahwa banyak orang2 bodoh yang tapi kebanyakan uang make obat ini membuat persoalan seberat apapun langsung hilang. Gimana ga bodoh, harga resminya itu Rp 310.990, 00 per box isi 50 tablet. Tapi mereka beli gelap2an, 250rb per tablet. Aje gile ga si itu bandar untungnya?! (lho? Kok concernku malah ke situ? Hohoho...)

 

 

Kadang ketika aku mengupdate info obat, pas bagian efek samping nambah aku sedih. Karena ternyata resiko yang ditanggung oleh pasien2 bertambah. Tapi kali ini aku sedih-sedih gimanaaaa...gitu..cenderung ke geli. Sedih kalo inget pasien, geli kalo inget ’pasien’ kayak Bung Niko.

 

 

Update terbaru  yang kuterima untuk Clozaril adalah:

  1. kadar clozaril di dalam darah akan meningkat ketika ada asap rokok. Informasi sebelumnya tidak menyebutkan asa rokok, tapi nikotin. Ini ditujukan untuk pasien yang kecanduan rokok, agar lebih memperhatikan. Karena dengan meningkatnya kadar clozaril di darah, maka potensi efek sampingnya juga meningkat. Tapi mungkin bagi ’pasien’ seperti Bung Niko, bisa jadi opportunity. Kalau mau lebih dahsyat efeknya, minum tablet ini sambil ngrokok. Misal bukan perokok aktif, cukup berada di dekat org yg lagi ngrokok juga ngefek ko... (ada ga ya narkobais tapi bukan perokok?)
  2. Efek sampingnya bertambah. Sebelumnya udah banyak, sekarang tambah-tambah dan cukup seram. Yaitu:

-         new onset diabetes

-         obsessive compulsive syndrome

-         pneumonia and lower respiratory tract infection which may be fatal

-         Sudden unexplained death

 

 

Jadi, Bung Niko… Masih beranggapan Clozaril is good?

 

 

Sebenarnya, sebelum info tersebut tercetak di brosur baru, kita harus lapor dan daftarin dulu perubahan tersebut ke Badan POM. Setelah approved, baru diimplementasikan. Jadi aku bingung menentukan apakah ini masuk kategori confidential atau ga. Tadinya mau kuposting tidak untuk everyone, tapi tar Bung Niko ga bisa baca...

 

 

14 comments:

  1. Ck ck ck... Sampai bingung mau komen apa, tapi kerjaannya keren ya :).

    ReplyDelete
  2. hi hi hi.... jadi inget waktu jamannya magang di RS dulu, ada beberapa temen yang juga suka "mengalih fungsikan obat"

    ReplyDelete
  3. diazepham is enough for me... hihihiihiiii

    ReplyDelete
  4. wah ribet ya ternyata si obat - obatan
    mesti nguasaain farmakologi dengan bener - bener nih

    he he he

    trus Ta
    dari obat - obat baru itu
    kalo si pasiennya makin sakit
    bisa nuntut ???

    ReplyDelete
  5. lha? ko malah mengomentari kerjaanku? But thanks anyway...rumput tetangga emang selalu nampak lebih hijau... ^o^

    ReplyDelete
  6. 1. musti lulus farmakologi yang memberikan efek samping vomit, nausea, dizziness, rash, dan new onset dimentia ^o^

    2. soal tuntut menuntut. Yang pasti setiap obat yang diberikan kepada pasien itu harus sudah berdasarkan diagnosis yang benar sehingga tepat indikasi. Jadi tidak asal kasih obat ke pasien. Seandainya setelah pasien mengkonsumsi suatu obat dan kondisinya makin parah, maka harus dilakukan investigasi terlebih dahulu. Dicari tahu apa penyebab dari severity-nya tersebut. Banyak faktor yang bisa menyebabkannya, misalnya:
    - dokter salah diagnosis ==> tuntutlah dokternya
    - dokter salah dosis ==> tuntut juga dokternya

    Hehehe... Obat sampai ke pasien kan atas resep dokter, Njil... ^o^ Kamu nanti jangan asal ngresepin obat yah!


    Satu kasus besar atas penuntutan ke perusahaan farmasi adalah Vioxx Obat baru itu adalah golongan pain killer (untuk osteoarthritis, dismenorrheo, acute pain). Manjur abiesss...ponstan lewat, tramadol kayaknya juga kalah. Nah, tapi ternyata dia memberikan resiko heart attack dan stroke. Dan ada pasien yang meninggal karenanya. Setelah diinvestigasi, ternyata kematian itu berhubungan dengan si Vioxx. Maka obat itu ditarik dari peredaran. Pasien2 menuntut ke perusahaannya, dan mendapatkan kompensasi. Sampai sekarang di AS sana, masih ada pasien2 yang sidangnya belum selesai... Kalau mau studi kasus, ikutilah persidangannya!

    ReplyDelete
  7. syusyah dibilanginnya.. tapi waktu mereka ga bisa bangun 3 hari, begitu "hidup" lagi, mereka bilang kapok... capek merasa " antara ada dan tiada"

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah bisa hidup lagi...

    ReplyDelete
  9. eh ta,, kalo buat testing obat yang masih dikembangkan tuh gimana?? kayak yang di constant gardener gitu bukan?? huhuhu.....

    ReplyDelete
  10. Hehehe... kl yg di Constant Gardener itu contoh yg ekstrem, bisa saja sih terjadi... Tapi keciiiiillll kemungkinannya, nyaris tidak mungkin... Kl di situ kan pasien yang dilibatkan tidak diinformasikan, boro2 baca informed consent (IC), dikasih tau kalau mereka ikut clinical trial aja nggak... Sedangkan dalam clinical trial asli, pasien itu harus membaca dan mengerti serta menandatangani si IC itu.. Di film itu kan ujug2 aja di kartu berobat dia ada tulisan 'IC'-nya...


    Tar yak kucritain bagaimanakah clinical trial untuk pengembangan obat baru itu... Satu SKS tuh... Jadi ngringkesnya bingung... Hihihi...

    ReplyDelete
  11. ta..emang saya menyebutkan harga ya? coba deh, ditelisik ulang lagi, kalo soal harga yg 250 ribu per tablet, saya benar2 tidak tau sm sekali neng. sumprit! karena itu pun dapet gratisan ..heuheu..FYI, saya makan clozaril cuma sekali aja, kok..pengen tau aja khasiatnya..ternyata eh ternyata..saya ngejoprak, prak, prak, prak! hahaha..thanks ya neng..atas info tulisan kamu di atas..piss yow!

    ReplyDelete
  12. Nikooooooo... Kamu mau membuat aku berasa amnesia dan schizophrenia yaaaaaa.....?? Pasti tuh review kamu edit! Sumprit waktu itu aku baca kamu tulis harganya 250 ribuuuuuu!!! Trus waktu itu ga ada nama si pemilik tokonyaaaaaaa!!!

    Kembalikan tulisan itu ke semulaaaa!!

    ReplyDelete