Sunday, May 17, 2009

Re-post:Talak satu

 

 

Diam kita sarat prasangka. Kata kita senantiasa beda makna. Itikad kita tidak pula sama. Hak dan kewajiban entah kemana. Kesetaraan hanyalah asa. Bertepukkan sebelah tanganlah yang terasa.

 

 

Kini kuucapkan ini:

Teman,  mari kita lepas ikatan ini. Perlahan. Jangan sampai putus tali itu. Kelak (mungkin) kita ikat kembali.










Aku munculkan lagi untuk orang yang telah menjadikan rasaku menjadi anta dan asa ku menjadi hampa. Akhirnya aku mengenal [sebenar-benarnya] kamu.


16 comments:

  1. sopo to iki? apakah aku? apakah Budi anduk? apakah Andre?

    ReplyDelete
  2. inikah akhir permusuhanmu ta ? i m so sorry... aku berharap, tidak akan ada sesal diantara kalian....

    ReplyDelete
  3. Makasi Ka Lien...

    Bukan akhir permusuhan si...tapi akhir dari perang diam... Hehehe...

    It's just something that I have to say when a friend does not treat me like one...

    ReplyDelete
  4. berakit rakit kehulu berenang renang ke tepian,
    bersakit sakit dahulu, sesal kemudian tiada guna

    bagus ya peribahasanya....

    ReplyDelete
  5. harus buka2 postingan tata sebelumnya neh, baru bisa nyambung

    * buru2 buka blog tata yg sebelumnya, coz baru buka2 MP lagi setelah sekian lama

    ReplyDelete
  6. Buah jatoh ga jauh dari pohonnya...

    ReplyDelete
  7. Iya nih Fatri lama menghilang... ku jadi sempet khawatir dan bertanya2 ada apa dengan kamu...

    ReplyDelete
  8. Karena Nila seitik rusak susu sebelanga..
    susunya gede banget???

    ReplyDelete
  9. Lha? Kan besar susu daripada tiang...

    ReplyDelete
  10. ngapain nyontek... gak jaman Neng..

    ReplyDelete