Aku adalah orang yang imajinatif (atau halusinatif ya?). Sewaktu kecil, aku tidak bisa makan daging ayam atau sapi atau kambing karena aku memikirkan nasib hewan yang disembelih dan keluarganya. Aku takut sama ulat bulu, tapi ga berani sama sekali untuk membunuh atau membuangnya. Karena aku berpikir keluarga dan teman2nya akan balas dendam dengan mendatangiku ketika aku tidur. (sampai sekarang ku masih takut ulet bulu, tapi ga sampe ketakutan didatengin pas tidur si...)
Tiap aku liat sesuatu atau seseorang, aku pasti langsung menebak2 apa yang terjadi dan menyusun cerita di otakku.
Awal aku bekerja adalah awal aku rutin naik kereta, bertemu orang yang itu-itu saja. Adalah seorang wanita berwajah sendu dan sayu yang tiap pagi kulihat di peron dan gerbong yang sama denganku. Aku selalu memperhatikan dia karena wajahnya menyiratkan beban dan dia selalu bengong serta melamun. Ku berpikir pasti sedang terjadi sesuatu dengannya. Kalau dia damai hidupnya pasti dia akan lebih memilih untuk tidur selama di kereta. Ya kan?
Jadi aku benar-benar memperhatikannya.
Pengamatan hari pertama
Dia duduk di seberangku. Wajahnya sendu, dia menatap lantai kereta terus. Seperti tak ada gairah hidup.
Pengamatan hari kedua
Dia duduk di seberangku lagi. Memakai baju yang sama dengan kemarin. Bangku di sebelahnya kosong, dan di sebelahnya lagi ada seorang bapak-bapak. Kemudian bangku kosong di antara mereka terisi oleh orang lain. Lalu, ada ibu hamil naik, dan dia dengan segera berdiri memberikan tempat duduknya untuk ibu hamil itu.
Cerita yang disusun otakku adalah sebagai berikut.
Bapak-bapak yang ada di dekat dia adalah kekasihnya. Semalam mereka habis menginap bersama, dan terjadilah hal yang tidak mengenakkan wanita itu, entah pertengkaran entah pemerkosaan. Pokoknya kondisi pagi itu si wanita kesal terhadap si pria sehingga dia tidak mau berdekatan. Dan ketika ada kesempatan untuk berdiri (dengan memberikan bangkunya ke ibu hamil), dia langsung melakukannya.
Aku ikut2an benci bapak2 itu. Terutama lebih kepada betapa kejamnya dia dengan membiarkan si mbak memakai baju yang sama dengan kemarin. Kalaupun mereka stay tanpa rencana, bisa kan beli kemeja di mall dulu? Atau pinjami jaketnya untuk menutupi bajunya? (eh tapi kan mbaknya lagi kesel ya? Pasti dia ga mau pake jaket mas nya)
Pengamatan hari ketiga
Kereta yang sama, gerbong yang sama. Mbak berwajah sendu itu masih saja berwajah sendu. Jenis rambutnya yang berombak menambah kesan hidupnya semrawut. (tahu kan jenis rambut yang nggak lurus nggak keriting?). Dan dia memakai baju yang sama dengan yang dia pakai 2 hari sebelumnya!
Langsung terasa pyas di dadaku.
Ya ampun Mbak... Sebegitu tertekan nya kah hidupmu hingga kamu tidak memperhatikan diri sendiri lagi? Ku langsung berpikir bahwa semalam dia tidak pulang ke rumahnya lagi. Dan dengan kenyataan bahwa tidak ada lelaki yang kemarin, maka ku berkesimpulan kisah mereka sudah berakhir.
Ku memandangnya dengan iba. Berharap bisa menyampaikan empatiku kepadanya. Ku pengeeeennnn banget bilang ke dia bahwa aku notice baju yang dia pakai. Dan bukan tidak mungkin orang lain juga notice. Aku membayangkan tekanan hidupnya begitu besar sehingga dia rela mengorbankan dirinya jadi omongan orang. Dua hari memakai baju yang sama, masih oke (tidak jarang aku melakukannya ko). Tapi kalo 3 hari berturu2? Aku ga yakin orang2 ga akan ngeh..
Sepanjang perjalanan aku memperhatikan dia, mencoba mengerti perasaan dia.
Pas turun dari kereta, ku jalan di belakang dia. Tak lama kemudian, ada seorang wanita yang menyapanya. Dia menjawab dengan biasa saja, tidak antusias. Tapi tunggu dulu...lho lho lho? Ko baju mereka sama? Ku berpikir bahwa mereka sabahat yang suka beli baju kembaran.
Kami terus berjalan. Aku tetap di belakang mereka. Ternyata mereka satu gedung denganku. Pas masuk gedung, ada lagi orang yang berbaju sama dengan mereka, Cuma yang ini memakai blazer biru muda. Tapi mereka tidak saling sapa. Lho..? lho? Lho? Trus ada lagi yang lain...
Jderrrrr....!!!
Aku serasa terkena serangan angina pectoris. Ternyata itu adalah seragam BCA saudara-saudara!
Sampai sekarang aku masih selalu bareng dengan mbak itu, masih dengan wajah yang tetap sendu, rambut tetap semrawut. Cuma kondisi tubuhnya selama 2 tahun ini berubah-ubah: biasa, agak buncit perutnya, membulat dan akhirnya dia menghilang dari perkeretaapian. Saat dia muncul lagi 3 bulan kemudian, dia sudah langsing kembali. Tapi wajahnya tetap sendu dan sayu.
Tiap liat dia aku tersenyum dalam hati atas cerita yang kususun di otakku. Ada rasa malu tapi juga bangga. Kenapa? Dugaanku kan waktu itu dia ga pulang ke rumah untuk bercinta dengan kekasihnya. Trus tak lama kemudian dia hamil. Seandainya waktu itu ku tidak diberi hidayah tentang seragam BCA, wuuuiiiii...kisah di otakku makin gila2an pastinya. Hohoho....
pertamakali kamu liat aku, kamu susun cerita kaya gimana Ta?
ReplyDelete*curious mode on :)
Yakin km mau tauuuuu?
ReplyDeleteboleh Ta. tapi di PM aja yaks ^_^
ReplyDeleteGa mau ah kalo di PM... Ku sudah bekerja keras menuliskannya masa iya cuma buat 1 orang sajah... Hohoho...
ReplyDeletehahahaaaa..please be positif grils
ReplyDeleteSusah Pak... Dah bawaan sejak sononya... ^o^
ReplyDeletesadis bener dah jeng tata inih mendiskriminasikan org..heheheeee
ReplyDeletebagian mananya yg diskriminatif ya?
ReplyDeletetatski, kamu tu kreatip, nulis cerpen gih, dibukuin.
ReplyDeletetrus dipilemin.
dinovelin. etc. hehe
yg artinya??
ReplyDeleteTa, gw di pertengahan cerita da ngira itu seragam. Maklum, di kantor kan gw jg pk seragam, hehe (dari jaman SD seragam-an mulu *sigh*).
ReplyDeleteMbok ya disamperin mbak-nya, terapkan ilmu ngajak kenalan [dari postingan km sebelumnya]. Jangan ikut2an ngelamun [baca: berkhayal] kayak mbak-nya. Siapa tau, km adalah orang 'yg dikirim' Tuhan untuk ngebantu dia somehow? :)
Hwuaaaaa..... . Semoga imajinasi liarku bisa membawaku ke sanaaaaa.....
ReplyDeleteAmin amin amin... Akan kucatat! ^o^
*walaupun obsesiku bukan itu si... hehehe...*
Angina itu bisa dibilang serangan jantung, berasa ditusuk pedang di dada, berasa dijatohin gajah atau dilemparin pake batu bata. Kebayang ga?
ReplyDeleteNaaahhh... Biasanya mbak2 pegawai bank tu kan ga make seragamnya dari rumah. Kebanyakan dr mereka pake baju bebas, tar di kantor baru ganti baju, trus pas mau pulang ganti lagi. Lagian aku bukan nasabah BCA, jadi wajar dunk kalo Tuhan campur tangan memberikanku petunjuk... Hehehe...
ReplyDeleteNyamperin mbaknya? Hwuaaaa... Bahayaaaaa.... Kalo ku mencampuradukkan kisah di otakku dengan kenyataan gimana? Bisa2 ku tiba2 bilang, "Cowok tu brengsek yah?". Tidaaaakkk... Ku kenalan ama brand new person aja deh...lebih aman... ^o^
udah ta..kamu masuk S3 sastra aja..pasti lulus summa cum laude..
ReplyDeletehehehe
pasti mbak itu bt gara2 kerja di BCA ... kan BCA membodohi masyarakat..huahahaa
trus mo diapain dong? =D
ReplyDeleteaku juga kadang2 berpikir kayak gitu kok hahahaha
ReplyDeleteparno... parno... TATA parno....
ReplyDeleteEitsss... Ada gosip apaan si ttg BCA?
ReplyDeleteEh...bisa juga dink... Mikir aaahhhh....
ReplyDeleteHwuaaaa... Ariiiii.... Ayo kita berbagiiiii....
ReplyDelete*kalo kita jalan bareng seru kali yak? ngayal bareng deh...*
jangan asal kasih nama belakang yah!
ReplyDelete