Diam kita sarat prasangka. Kata kita senantiasa beda makna. Itikad kita tidak pula sama. Hak dan kewajiban entah kemana. Kesetaraan hanyalah asa. Bertepukkan sebelah tanganlah yang terasa.
Kini kuucapkan ini:
Teman, mari kita lepas ikatan ini. Perlahan. Jangan sampai putus tali itu. Kelak (mungkin) kita ikat kembali.
Aku munculkan lagi untuk orang yang telah menjadikan rasaku menjadi anta dan asa ku menjadi hampa. Akhirnya aku mengenal [sebenar-benarnya] kamu.
sopo to iki? apakah aku? apakah Budi anduk? apakah Andre?
ReplyDeletehohoooo... setuju...!!!!
ReplyDeleteAaaaaaaada ajah!
ReplyDeleteAwas ya kalo km nyontek! ^o^
ReplyDeleteinikah akhir permusuhanmu ta ? i m so sorry... aku berharap, tidak akan ada sesal diantara kalian....
ReplyDeleteMakasi Ka Lien...
ReplyDeleteBukan akhir permusuhan si...tapi akhir dari perang diam... Hehehe...
It's just something that I have to say when a friend does not treat me like one...
berakit rakit kehulu berenang renang ke tepian,
ReplyDeletebersakit sakit dahulu, sesal kemudian tiada guna
bagus ya peribahasanya....
harus buka2 postingan tata sebelumnya neh, baru bisa nyambung
ReplyDelete* buru2 buka blog tata yg sebelumnya, coz baru buka2 MP lagi setelah sekian lama
ada apa nih?
ReplyDeleteBuah jatoh ga jauh dari pohonnya...
ReplyDeleteIya nih Fatri lama menghilang... ku jadi sempet khawatir dan bertanya2 ada apa dengan kamu...
ReplyDeleteAaaaaada ajah!
ReplyDeleteKarena Nila seitik rusak susu sebelanga..
ReplyDeletesusunya gede banget???
Lha? Kan besar susu daripada tiang...
ReplyDeletengapain nyontek... gak jaman Neng..
ReplyDeleteSiiippp...
ReplyDelete