Wednesday, April 1, 2009

[Aku Bersyukur] Namaku Bukan Natalia

 

 

Bapakku adalah orang gunung, ibuku orang kampung. Dua-duanya sejak kecil sudah memiliki pemikiran akan nama anak mereka suatu saat nanti. Walaupun berbeda, tapi mereka memiliki kesamaan, bahwa mereka mau anak mereka bernama lebih panjang dari nama mereka yang cuma satu kata. Dan akhirnya ketika mereka menikah datanglah saat yang telah dinanti-nanti itu: merumuskan nama.

 

 

Dikarenakan lokasi tempat tinggal yang jauh dari ibukota, baik ibukota kecamatan apalagi ibukota provinsi, maka referensi mereka soal nama tidaklah banyak. Buku-buku nama untuk bayi tidak tersedia, apalagi akses internet. Bahkan primbon nama-nama Jawa pun mereka tidak punya. Hanya bermodalkan keinginan sejak kecil mereka berembug untuk menamai jabang bayi.

 

 

Pedoman pertama mereka adalah ingin memberi nama anak yang tidak setipe dengan nama anak-anak sekitar. Jadi mereka menghindari nama-nama seperti Daryanti, Suryani, Maryoto, Supriyanto, dan nama-nama sejenis itu.

 

 

Pedoman kedua adalah berpola sama untuk tiap anak, karena mereka berencana untuk tidak hanya memiliki satu anak. Namun, mereka juga tidak mau menggunakan pola sama seperti pola-pola yang sudah ada sebagai pedoman ketiga.

 

 

Maka, sejak aku masih di dalam perut, bapak dan ibuku mulai memperhatikan nama-nama orang yang mereka kenal. Sambil memperhatikan mereka membuat catatan nama-nama dan pola-pola yang harus dihindari. Catatan tersebut seperti ini:

 

  1. Jangan gunakan pola nama hari: Soma, Anggara, Respati. Sudah dipakai oleh keluarga Pak Hari di dukuh Tanggulangin
  2. Jangan gunakan pola nama bulan: Sawal, Sapar, Romadon. Sudah dipakai oleh keluarga Budhe Wulan di dukuh Jetis.
  3. Jangan gunakan pola urutan angka: Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca. Sudah umum digunakan.
  4. Jangan gunakan nama bunga: Asalia, Melati, Kenanga. Susah kalau anaknya lelaki.
  5. Jangan gunakan kata-kata yang sudah lazim: Bagus, Ayu, Jaka, Putri, Bambang

 

Selain catatan tersebut, Bapakku juga menghindari nama-nama yang kearab-araban (Fatimah, Ali, Akhmad, Annisa), demi menghargai ibuku yang merupakan new comer di belantika Islam. Dan tentu saja ibuku tidak akan menggunakan nama-nama seperti Fransiska, Claudia, Peter, atau Lukas yang mencomot dari kitab suci terdahulunya ^o^

 

 

Namun demikian, entah bagaimana bapakku terpengaruh oleh nama-nama (yang sebenarnya religius) yang dimiliki oleh ipar-iparnya: Emilia dan Agustinus. Dia melihat suatu pola di sana: Emilia lahir di bulan Mei dan Agustinus lahir di bulan Agustus. Bapakku melihatnya sebagai pola yang menarik. Januarita atau Yanuar untuk Januari, Febrian atau Febriani untuk Februari, dst. Maka ditetapkanlah bahwa kata pertama untuk anak-anaknya adalah kata yang merujuk pada bulan kelahiran.

 

Kemudian, sesuai dengan spirit lebih dari satu kata maka dibuat rumusan berikutnya. Kata kedua adalah kata yang merupakan keterangan tentang si anak. Kemudian diikuti oleh kata ’Surya’ yang merupakan nama dia. Awalnya Bapakku merasa 3 kata itu sudah cukup:

 

Bulan kelahiran + keterangan si anak + Surya

 

Tapi setelah membuat beberapa simulasi terasa menggantung dibacanya. Maka ibuku usul untuk menambah satu kata lagi di belakang Surya, diawali dengan inisial namanya ’An’-. Selain untuk menggenapi kata ’Surya’ yang mengambang juga sebagai simbol penyatuan mereka dalam diri anak.

 

Jadi rumusnya menjadi:

 

Bulan kelahiran + keterangan si anak + Surya + An-

 

Bapak dan ibuku tersenyum senang dan bangga akan rumus pola pemberian nama anak yang baru dibuat.

 

Menurut prediksi bidan (waktu itu tidak ada dokter di kampungku), aku akan dilahirkan pada bulan Desember. Dan walaupun belum ada USG, tapi ibuku memiliki perasaan yang kuat bahwa anak yang sedang dikandungnya adalah perempuan. Maka, dimulailah perumusan nama untuk anak pertamanya.

 

 

Kata pertama: bulan kelahiran, Desember. Jreng.. Agak bingung pada awalnya. Agak bingung juga menjadikan kata ’desember’ menjadi nama anak perempuan. ’Desemberia’ terasa janggal, Desi kurang menunjukkan ke desember. Tapi ketika ibuku berkata, ”Kalau lahirnya pas Natal, seru juga yah... Pas semuanya lagi ngumpul”, Bapakku langsung mendapat ilham. Desember kan bulannya Natal, maka nama yang cocok untuk anak perempuan yang lahir di bulan Desember adalah NATALIA. Tidak ada yang lebih representatif dan lebih pas lagi. Maka ditetapkan bakal namaku adalah NATALIA. Ibuku begitu senangnya hingga sudah menetapkan nama panggilannya, LIA.

 

 

Selanjutnya menentukan kata kedua: keterangan mengenai si anak, si Lia. Bapakku memilih kata ”Dyah” dengan alasan yang sederhana, ”Karena dia seorang putri”. Ibuku setuju. Dan untuk kata terakhir ibuku mengusulkan ”Andari”, merujuk pada istilah ”rembulan ndadari” untuk menyebut munculnya bulan. Jadi karena aku adalah anak pertama, maka aku ibaratnya matahari yang baru muncul bagi mereka berdua, Surya Andari. Bapakku langsung sepakat.

 

 

Jadi bakal namaku adalah Natalia Dyah Surya Andari, seorang putri yang lahir di bulan Desember bak matahari yang mulai menyinari keluarga. Keren ga si?

 

 

Sesaat mereka puas. Tapi setelah mencoba melafalkannya, terasa kurang mengalir, terpatah-patah. Bapakku mencoba memenggal di beberapa tempat, tapi tidak ada yang terasa sangat pas. Akhirnya dia mencoba menyelipkan satu kata lagi, dan dia sangat puas dengan hasilnya. Dia berkata, ”Kita tambahkan kata Utami untuk menunjukkan bahwa dia anak nomer satu, anak yang utama”. Maka rancangan akhir namaku adalah Natalia Dyah Utami Surya Andari. Cara membacanya adalah: Natalia Dyah Utami, koma, Surya Andari.

 

 

Entah karena ingin mengisengi orang tuaku atau karena tidak betah berada di dalam perut, aku lahir lebih cepat dari prediksi. Tengah bulan November aku mulai menghirup udara dengan hidungku. Bapak ibuku bahagia bercampur kaget dan sedikit khawatir. Tapi kekhawatiran langsung lenyap karena aku dinyatakan sehat dan baik-baik saja. Setelah lega sebentar, kedua orang tuaku langsung bingung karena berarti rancangan nama yang sudah ditetapkan jauh-jauh hari menjadi tidak sesuai lagi. Tapi kebingungan itu juga cuma sesaat, ”Ya tinggal kita ganti Natalia dengan Novita saja...

 

 

Maka resmilah namaku Novita Dyah Utami Surya Andari.

 

Nama panggilan ditetapkan 'Vita', yang artinya ’hidup’. Namun berkembang menjadi ”Tata”, karena kakek nenekku kesulitan melafalkan huruf ’v’, dan adekku hanya bisa mengeja satu suku kata ’ta...ta...ta...”.

 

 

Walaupun meleset dari prediksi mula, aku bersyukur aku lahir lebih cepat dan akhirnya bernama Novita. Bukan karena menjadikan sebagian besar guruku memberiku nilai bagus semasa aku SMU. Karena kalau untuk urusan itu, jika aku bernama Natalia aku yakin nilaiku akan lebih tinggi lagi ^o^ Tapi lebih ke nama pendekku sekarang, yang membuat iri adekku, ”Tata enak banget si..kalo disingkat namanya jadi Tata Surya. Aku mau diotak-atik gimanapun juga, ga bermakna...”.

 

Oiya yah... 'Tata Surya' kan ga cuma keren, tapi juga bermakna! Misal namaku beneran Natalia, mau jadi apa coba? Nat Surya? Lia Surya? Ga ada yang sekeren Tata Surya! Hohoho...

 

 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dengan rumus yang sama, nama adekku adalah Okta Puspitacandra Surya Andika dan (Febriano) Ragil Surya Anugrah. Febriano sengaja kutulis dalam kurung untuk menunjukkan bahwa kata itu tidak jadi digunakan karena bapakku merasa tidak nyambung dengan kata Ragil. Tapi beliau tidak mau membuang kata Ragilnya, maka dengan terpaksa ’Febriano’-nyalah yang dikorbankan.

 

 

 

 

 

22 comments:

  1. Eitss... gitu doank komennya? Ayolah...akuilah kalo itu keren... Hohoho...

    ReplyDelete
  2. di sini ada yg namanya natalia, 3 org pula. semuanya punya panggilan "nata".

    nata surya juga lucu kali ya ;))

    ReplyDelete
  3. hehehe..... nana surya juga boleh kalo jadi natalia....

    ReplyDelete
  4. enakan nama Natalia... ada lagunya lagi..
    NATALIA... kau telah berubahhh... Natalia kau membagi cinta... Aku insan biasa... yang selalu tersisih... jangankan dalam kehidupan didalam bercintapun.. aku kalah... dudududududuud
    secara lu seangkatan sama Jamal Mirdad dan Lidia Kandau dan Mama Ira Maya Sopha... lu pasti tau lagu ini

    ReplyDelete
  5. @ Mba Oniet: Nata surya? Mmmm.... Bahaya! Tar diplesetin jadi Nata de cocooooo...

    @ Ari: Nana surya? Ga bisa Ri... Bulikku ada yg udah dipanggilnya 'nana'...

    @ Jo: Bhuahahaha.... kamu emang jadul sejati Jo! Ku harus nanya ke ibu2 sebelah dulu tu lagu. Dan dia langsung bernyanyi... Jadul abiess... Dan aku langsung bertanya, "Ebiet, Mbak?". Dia menjawab, "Tuh kamu tau...". Yaaaa..tarikan nadanya Ebiet bangeeettt....

    ReplyDelete
  6. Hwuaaaa.... Kamu orang pertama yang berkomentar begitu!

    Hampir semua orang yang tau nama panjangku pasti komentarnya, "Busyet dah! Nama berapa orang tuh dipake sendiri!", atau kalo nggak, "Kayak gerbong kereta api...", dan yang sejenisnya...

    Makasi yaaaaa...

    Jadi, menurut km pun mendingan Novita kan daripada Natalia? Hohoho...

    ReplyDelete
  7. haha coba kalo novita bernasib kayak gini..
    jadilah dyah ajah.. gak ada tata deh =D

    ReplyDelete
  8. Eitss... Ada dunk... kan dyah uTAmi... Hehehe...

    ReplyDelete
  9. aneh donk klo namanya natalia tapi muslim...

    ReplyDelete
  10. Eitsss... Jangan salah... Bernama 'novita' pun, pas jaman sekolah pas awal masuk ku tidak dikenal sebagai muslim lho.. pas tau aku muslim, ada yang berkata, "oh, kalau di kami novita itu wanita di bulan November.."
    Dan hampir semua guru berpikir aku bukan muslim.. makanya nilaiku bagus2... Karena kata 'novita'... Hehehe...

    Tapi kupikir nama tidak menentukan... ada temen namanya Emilia tapi berjilbab (padahal jelas2 Emilia itu nama baptis bulikku), trus Kristin tapi ketemu di mushola...

    Jadi, tak selamanya nama identik dengan agama... ^o^

    ReplyDelete
  11. iya juga sih.. sekarang udah rancu kasih nama :)

    ReplyDelete
  12. Kereen.. ^^,
    Salam kenal tata surya.. ^^,

    ReplyDelete
  13. Fufufu.. Yg keren bpk ma ibuku.. Aku si tinggal trima ajah.. Salam kenal juga julivanto..

    ReplyDelete
  14. wow!

    jadi tata surya nama asli toh..kirain nama rekaan.

    salam buat bapak-ibu ya Ta .. yg sudah kasih nama yang cantik sekali...

    ReplyDelete
  15. waduh...sepertinya ku harus makin gencar mempromosikan postingan ini nih... hohoho...

    Nanti salamnya disampaikan... mereka pasti merona.. ^^

    ReplyDelete
  16. huhohohoho....perumusannya keren..
    salut buat Bapak sama Ibu-nya Novita Dyah Utami yah :) eh.. Npvita Dyah Utami Surya Andari ...errr...TATA!! :D

    ReplyDelete
  17. hehehe...

    panggil aku tata ajah... dan bukan 'bapak'! ^o^

    ReplyDelete
  18. Klo ada kesempatan ganti nama, mau ganti nama apa Ta? ^^

    ReplyDelete
  19. hi Nayla..^^

    krn aku males mikir, yah..blum bisa menentukan jd apa.. tp cukup 2 atau 3 kata saja.. jadi Tata Surya boleh lah.. ^^

    ReplyDelete
  20. lo, tata dan dek dika punya adek to?udah umur brp ta, kpn lairnya?aduuuh...maaf kok br tau. btw emang ada korelasi nama dengan nilai waktu smu ya?prasaan namaku y gitu2 aja tp nilai jg gak jelek2 amat...
    btw soal nicknameTata Surya: emang keren, hehe, padahal dl smpt bingung pas dikirimin kartu lebaran ama Tata, "iki sopo to yo..." hehe

    ReplyDelete