Monday, March 30, 2009

Mimi lan Mintuna_Berasa Kurang Ajah

Rating:★★
Category:Books
Genre: Romance
Author:Remy Silado

Trafiking Perempuan Indonesia. Itu sub-judulnya.

Begitu liat judulnya, aku langsung memutuskan untuk membeli. Pembelian pada pandangan pertama. Baca sub-judulnya semakin yakin, baca sampul belakangnya jadi mantap bahwa aku tidak akan menyesal.


Di sampul belakang, ditulisnya begini:

Indayati, asal Gunungpati, Ungaran, diperdaya oleh sindikat pegadang perempuan internasional. Diiming-imingi main film di Bangkok, ibu muda itu bersama beberapa gadis belia, termasuk adik sepupunya yang baru berusia 16 tahun, dipaksa menjadi model dan bintang film porno sekaligus pemuas nafsu lelaki hidung belang. Dia digelari ”Waca Waka_ - Wanita Cantik Wajah Kampung – sebutan bagi primadona bursa seks di Bangkok, Hongkong, hingga Tokyo.


Petruk – panggilan ejek buat Petrus, suami Indayati – ditembak di dada oleh pembunuh bayaran. Lolos dari mau, preman kampung ini bertobat dan bertekad mencari istrinya hingga ke ujung dunia untuk menebus sikapnya yang suka main gampar. Ternyata yang harus ia hadapi bukanlah penjahat kelas teri, melainkan kelompok bandit yang licin dan kejam.


Sangggupkah mereka mengatasi segala rintangan itu? Dapatkah mereka bersatu kembali?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesuai dengan julukannya, Remy Silado konsisten menghadirkan tulisan2 yang kocak. Karena pernah dengar Remy baca cerita, maka selama baca ku ngebayangin dia yang baca dengan gaya dan logat dia. Jadinya aku suka ketawa2 sendiri, dari awal hingga halaman terakhir.


Nah, tapi pas udah selesai baca, ku kaget, ”Udah ni? Gini doank?”


Menurutku ceritanya dibuat sederhana (hanya dalam 284 halaman). Terlalu sederhana. Kurang memukau. Kan poin yang mau dijual dari novel ini adalah trafiking perempuan, tapi justru hal itu yang kurang. Rekrutmen nya cukup masuk akal dan jelas (audisi bintang film), tapi setelah itu kabur. ’Ekspor’ 30 wanita ke Bangkok begitu mudah. Cukup dicritain mereka naik pesawat dari Manado, transit Surabaya, trus Singapur trus sampai Bangkok. Gimana caranya mereka tidak dicurigai, urus surat2nya, dan kerepotan2 lainnya ga ada. Trus gimana mereka dilatih (perlu training ga si untuk jd PSK?), mereka berbagi hal di satu rumah kecil, ga ada.


Ada beberapa (atau cukup banyak) hal yang mengundang tanya. Tanya di sini beneran pertanyaan. Bukan karena ga mudheng atau ga nangkep jalan cerita, tapi karena emang di novel ga ada. Entah disengaja sama penulis atau beliau lalai.


Ada beberapa adegan yang (kuyakin) terlalaikan.
Contoh: ada mama, anak dan sepupu. Mereka keluarga berada karena papanya direktur perusahaan minyak Amerika. Si anak kabur dari rumah pas dini hari. Si sepupu bilang ke sang mama tentang itu. Mama panik. Sang sepupu menawarkan diri untuk mencari dan menjemput. Sang mama bertanya, ”emang km tau dia dimana?”. Sepupu menjawab bahwa dia bisa mencari tau. Dan cara yang dia lakukan untuk mencari tau adalah: menelpon HP sang anak lewat telepon umum. Haiyaaahh...1) masa mamanya ga kepikiran untuk langsung nelpon HP anaknya? 2) kenapa nelponnya musti dari telpon umum?? Knp ga dari rumah aja?


Tapi di antara banyak hal yang ga sreg di dada, kenakalan pilihan kata2nya cukup menghibur. Pilihan katanya terkesan sesuka dia, tapi kocak. Banyak istilah2 daerah dimunculkan, ada Jawa, Sunda, Manado, Bangkok. Tapi paling banyaaaak Jawa. Jadi berasa bernostalgia gitu... Hehehe... Sampai aku membayangkan gimana kl orang non-Jawa baca yaa..mudheng ga yaaaa? Sumpah banyak banget kata2 dan kalimat bahasa Jawa yang dipake dan tanpa footnote. Emang si di halaman2 terakhir, setelah cerita selesai, ada kamusnya. Tapi kan masa iya orang musti bolak balik halaman untuk nyontek?


Overall, walaupun jalan critanya kurang sreg, tapi paling ga ilmuku bertambah!
Ku jadi tau kalo ternyata lagu ”kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati” itu hasil nyuri lagu gereja ’what a friend we have in Jesus”, ku jadi tau kl kata2 ”manusia berencana, Tuhan menentukan’ itu asalnya dari Amsal Sulaiman. Dan ilmu2 lainnya...termasuk perbendaharaan kosakata dan istilah bidang permesuman. Hohoho...

Owya, buat yang ga ngerti apa itu Mimi lan Mintuna, tenang ajah...Remy Silado menjelaskannya secara gamblang di salah satu bab ko...

Kalau pengen baca, ga usah beli (tar nyesel), pinjem aka punyaku... ^o^

3 comments:

  1. gak nyesel kok beli buku ini du dudu du du

    ReplyDelete
  2. @ Jo: mang km ga bisa baca kan?

    @ arief: baguslah kalo ga nyesel...aku juga nggak ko... tp kl rekomendasiin ke orang ga berani...hihihi... Tapi ya, kalo ku tau km dah beli duluan, tau gitu aku minjeeeemmmmm... ^o^

    ReplyDelete